Buka konten ini
JENEWA (BP) – Suhu dunia diperkirakan mencapai level tertinggi sepanjang lima tahun mendatang. Salah satu penyebabnya, cepatnya pemanasan di kawasan Arktik yang rata-rata sudah lebih dari 3 kali lipat jika dibandingkan dengan rata-rata pemanasan global.
Peringatan itu disampaikan Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) dalam laporan terbaru mereka Rabu (28/5). Menurut WMO, ada kemungkinan 80 persen bahwa setidaknya setahun dalam kurun waktu 2025-2029 bakal menjadi tahun terpanas sepanjang sejarah.
Laporan itu juga menggarisbawahi bahwa suhu rata-rata dunia berpotensi melebihi ambang batas 1,5 derajat Celsius, di atas tingkat suhu praindustri yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015.
“Setiap tambahan derajat pemanasan akan memicu gelombang panas yang lebih berbahaya, hujan ekstrem, kekeringan intens, mencairnya lapisan es, dan naiknya permukaan laut,” jelas Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett dalam pernyataan resmi sebagaimana dikutip Reuters, Kamis (29/5).
Laporan itu menyebutkan, rata-rata suhu global permukaan bumi mencapai 1,21,9 derajat Celsius hingga akhir dekade ini. Suhu itu sudah di atas level era praindustri (18501900). Dampak pemanasan itu diyakini akan memperburuk cuaca ekstrem yang sudah kian sering terjadi di berbagai belahan dunia.
Sementara di kawasan Arktik, WMO memperkirakan suhu akan meningkat 2,4 derajat Celsius jika dibandingkan dengan rata-rata suhu dalam 30 tahun terakhir.
Pemanasan Arktik bisa mencapai lebih dari tiga setengah kali lipat daripada rata-rata pemanasan global, tulis laporan itu. Kondisi tersebut bakal mempercepat pencairan es di Samudra Arktik dan Pasifik Barat Laut.
Laporan WMO itu menjadi peringatan keras bagi para pemimpin dunia untuk segera mengambil langkah nyata dalam menghadapi krisis iklim. Tanpa komitmen global yang lebih kuat, terukur, dan berkelanjutan, laju pemanasan yang makin cepat itu dikhawatirkan sulit dikendalikan dalam beberapa tahun ke depan.
“Kita sedang berada pada titik kritis. Keputusan hari ini akan menentukan kondisi iklim dalam dekade mendatang,” ujar Barret. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO