Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DPD Kepri menggelar aksi bersih-bersih di Pelantar Lingkar Kampung Tua Tanjungriau, Sekupang, Selasa (22/4). Aksi sempena peringatan Hari Bumi ini melibatkan 30 anggota aktif ASPPI Kepri yang turut serta dengan membawa berbagai peralatan kebersihan untuk membersihkan kawasan tersebut.
Ketua ASPPI Kepri, Justitia Primadona, yang juga turut hadir dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa aksi ini tidak hanya dilakukan oleh ASPPI, melainkan juga melibatkan berbagai komunitas dan instansi lainnya.
“Kami bekerja sama dengan Komunitas World Clean Day (WCD), mahasiswa dari ITEBA, Polisi Pamong Praja, serta perangkat Kelurahan Tanjungriau yang dipimpin langsung oleh Pak Lurah, Syamsuddin, dan Camat Sekupang, Kamarul Azmi, perangkat RW dan RT Tanjungriau bersama masyarakat setempat juga berpartisipasi dalam kegiatan ini,” sebut Dona.
Mengangkat tema “Green Sustainable”, aksi bersih-bersih ini berhasil mengumpulkan sebanyak 523 kilogram sampah. Selain itu, kegiatan ini juga sekaligus merayakan ulang tahun ke-17 ASPPI.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, yang turut hadir serta ikut bersih-bersih dalam kegiatan tersebut, menyatakan bahwa aksi ini merupakan wujud nyata dari peran insan pariwisata dalam mendukung pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism).
“Pelantar Tanjungriau adalah salah satu destinasi wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan, terutama karena pemandangan sunset yang indah. Namun, karena letaknya yang berada di pinggir laut, sampah dari laut sering terbawa ombak ke pantai. Aksi bersih-bersih oleh ASPPI ini sangat tepat dilakukan di lokasi ini untuk menjaga agar destinasi ini tetap bersih dan nyaman untuk dikunjungi,” terang Ardi.
Ardi juga berharap masyarakat sekitar Pelantar Tanjungriau terus menjaga kebersihan di lingkungan mereka. “Peran aktif orangtua dalam keluarga sangat penting untuk mendidik anak-anak dalam menjaga kebersihan di sekitar tempat tinggal mereka,” harapnya.
Selain itu, Ardi menyebutkan bahwa Tanjungriau juga dipilih Pemerintah Kota (Pemko) Batam sehingga mendapatkan program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk mengatasi kawasan permukiman kumuh di suatu wilayah. Dengan dukungan program ini, Tanjungriau berpotensi menjadi destinasi wisata berbasis community-based tourism (CBT).
“Dimana rumah penduduk bisa dijadikan homestay untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat,” katanya.
Untuk diketahui, kawasan Pelantar Tanjungriau pernah dikunjungi oleh Wakil Menteri (Wamen) Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati atau yang lebih dikenal sebagai Ni Luh Puspa, akhir tahun lalu. Wamenpar menekankan agar semua pihak berupaya menambah daya tarik destinasi yang menawarkan pemandangan laut lepas tersebut.
“Saya melihat Tanjungriau ini sebenarnya sudah bagus karena Kementerian PUPR sudah membangunkan dermaga pendukungnya, tapi yang masih jadi pekerjaan rumah adalah perawatan dan pengelolaan sampah,” ujar Wamenpar, kala itu.
Tanam Ratusan Pohon Matoa di Lingkungan MTsN 1 Batam
Memperingati Hari Bumi ke-55, Selasa (22/4), Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 1 Batam turut ambil bagian dalam gerakan nasional penanaman sejuta pohon matoa. Kegiatan ini merupakan inisiatif Kementerian Agama Republik Indonesia sebagai langkah nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Sebagai simbol komitmen terhadap gerakan cinta bumi, ratusan pohon matoa ditanam di lingkungan sekolah. Kegiatan ini sekaligus menjadi momen edukatif untuk menanamkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan kepada para siswa sejak dini.
Kepala MTsN 1 Batam, Khairina, menegaskan bahwa pena-naman pohon bukan sekadar seremoni memperingati Hari Bumi, melainkan bentuk kontribusi nyata madrasah dalam menjaga bumi dari ancaman kerusakan lingkungan.
“Ini bukan sekadar menanam pohon, tetapi juga menanam kesadaran akan pentingnya merawat bumi. Mari kita sukseskan bersama penanaman pohon matoa ini,” ujarnya.
Ia menyebut, pohon memiliki peran vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Selain menyerap karbon dan meningkatkan kualitas udara, keberadaan pohon juga dapat mencegah banjir. “Penanaman pohon matoa kami fokuskan di area sekolah karena siswa masih mengikuti pelajaran. Namun, mereka tetap dilibatkan dalam kegiatan edukasi lingkungan,” tambahnya. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK