Buka konten ini
JOMBANG (BP) – Di manapun komplotan yang terdiri dari beberapa warga negara asing (WNA) itu beraksi, benang merahnya selalu sama: modus tukar uang dengan berbagai alasan. Mulai dari tidak punya rupiah, ingin membayar parkir, hingga mencari pecahan dengan kode tertentu.
Diduga, itulah metode mereka untuk menghipnotis atau menggendam korban. Ujung-ujungnya, komplotan tersebut membawa lari uang, barang, atau bahkan keduanya.
Kelompok ini tercatat telah beraksi di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Namun, diperkirakan korban tidak hanya di Jombang, Mojokerto, dan Kudus, melainkan juga di sejumlah kota lain, bahkan kemungkinan sampai ke Bali. Tapi, bisa jadi, belum semua korban melapor ke polisi.
Kedua WNA yang berbicara dalam bahasa Inggris itu keluar dari konter ponsel Golden Cell 4 di Desa Pulolor, Kecamatan/Kabupaten Jombang, dengan santai. Padahal, pada siang 23 Februari sekitar pukul 15.00 itu, mereka baru saja menggondol uang tunai Rp2,5 juta.
Dalam rekaman CCTv berdurasi 1 menit 43 detik yang ditonton Radar Jombang (grup Batam Pos), sosok pertama yang datang ke konter berperawakan tinggi besar, mengenakan kemeja krem dan bertopi biru. Tak lama kemudian, satu orang lagi yang memakai kaus dan bertopi hitam menyusul.
WNA bertopi biru itu terlihat mengeluarkan dompet dari tas dan memberikan dua lembar uang pecahan Rp50.000 kepada karyawan konter, Yusuf Efendi. Ia tampak seolah ingin menukarkan uang, mungkin dengan alasan membayar tukang parkir. Ia kemudian masuk ke ruang kasir dan menguras uang di dalam laci. Terlihat pelaku mengambil tumpukan uang pecahan Rp100.000.
“Awalnya beli charger, tapi charger-nya tidak ada. Terus mengeluarkan uang pecahan Rp50 ribu dua lembar mau tukar. Saya kasih Rp5.000-an, tidak mau, langsung masuk ke kasir ambil sendiri,” ujar Yusuf (25/2). Yusuf mengaku baru tersadar kehilangan uang saat hendak menutup konter. Total uang yang dihitung hilang Rp2,5 juta.
“Saat dicek CCTv sama bosnya, itu yang ambil warga WNA itu. Kejadiannya cepat, tidak sampai satu menit. Tidak bisa nolak saya waktu itu,” ucapnya.
Dari Beras Ganti Gula
Sebulan kemudian, komplotan yang diduga sama beraksi di sebuah toserba Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Trowulan merupakan kawasan perbatasan dengan Kabupaten Jombang.
Radar Mojokerto (grup Batam Pos) melaporkan, Tita dan seorang rekan kerjanya di Via Ollshop seperti tidak sadar ketika dua orang asing yang diduga WNA menggasak Rp2 juta dari laci kasir pada sore sekitar pukul 16.20 akhir bulan lalu (26 April). “Awalnya tanya beras, tapi tidak ada. Terus akhirnya beli gula (1 kilogram),” ujar Tita.
Setelah menyelesaikan pembayaran, pelaku hendak menukarkan dua lembar uang pecahan Rp50 ribu dengan uang Rp100 ribu lawas. Pria berbaju hijau dan bertopi hitam itu memaksa mengecek uang di laci kasir.
Seusai beraksi, mereka pergi membawa uang dan gula ke salah satu mobil yang terparkir di tepi Jalan Nasional Surabaya–Jombang. “Kami baru sadar waktu mau ngecek totalan. Ternyata uangnya kurang Rp2 juta, padahal harusnya Rp4,7 juta,” kata Tita.
Selama kedua WNA itu beraksi, Tita diajak ngobrol dan sempat disentuh salah satu pelaku. “Disuruh menulis alamat resto yang makanannya enak. Mereka tidak bisa bahasa Indonesia,” katanya.
Pecahan Uang Tertentu
Aksi terbaru komplotan yang diduga sama tercatat di Pati, Jawa Tengah. Tepatnya di wilayah Kecamatan Trangkil dan Margoyoso. Akibat peristiwa itu, sejumlah toko kehilangan uang hingga puluhan juta rupiah.
Kepada Radar Kudus (grup Batam Pos), Rizal, salah satu pemilik toko yang jadi sasaran, menceritakan, modusnya adalah salah satu dari komplotan itu membeli barang, misalnya headset. Setelah itu, ia kembali dengan maksud ingin menukar uang pecahan Rp100 ribu dengan nomor seri tertentu, yakni kode “IND”.
“Pemilik toko lalu mengeluarkan semua uang mereka ke meja. Di situlah mereka mulai melancarkan aksinya,” ungkap Rizal.
Dari informasi yang dikumpulkan Rizal, komplotan itu tidak hanya beraksi di Pati. Misalnya di Lamongan pada 5 Mei, Situbondo pada 8 Mei, lalu tiba di Pati pada 9 Mei.
Setelah dari Pati, mereka diketahui menuju Semarang. Di tokonya sendiri, Rizal mengaku karyawannya sempat melayani permintaan tukar uang dari komplotan tersebut. Namun, karena uang tunai yang tersedia hanya sekitar Rp700 ribu dalam pecahan kecil, pelaku membatalkan.
Pelaku diketahui berjumlah tiga orang. Pria pelaku utama berbicara dengan pemilik toko. Ada pula perempuan mendampingi, misalnya pura-pura mencoba parfum. Satu pelaku lain berjaga di luar toko.
Setelah mengunggah video kejadian di tokonya yang diambil dari rekaman CCTv ke media sosial, Rizal banyak menerima pesan dari korban lain, termasuk dari penginapan di Rembang yang pernah disinggahi para pelaku. Mereka memberikan informasi mengenai nomor polisi kendaraan yang digunakan komplotan tersebut.
Polda Jatim Sudah Tangkap Dua Pelaku
Unit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim telah mengamankan dua orang yang diduga anggota komplotan warga negara asing pelaku penggendaman di berbagai kota Keduanya berasal dari Pakistan.
Mereka ditangkap pekan lalu. Namun, mengingat komplotan tersebut kerap beraksi dengan lebih dari dua pelaku, terbuka kemungkinan pelaku yang bakal dicokok kelak juga bakal bertambah.
“Dua orang sudah kami amankan. Informasi saat ini masih dalam pengembangan,” ungkap Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Arbaridi Jumhur, Minggu (18/5).
Di Jatim, sejak Februari lalu, tercatat mereka sudah beberapa kali beraksi dengan sasaran toko atau konter yang terletak di tepi jalan raya. Yang terbaru terjadi di Desa Gunung Malang, Suboh, Situbondo, pada Senin (5/5) tiga pekan lalu. Tiga pelaku menjarah uang mencapai Rp 28 juta.
Tiap kali beraksi, satu orang berperan mengalihkan perhatian penjaga toko seperti menggendam.
Sementara itu, pelaku lain menjarah uang toko yang disimpan di dalam laci saat penjaga toko dalam keadaan lengah. “Jaringan pelakunya sama. Tukang tipu-tipu dengan modus pengalihan,” sambung eks Kasubdit I Ditresnarkoba Polda Kepri tersebut.
Terkait identitas kedua pelaku yang sudah diamankan, pihaknya belum bisa memberikan keterangan lebih lanjut. Sebab, pendalaman masih dilakukan untuk membongkar jaringan yang diduga didominasi oleh warga asal kawasan Asia Selatan. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG