Buka konten ini
Gigitan nyamuk jenis tertentu sangat berbahaya karena bisa menyerang sistem saraf pusat. Bisa menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan kematian. Pasien bisa terlihat seperti mengalami stroke.


Gigitan dari seekor nyamuk sering kali kita menyepelekan. Namun siapa sangka, makhluk kecil bersayap tersebut juga mematikan, jika ia membawa serta parasit yang disuntikkannya ke dalam darah manusia. Itulah malaria.
Apa itu malaria?
Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Awal Bros (RSAB) Batam, dr Febe Adriana Habelina SpPD, menga-takan bahwa malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, bukan virus atau bakteri. Parasit penyebab malaria hidup dan berkembang biak dalam tubuh nyamuk anopheles, yang kemudian bisa menularkan parasit tersebut ke manusia melalui gigitan.
”Setelah parasit masuk ke tubuh manusia, ia akan menyerang dan berkembang biak di dalam sel darah merah. Selain itu, parasit juga bisa bersembunyi di hati (liver), dan pada tahap ini ia bisa berada dalam kondisi dormant atau tidak aktif selama beberapa waktu, lalu kembali aktif dan berkembang biak,” katanya kepada Batam Pos, Jumat (25/4).
Gejala Malaria
Gejala awal malaria biasanya adalah demam. Jenis demam yang muncul tergantung dari spesies parasit yang menginfeksi. Ada beberapa jenis malaria, yaitu: Plasmodium falciparum (paling berbahaya), Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium knowlesi (jarang). ”Parasit ini merusak sel darah merah, menyebabkan anemia, sesak napas, kelelahan, hingga kulit dan mata tampak kuning (ikterik) akibat meningkatnya bilirubin, produk sisa dari penghancuran sel darah merah,” jelas Febe.
Jenis falciparum, lanjutnya, sangat berbahaya karena bisa menyerang sistem saraf pusat, menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, bahkan kematian. ”Pasien bisa terlihat seperti mengala-mi stroke.”
Penularan Malaria
Malaria hanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Ano-pheles betina yang membawa parasit. Saat nyamuk menggigit, ia menyuntikkan parasit ke aliran darah manusia. Karena parasit langsung masuk ke aliran darah, ia bisa menyebar ke seluruh tubuh.
Tidak seperti nyamuk Aedes (penyebab demam berdarah) yang berkembang biak di air bersih tergenang, nyamuk anopheles lebih sering ditemukan di daerah rawa, hutan, atau tempat-tempat lembap lainnya.
Kasus Malaria di Batam
Di Batam, kasus malaria sangat jarang ditemukan. ”Dalam pengalaman dua tahun di Batam (RS Awal Bros), saya hanya ditemukan satu kasus, yaitu seorang polisi yang sebelumnya bertugas di Papu-a daerah endemis malaria,” kata Febe.
”Saat itu pasien mengalami demam dan mata kuning. Setelah ditanya lebih lanjut, ternyata memang ada riwayat terkena malaria. Pemeriksaan tetes darah menunjukkan infeksi malaria vivax. Karena malaria tidak umum di Batam, pengobatan sempat sulit ditemukan dan harus dicari ke puskesmas di pulau lain.”
Febe mengatakan, banyak orang kesulitan membedakan malaria dengan penyakit lain seperti demam berdarah, hepatitis, atau tifoid, karena gejalanya bisa mirip, misalnya demam dan kulit kuning.
Perbedaan utama:
Malaria disebabkan oleh parasit, menyerang sel darah merah dan hati, bisa menyebabkan pembesaran limpa. Demam berdarah disebabkan oleh virus, menyebabkan kebocoran pembuluh darah dan bintik-bintik merah di kulit.
”Sedangkan hepatitis menyerang hati dan menyebabkan peningkatan bilirubin, tetapi tidak menyerang sel darah merah atau menyebabkan pembesaran limpa seper-ti malaria,” katanya.
Cara Mendeteksi Malaria
Ciri-ciri malaria yang bisa dicurigai:
– Demam lebih dari 7 hari (naik-turun, tidak mencapai suhu normal)
– Kulit pucat (anemia)
– Mata atau kulit menguning (bilirubin meningkat)
– Riwayat bepergian ke daerah endemis
– Pembesaran limpa saat diraba
– Pemeriksaan tetes darah menunjukkan adanya parasit
Pengobatan Malaria
Saat ini, pengobatan malaria sudah mengikuti panduan dari dinas kesehatan dan tidak terlalu dibedakan berdasarkan jenis parasit. Obat yang umum digunakan adalah kombinasi artemisinin-based combination therapy (ACT), seperti Artesunate atau Dihydroartemisinin-Piperaquine.
”Pengobatan ini efektif untuk hampir semua jenis malaria,” jelas Febe.
Namun, penting juga untuk memastikan pasien mendapatkan diagnosis yang tepat, terutama karena gejalanya bisa menyerupai penyakit lain.
Pengobatan Malaria
dr Febe mengatakan, saat ini pengobatan malaria sudah lebih sederhana karena sudah ada panduan resmi dari Kementerian Kesehatan, termasuk melalui program DHF dan PRIMAQUINE. Terapi yang digunakan berupa kombina-si dua obat, yang dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. ”Panduannya jelas, mirip seperti pengobatan TBC: berat badan sekian tablet sekian, dan seterusnya. Semua sudah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan,” tutur perempuan yang sedang hamil 4 bulan ini.
Kapan Pasien Perlu Dirawat Inap?
”Pasien malaria sebenarnya tidak perlu dirawat inap jika tidak ada tanda-tanda malaria berat, seperti gangguan pada sistem saraf pusat. Selama pasien masih bisa makan dan minum, pengobatan peroral (diminum) sudah cukup. Tapi jika ada gangguan kesa-daran, maka itu bisa jadi tanda komplikasi berat dan perlu penanganan lebih lanjut di rumah sakit,” terang dia.
Siapa saja yang rentan terhadap malaria?
”Kelompok usia yang rentan terkena malaria berat biasa-nya adalah balita, lansia, dan mereka yang sistem imunnya lemah, misalnya karena TBC, diabetes, atau hipertensi. Selain itu, jenis parasitnya juga berpengaruh. Plasmodium falciparum, misalnya, lebih sering menyebabkan gangguan pada sistem saraf pusat diban-dingkan jenis lainnya.”
Mengapa P. falciparum Lebih Berbahaya?
”Menurut para ahli, P. falciparum cenderung berukuran lebih kecil dan bentuknya memudahkannya untuk me-nembus sistem saraf pusat. Ketika sampai di otak, parasit bisa menyebabkan inflamasi. Otak adalah organ sensitif yang tidak bisa toleransi dengan pembengkakan. Tekanan di dalam otak yang meningkat bisa menyebabkan penurunan kesadaran, bahkan herniasi otak yang bisa mengancam nyawa. Ini bukan karena pecahnya pembuluh darah, tapi bisa juga karena penyumbatan yang menyebabkan iskemia dan pembengkakan,” Febe menjelaskan.
Pencegahan Itu Kunci
Menurut dr Febe, pencegahan malaria jauh lebih baik daripada pengobatan. Kalau hendak bepergian ke daerah endemis, dan hanya untuk waktu singkat seperti liburan atau proyek, biasanya diberikan obat antimalaria sebagai pencegahan. Tapi jika tinggal lama, seperti penempatan tugas, maka obat pencegahan tidak selalu diberikan.
”Kita juga bisa melindungi diri dengan menggunakan repelan (obat oles anti-nyamuk), me-ngenakan pakaian panjang, dan menjaga lingkungan tetap bersih dari genangan air,” ujarnya.
”Selain itu, nyamuk tidak suka bau-bauan tertentu seper-ti lavender atau serai, jadi bisa juga ditanam di sekitar rumah. Pasang juga kasa di jendela dan pintu agar nyamuk tidak masuk,” sarannya.
Peran Fasilitas Kesehatan
dr Febe mengatakan bahwa deteksi dini oleh tenaga kese-hatan juga penting. Misalnya, orang yang baru datang dari daerah endemis sebaiknya diperiksa (screening) dulu. Jangan sampai mereka membawa parasit ke daerah yang sebelumnya bebas malaria.
”Tenaga kesehatan harus lebih aktif mencari kasustidak cukup hanya tanya dari jauh tanpa pemeriksaan fisik langsung. Apalagi malaria gejalanya mirip dengan demam biasa, jadi butuh ketelitian,” katanya.
Ia mengimbau kepada masyarakat, bahwasanya penting bagi masyarakat sadar akan bahaya malaria. Pasalnya, penyakit ini memang jarang dibicarakan dibanding DBD, padahal dampaknya bisa fatal. ”Jagalah lingkungan tetap bersih, gunakan perlindungan diri saat bepergian, dan segera periksa ke dokter jika menga-lami demam, terutama setelah dari daerah endemis,” pungkasnya. (*)
Reporter : YUSUF HIDAYAT
Editor : Muhammad Nur