Buka konten ini

MAKKAH (BP) – Jelang puncak ibadah haji 2025 yang diperkirakan jatuh pada 5 atau 6 Juni, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi terus berusaha menyelesaikan kebutuhan krusial para jemaah calon haji (JCH).
Selain percepatan distribusi kartu Nusuk dan visa, PPIH memperkuat pemantauan kesehatan JCH di tengah ancaman cuaca panas ekstrem yang diprediksi terjadi kembali pada fase puncak haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina).
Hingga H-12 puncak haji kemarin (23/5), sekitar 131.200 JCH Indonesia telah mendapatkan kartu Nusuk yang menjadi identitas digital resmi selama berada di tanah suci. Kartu ini sangat krusial karena digunakan untuk mengakses berbagai layanan dan lokasi penting seperti Masjidil Haram dan Armuzna.
Tahun ini, proses distribusi dilakukan melalui delapan syarikah mitra PPIH. Sekitar 86 persen JCH yang telah tiba di Tanah Suci sudah menerima kartu itu. Untuk mempercepat cakupan distribusi, PPIH membentuk operation room khusus.
Selain itu, PPIH juga menunjuk PIC di setiap sektor dan daerah kerja, serta menerapkan pelaporan digital berbasis kloter.
”Setiap hari, ketua kloter meng-update nama-nama jemaah yang belum mendapatkan Nusuk untuk kami koordinasikan dengan syarikah,” jelas Konsul Haji pada KJRI Jeddah, Nasrullah Jasam, Kamis (22/5) malam waktu Arab Saudi atau Jumat dini hari WIB.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) RI memastikan bahwa seluruh visa jemaah haji reguler hampir rampung.
”Per hari ini (kemarin), sebanyak 203.309 visa jemaah haji reguler sudah terbit,” kata Direktur Layanan Haji Dalam Negeri, Muhammad Zain.
Jika total JCH Indonesia adalah 203.320 orang, maka visa yang belum terbit tinggal untuk 11 JCH. Sementara itu, penerbangan gelombang dua dari Indonesia ke Jeddah masih berlangsung hingga akhir Mei. ”Masih cukup waktu menyelesaikan,” katanya.
Di sisi lain, pemantauan kondisi kesehatan jemaah juga menjadi perhatian utama menjelang fase puncak haji di Armuzna.
Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Daker Madinah, dr. Novitasari Nurlaila, mencatat bahwa setiap hari terdapat 100–150 pasien jemaah yang datang ke klinik.
”Penyakit terbanyak adalah ISPA, hipertensi, dan diabetes. Penyebabnya karena cuaca panas, kelelahan, dan aktivitas padat,” ujarnya.
Selain aktif mengimbau para JCH agar menjaga kondisi, tim KKHI juga rutin melakukan visitasi ke hotel-hotel jemaah, memantau langsung kondisi yang membutuhkan perhatian, serta melakukan rujukan jika ditemukan kasus darurat.
PPIH berharap seluruh jemaah haji Indonesia dapat menjalankan ibadah dengan aman, nyaman, dan sehat. PPIH juga terus mengimbau agar jemaah tidak ragu melapor kepada petugas jika menemui kendala di lapangan.
Sementara itu, JCH asal Kepri yang tergabung dalam kelompok terbang (Kloter) 1, 2, dan 17, jelang puncak haji, kembali meluangkan waktu untuk pemantapan manasik haji di musalah hotel masing-masing.
Pemantapan manasik haji ini dipimpin masing-masing TPIHI (Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia) di masing-masing kloter. Untuk kloter 2 BTH, langsung dibimbing oleh TPIHI, Muhammad Isa Ansory.
Selain itu, JCH asal Kepri dan seluruh JCH Embarkasi Batam yang telah tiba di Makkah juga meluangkan waktu untuk lebih banyak salat di Masjidil Haram.
”Alhamdulillah, secara umum, kondisi JCH asal Kepri, sehat walafiat. Hanya beberapa yang terserang pilek atau batuk ringan,” ujar Zul Arif, salah satu JCH Kloter 2 Embarkasi Batam kepada Batam Pos melalui pesan WhasApp.
Ia menambahkan, tim dokter selalu siaga memberikan pengobatan pada JCH yang membutuhkan. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG