Buka konten ini
Dengan mendaftarkan diri Anda di Harian Batam Pos, Anda akan mendapatkan akses penuh ke seluruh konten.

Isu reshuffle kabinet kembali mencuat. Namun Istana menegaskan belum ada keputusan atau pembahasan resmi terkait hal itu.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa Presiden Prabowo Subianto sejauh ini masih fokus pada evaluasi dan pemantauan kinerja menterinya.
“Alhamdulillah, sampai hari ini belum ada pembahasan mengenai reshuffle. Namun secara rutin Bapak Presiden melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh kinerja menteri di kabinet,” ujar Pras di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (23/5).
Dia menyebutkan bahwa evaluasi berkala adalah bagian penting dari tata kelola pemerintahan. Beberapa menteri mendapat catatan, sementara sebagian lainnya justru menuai apresiasi.
Menurut Pras, evaluasi sebagai wajar dan tidak selalu berarti akan ada reshuffle. “Yang paling penting adalah memastikan kabinet bekerja secara efektif dan memberi dampak nyata bagi rakyat. Semua keputusan strategis, termasuk soal komposisi kabinet, akan ditentukan dengan pertimbangan matang oleh Presiden,” tuturnya.
Presiden, lanjutnya, juga mengutamakan pendekatan evaluasi dan pembinaan dalam mengelola kinerja kabinet, dibandingkan langsung mengambil langkah reshuffle. Untuk catatan perbaikan bagi para anggota kabinet, kata dia,
Menteri dihimbau Presiden agar fokus bekerja untuk masyarakat. ”Beliau juga mengingatkan agar meng-hindari pernyataan-pernyataan yang bisa memicu kegaduhan, terutama yang bisa menyinggung masya-rakat,” imbuhnya.
Terkait konflik antara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Istana akhirnya buka suara . Kasus itu, lanjut Istana, sudah menjadi catatan istana.
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengatakan, kasus itu bagian dari evaluasi presiden.
”Kita tentu mendengarkan aspirasi dari masyarakat, terutama masyarakat kedokteran, teman-teman dokter kan adalah individu-individu atau insan-insan pilihan,” ujarnya di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (23/5).
Pras memastikan, apa yang menjadi masukan para dokter sudah diterima. Baik yang secara resmi disampaikan maupun mengikuti dari media massa. Diakuinya, presiden masih mempelajari kasus tersebut.
”Kita mempelajari betul, mempelajari betul untuk sekali lagi kemudian masalahnya apa nah kita cari jalan keluarnya,” imbuhnya.
Pras meyakini, baik Menteri Kesehatan maupun para guru besar dan dokter pasti punya niat baik dalam isu koligium. Namun, mungkin ada catatan dalam prosesnya yang harus diperbaiki.
Dia berharap, perbedaan itu bisa ditangani bersama. Jangan sampai mengganggu pelayanan publik, terutama dalam hal pelayanan kesehatan.
Terkait isu reshuffle, Pras menyebut belum ada pembahasan mengenai reshuffle. Meskipun secara rutin, Presiden melakukan monitoring dan mengevaluasi kinerja seluruh pembantunya di Kabinet Merah Putih.
”Kami semua diimbau oleh Bapak Presiden untuk fokus bekerja, memberikan manfaat bagi masyarakat. Dan diimbau untuk menghindari menyampaikan sesuatu yang dapat menimbulkan kegaduhan,” kata dia.
Kalaupun ada kebijakan akan pernyataan yang membuat kegaduhan, Pras menyebut tidak selalu otomatis di-reshuffle. Sebab, Prabowo mengutamakan pendekatan evaluasi dan pembinaan dalam mengelola kinerja kabinet.
”Belum tentu sesuatu yang disampaikan kurang pas itu sudah pasti kinerjanya tidak baik. Artinya nggak langsung melanggar kemudian akan dilakukan reshuffle, enggak seperti itu,” pungkasnya.
Sebelumnya, guru besar FK UI juga memprotes dan meminta agar kolegium kedokteran kembali independen. Hal itu didasarkan pada adanya perubahan tata kelola kolegium yang saat ini berada di bawah Kementerian Kesehatan. Guru Besar FK UI khawatir perubahan tata kelola kolegium di bawah kementerian dapat mengganggu independensi serta objektivitas, terutama dalam penentuan standar pendidikan dan kompetensi profesi. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG