Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Kemente-rian Pekerjaan Umum (PU) berusaha mencari terobosan untuk menangani banjir Jakarta dan Bekasi. Mereka mengusulkan penanganan banjir Jakarta masuk dalam daftar proyek strategis nasional (PSN).
“Insyaallah. Tadi Pak Wagub (Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno) mengatakan ada pengendalian banjir DKI. Maksudnya, pemprov juga akan mengu-sulkan,” kata Menteri PU Dody Hanggodo, Sabtu (8/3).
Dia menyatakan telah mengutus sejumlah direktur jenderal untuk membahas rencana tersebut dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung. Diharapkan, pembahasan berjalan lancar sehingga penanganan banjir bisa lebih cepat.
Adapun soal banjir di Bekasi, Dody menilai salah satu penyebabnya adalah proyek pembangunan tanggul 32 kilometer yang belum selesai. Pemba-ngunan itu terhambat pembebasan lahan. “Biasanya pembebasan lahan ditangani peme-rintah daerah,” ujarnya.
Dia menegaskan segera berkomunikasi dengan Pemkab Bekasi untuk membahas kelanjutan proyek tanggul tersebut. Diyakini, tanggul itu bisa meredam potensi banjir di seputar Bekasi. “Ini merujuk banjir Jakarta Timur yang berkurang karena pembangunan tanggul serupa,” ungkap Dodi.
Luapan Air Sungai Mendominasi
Banjir parah di sebagian wilayah Jakarta dan Bekasi pada Selasa (4/3) lalu disebabkan multifaktor. Selain derasnya hujan di wilayah Bogor dan sekitarnya, penurunan muka tanah (landsubsidence), perubahan tata guna lahan (landusechange), serta kenaikan muka air laut menyumbang terjadinya banjir.
Analisis pemicu banjir Jakarta dan Bekasi itu disampaikan peneliti ahli madya dari Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Yus Budiono. “Penurunan muka tanah berkontribusi hingga 145 persen terhadap peningkatan risiko banjir (selengkapnya lihat grafis, red),’’ katanya, Sabtu (8/3).
Dia melanjutkan, banjir di Jabodetabek beberapa hari lalu lebih dominan disebabkan fluvial flood alias luapan air sungai. Skemanya, hujan terjadi lebih intens di bagian hulu sehingga air di sungai-sungai besar meluap.
Yus menyampaikan, untuk mengatasi banjir, BRIN telah melakukan berbagai riset dan inovasi. Salah satunya adalah mengembangkan sistem informasi danau pada danau prioritas. Berikutnya, sistem tersebut diterapkan untuk memetakan setu-setu atau danau kecil di Jakarta yang berfungsi sebagai tempat penampungan air sementara.
Mengenai sistem peringatan dini, BRIN telah bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengembangkan sistem prediksi berbasis AI dan data real-time. Termasuk dengan BristolUniversity, Inggris. Teknologi itu diharapkan bisa meningkatkan akurasi prediksi banjir serta memberikan peringatan lebih cepat kepada masyarakat.
Kepala Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Luki Subehi menambahkan, pengelolaan sumber daya air dan perubahan tata guna lahan di wilayah perkotaan sangat berkontribusi pada banjir. Pengurangan luas hutan dan daerah resapan air di wilayah hulu, khususnya di sepanjang Sungai Bekasi dan Ciliwung, menjadi pemicu utama meningkatnya aliran air permukaan.
“Banjir di Bekasi, misalnya, terjadi hampir setiap tahun.Sebab, daerah hulunya kurang mampu meresapkan air. Sementara daerah datarannya telah dipenuhi permukiman,” ungkapnya. Pembangunan kawasan permukiman baru sering tidak diiringi sistem drainase yang memadai. Menurut dia, langkah mitigasi yang perlu segera dilakukan adalah pengerukan sungai dan saluran air sebelum musim hujan tiba.
“Di beberapa negara seper-ti Belanda, konsep roomforwater diterapkan dengan menyediakan kolam-kolam penampungan air di sekitar sungai,” katanya.
Ironisnya, yang justru di beberapa wilayah Jabodetabek, banyak area roomforpeople yang dibangun menjadi permukiman. Khususnya di sekitar aliran sungai.
Banjir Rendam Kabupaten dan Kota Bandung
Hujan deras yang mengguyur Kabupaten dan Kota Bandung Kamis (6/3) kembali menimbulkan banjir hampir merata di beberapa titik. Banjir terparah terjadi kawasan Ban-dung Timur. Hingga kemarin, banjir belum kunjung surut.
Di Perumahan Rancanumpang, misalnya, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Warga mengungkapkan kekecewaan mereka atas lambannya penanganan banjir di wilayah mereka.
“Setiap hujan deras, ya pasti banjir. Apalagi, kemarin hujannya lama dan deras. Otomatis air menggenang. Kolam retensi yang ada juga belum terasa manfaatnya,” ujar Isal Ardian, salah seorang warga, kepada Radar Bandung (grup Batam Pos), Jumat (7/3) malam. Banjir tersebut membuat Wali Kota Bandung Muhammad Farhan turun ke lokasi. Dia mengakui, sistem kolam retensi di kawasan Bandung timur belum maksimal. “Belum saling terhubung sehingga tidak mampu mengalirkan air dengan efektif,” ujarnya. Farhan juga menyampaikan, kondisi geografis wilayah Bandung Timur lebih rendah daripada permukaan sungai. Karena itu, diperlukan solusi berbasis rekayasa teknik untuk mengurangi risiko banjir. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO