Buka konten ini

SUASANA Kantor Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Kota Batam di Jalan Kartini, Kelurahan Seiharapan, Sekupang, mendadak mencekam, Senin (14/4) pagi. Seorang pegawai honorer, Hafiz Rinanda, 29, tewas dengan luka parah di leher setelah digorok rekan kerjanya, Faras Kausar, 26, yang juga diketahui merupakan kerabat sendiri.
Kejadian berdarah ini berlangsung saat jam kerja, sekitar pukul 11.15 WIB, di area belakang kantor. Saat itu, korban yang baru kembali masuk kerja usai libur Lebaran tengah duduk santai sambil merokok. Ia sempat memanggil pelaku dan mengajaknya berjabat tangan, namun Faras yang telah menyimpan dendam justru menyerang Hafiz dari belakang menggunakan sebilah pisau dapur.
“Korban disayat bagian leher menggunakan tangan kiri pelaku. Korban mengalami luka cukup dalam dan sempat dibawa ke RSBP Batam, namun nyawanya tidak tertolong,” ujar Kapolsek Sekupang, Kompol Benhur Gultom, saat memberikan keterangan resmi.
Dari hasil pemeriksaan sementara, motif pembunuhan ini didasari rasa sakit hati mendalam yang dipendam pelaku. Faras mengaku selama satu tahun terakhir merasa kerap di-bully oleh korban, baik secara verbal maupun mental. Salah satu ejekan yang paling membekas di hati pelaku adalah sebutan “bongak”.
“Pelaku menyimpan dendam lama. Ia merasa sering dipermalukan, bahkan di depan orang lain. Dari pengakuannya, pelaku sudah merencanakan aksi ini sejak Minggu (13/4),” jelas Benhur.
Pelaku diketahui membeli pisau sehari sebelumnya dan menyimpannya di dalam tas. Ia sempat berangkat kerja seperti biasa pada Senin (14/4) pagi. Namun sempat keluar kantor menuju Tiban Center untuk membeli pisau tambahan. Ia lalu kembali ke kantor dan mengeksekusi rencananya tanpa perlawanan dari korban.
Aksi pembunuhan itu disaksikan oleh beberapa pegawai lain. Dua orang saksi mata yang berada di lokasi melihat secara langsung saat pelaku menggorok korban. Mereka sempat berteriak dan berusaha menolong Hafiz, namun pelaku sempat mengacungkan pisau sebelum akhirnya berhasil diamankan bersama rekan lain.
“Setelah melakukan aksinya, pelaku sempat terlihat tegang. Ia tidak melarikan diri dan menyerahkan diri setelah dibujuk,” ujar Benhur.
Usai kejadian, polisi langsung melakukan olah TKP dan mengamankan barang bukti berupa pisau yang sempat dibuang pelaku ke jurang kecil di sekitar kantor. Pelaku kini ditahan di Mapolsek Sekupang untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Diketahui, Hafiz dan Faras sama-sama berstatus sebagai pegawai honorer di Sub Bagian Gedung, Bidang Prasarana CKTR Kota Batam. Keduanya bahkan telah dinyatakan lulus seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan tinggal menunggu proses administrasi selanjutnya.
“Jadi memang sehari-hari mereka bekerja di lokasi yang sama. Bahkan hubungan keluarga mereka cukup dekat karena sepupuan. Tapi pelaku menyimpan luka batin yang mendalam,” ungkap Kapolsek.
Atas perbuatannya, Faras Kausar dijerat pasal berlapis. Polisi menjerat pelaku dengan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, serta Pasal 351 ayat (3) KUHP tentang penganiayaan yang menyebabkan kematian. Ancaman maksimalnya adalah hukuman mati atau penjara seumur hidup.
Sementara itu, jenazah Hafiz saat ini masih berada di ruang jenazah RS BP Batam untuk proses autopsi. Pihak keluarga telah dihubungi dan menyatakan akan membawa jenazah korban ke kampung halamannya di Riau untuk dimakamkan.
Hingga Senin (14/4) sore, suasana kantor CKTR masih tampak lengang. Beberapa pegawai terlihat masih shock atas kejadian tak terduga tersebut. Aktivitas pelayanan untuk sementara dihentikan.
Berdasarkan keterangan saksi di lapangan, pelaku dan korban diketahui bertugas di bagian yang sama. Korban sempat dipanggil korban sebelum akhirnya digorok di bagian leher.
“Awalnya cuma dipanggil, tapi nggak nyangka sampai segitunya. Tiba-tiba pelaku balik bawa pisau dan langsung menyerang,” ujar Musdiansyah, salah seorang warga sekitar yang ikut menyaksikan kepanikan usai kejadian.
Musdiansyah menyebut korban sempat dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil ambulan Rumah Singgah Pemprov Kepri. Namun sayang nyawanya tak tertolong lagi.
”Tadi banyak kali darahnya, pelaku langsung diamankan dan korban dibawa ke rumah sakit,” tukasnya.
Kematian tragis Hafiz Rinanda, 29, pegawai honorer di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batam, menyisakan luka mendalam bagi orang-orang terdekatnya. Hafiz meregang nyawa usai diduga digorok oleh rekan kerjanya sendiri, Faras Kausar, 26, yang juga merupakan teman satu kampusnya semasa kuliah.
Hafiz dikenal sebagai pribadi yang hangat, bersahaja, dan penuh canda. Teman-temannya, baik semasa kuliah maupun di lingkungan kerja, tak pernah melihat sisi gelap dari pria asal Kampar, Riau, tersebut. Kabar kematiannya yang disertai narasi dugaan perundungan terhadap pelaku, sangat sulit dipercaya oleh rekan-rekannya.
“Saya dan istri sama-sama kenal Hafiz sejak kuliah. Kami satu jurusan, satu kelas di UIN, jurusan Hukum. Sampai detik ini kami masih tidak percaya dengan tudingan bahwa dia membuli. Dia terlalu baik untuk itu,” ujar F, rekan dekat korban saat ditemui di Kamar Jenazah RSBP Batam, Senin (14/4).
Menurut F, Hafiz adalah sosok yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki empati tinggi kepada orang-orang di sekitarnya. Ia dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul, suka memulai percakapan, dan selalu memperlakukan teman sebagai keluarga.
“Orangnya care banget. Dia kalau bercanda itu nggak pernah nyakitin, nggak pernah pakai kata-kata kasar. Bercandanya wajar, malah sering bikin suasana jadi cair,” kenang F.
F terakhir kali bertemu dengan Hafiz dua tahun lalu, saat Hafiz baru saja menikah. Karena kesibukan masing-masing, komunikasi sempat terputus, namun F selalu mendengar kabar baik tentang Hafiz, termasuk soal keluarganya yang harmonis dan anak pertamanya yang kini berusia sekitar 1,5 tahun.
Anak laki-laki Hafiz saat ini berada di kampung halaman, dibawa pulang usai Lebaran lalu. Hafiz dan istrinya sepakat membawa anak ke Kampar karena keduanya sibuk bekerja di Batam. Kabar duka ini menjadi pukulan berat bagi sang istri.
“Istrinya sempat pingsan di RSBP begitu tahu kabar suaminya meninggal. Sampai sekarang masih trauma berat,” ucap F lirih.
Menurutnya, sejak kuliah hingga bekerja, Hafiz tak pernah menunjukkan sikap yang bisa menyinggung orang lain. Ia dikenal sebagai pribadi yang menyenangkan, jauh dari kesan kasar atau arogan.
“Kalau soal nge-bully, rasanya gak masuk akal. Karena selama saya kenal dia dari kuliah sampai sekarang, gak ada catatan buruk tentang dia, termasuk kepada teman-teman yang lain. Dia bukan tipe orang yang suka menyakiti, malah sebaliknya, selalu berusaha buat orang nyaman,” ujarnya.
Jenazah Hafiz rencananya akan dipulangkan ke kampung halamannya di Kampar, Riau, untuk dimakamkan. Pihak keluarga tengah mempersiapkan proses pemulangan tersebut. Rekan-rekan korban di lingkungan kerja dan kuliah turut memberikan peng-hormatan terakhir.
“Kami tidak membela siapa-siapa, tapi kami hanya ingin menyampaikan bahwa Hafiz yang kami kenal bukan seperti yang diberitakan. Dia terlalu baik untuk berbuat sejauh itu,” tutur F.
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa konflik pribadi, sekecil apapun, jika tak diselesaikan dengan bijak, bisa berujung tragis. Kepergian Hafiz bukan hanya kehilangan bagi keluarga, tapi juga duka mendalam bagi mereka yang pernah mengenalnya sebagai sahabat, rekan kerja, dan saudara.
Di lain pihak, psikolog Irfan Aulia mengatakan bahwa aksi bullying atau perundungan akan membuat korbannya menjadi frustasi dan agresi. Sehingga, korban ini akan melakukan kekerasan kepada orang yang merundungnya.
“Berdasarkan riset, orang di-bully dan tidak punya solusi, maka dia akan cenderung bertindak agresi,” ujar irfan, Senin (14/4).
Irfan mencontohkan kasus pembunuhan yang dilakukan Faras Kausar, pegawai honorer di Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Batam. Irfan menilai pelaku pembunuhan sekaligus korban bullying ini tidak memiliki solusi untuk mengatasinya.
“Jadi mereka belajar bahwa suatu cara mengatasi masalah dengan berprilaku agresi atau kekerasan,” katanya.
Menurut Irfan, korban perundungan harus berani speak up soal masalahnya. Karena apabila ia tetap diam secara terus-menerus, maka si pelaku bully itu akan tetap terus melakukan perundungan.
“Oleh karena itu, penikaman itu sudah tidak ada jalan keluar, dan ikut agresi kepada pelaku bullying,” ungkapnya.
Selain itu, kata Irfan, seseorang tidak hanya harus speak up apabila diri sendiri yang menjadi korban bully. Setiap orang harus speak up apabila melihat teman atau orang di sekitar yang menjadi korban bullying. (***)
Reporter : RENGGA YULIANDRA – YOFI YUHENDRI
Editor : RYAN AGUNG