Buka konten ini
Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Peribahasa ini tampaknya pas untuk menggambarkan Sila Wati yang mewarisi keahlian merajut dari ibunya dan menjadikannya sebagai sumber penghasilan yang menjanjikan.
Kirumi berdiri pada 2017, dirintis oleh Sila Wati, 52, dengan konsep kerajinan tangan berupa produk rajutan. Nama Kirumi sendiri diambil dari gabungan nama kedua anaknya, Akira dan Mayumi. Ciri khas Kirumi terletak pada desainnya yang unik dan orisinal, bahkan bisa disesuaikan dengan permintaan pelanggan.
“Saya belajar merajut dari ibu saya di Medan, awalnya hanya iseng coba-coba,” tuturnya.
Namun siapa sangka, dari coba-coba itu ia menjadi satu-satunya di antara saudara-saudaranya yang mampu merajut. Sejak saat itu, Sila mulai memproduksi beragam karya rajutan. Sebelum serius menekuni dunia rajut, ia sempat bekerja sebagai karyawan di bagian administrasi. Namun, saat pandemi Covid-19 melanda, ia memilih berhenti dan fokus pada dunia rajut yang ternyata mendatangkan rezeki.
“Pas Covid saya bingung mau ngapain di rumah, ya udah saya merajut aja. Eh, makin ke sini kok malah menghasilkan,” kata Sila sambil tersenyum.
Sila menjelaskan, sebelum mulai merajut, seseorang harus mempelajari polanya terlebih dahulu. Bagian tersulit adalah memikirkan ide desain dan pola yang menarik.
“Biasanya saya cari inspirasi dari Pinterest. Dan saat membuat, saya harus pakai hati biar dapet feel-nya dan hasilnya bagus,” imbuhnya.
Produk yang dihasilkan Kirumi beragam, mulai dari tas, sepatu, topi, syal, hingga berbagai aksesori lainnya. Lama pengerjaan tergantung tingkat kesulitan. Misalnya, untuk gantungan kunci memerlukan waktu sekitar 30 menit.
“Yang paling laku itu gantungan kunci, tapi kalau di hotel-hotel turis lebih suka tas,” ucap Sila.
Harga produknya pun bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp3 juta.
Sejak 2019, Kirumi telah berpartisipasi di berbagai ajang nasional, seperti Festival Payung Indonesia. Bahkan pada 2021 dan 2023, Kirumi masuk 10 besar nasional.
“Waktu itu bikin payung untuk lomba sampai butuh waktu 10 hari,” kenangnya.
Tak hanya berkarya sendiri, Sila juga aktif di komunitas Asosiasi Rajut Indonesia (ARI) yang ia dirikan sejak 2017. Di Batam, komunitas ini memiliki 15 anggota, yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga.
“Kami rutin kumpul setiap Sabtu di Baresto Café Mega Mall,” sebutnya.
Selain aktif di bazar dan event, Sila juga sering diundang untuk memberikan pelatihan merajut. Kirumi juga bekerja sama dengan berbagai tempat wisata dan resort, seperti Montigo Resort, Nongsa Point Marina, Batam View, Eco Wisata Mangrove, Love Batam Seafood, dan Lagoi dengan sistem konsinyasi.
“Sekarang saya lagi kerjakan pesanan konsinyasi untuk Amanda Brownies, sebanyak 150 pcs,” kata Sila.
“Kalau di Montigo Resort biasanya ramai saat libur sekolah di bulan Juni dan Desember,” tambahnya.
Ia juga mempelajari preferensi pelanggan. Menurutnya, pembeli dari Asia lebih menyukai warna cerah dan mencolok, sedangkan pembeli dari Korea lebih memilih warna-warna soft. Sementara turis dari Eropa cenderung menyukai warna kalem dan nude.
Untuk memenuhi pesanan dalam jumlah besar, Sila dibantu oleh tiga orang anggota komunitasnya. Sejak 2022, Kirumi juga rutin menerima pesanan dari Bali. Produk Kirumi pun dapat menjangkau semua kalangan usia.
“Omzetnya sudah tembus dua digit,” ungkapnya bangga.
Tahun ini, Sila menargetkan untuk membuka toko offline bersama timnya agar produk Kirumi lebih mudah dijangkau masyarakat.
“Semoga Kirumi terus menjadi incaran berbagai kalangan dan bisa mengikuti tren zaman,” pungkasnya. (***)
Reporter : TIA CAHYA NURANI
Editor : MUHAMMAD NUR