Buka konten ini

DIA muncul ke panggung sepak bola sedekade lalu bersama Stade Rennais, pada usia 18 tahun, sebagai pemain sayap ajaib. Ousmane Dembele punya kecepatan yang luar biasa, kemampuan menggiring bola yang memukau, dan bakat untuk melakukan hal-hal yang spektakuler.
Borussia Dortmund tertarik merekutnya pada 2016 dan dihargai FC Barcelona dengan harga yang sangat tinggi, EUR105 juta, pada 2017. Barca sedang mencari pewaris takhta Neymar Jr kala itu.
Namun, kariernya tetap menjadi paradoks. Kecemerlangannya dibayangi oleh cedera yang terus-menerus, Paha belakang yang robek pada musim pertamanya membuatnya absen selama hampir lima bulan. Selama lima tahun berikutnya, Dembele absen lebih dari 100 pertandingan karena cedera otot yang berulang.
Ditambah bisik-bisik tentang kebiasaan buruknya di luar lapangan. Pesta hingga larut malam dan tidak disiplin diet. Tapi, anggapan lain menyebut bahwa gaya bermain Dembele yang mengandalkan dribel dan improvisasi daripada gerakan terstruktur berbenturan dengan filosofi Barca yang berbasis pada penguasaan bola. Apalagi, empat pelatih Barca yang menanganinya telah memainkannya dalam sistem berbeda-beda.
Keputusan pindah ke Paris Saint-Germain dua tahun lalu menempatkan Dembele sebagai pengekor karier Neymar. Enam tahun sebelumnya, Neymar juga pindah ke PSG dengan rekor transfer termahal dunia (EUR222 juta/Rp4,1 triliun). Tapi, Luis Enrique yang juga baru datang ke Les Parisiens mampu memanfaatkan kelebihan dan kekurangan Dembele.
Musim ini adalah puncaknya ketika Enrique menjadikan Dembele sebagai false nine dan dijawab dengan torehan 33 gol dalam 48 laga. Dembele juga meraih predikat pencetak gol terbanyak Ligue 1. ”Ousmane (Dembele) adalah penggiring bola yang luar biasa dan memiliki kaki yang cepat maupun kecepatan yang hebat,” kata mantan winger Paris Saint-Germain Ludovic Giuly kepada Telefoot.
”Dengan semua atribut pencapaian musim ini, terlebih memenangi Liga Champions, dia bisa meraih Ballon d’Or,” imbuh Giuly. (*)
Reporter : RYAN AGUNG
Editor : JP GROUP