Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Gregoria Mariska Tunjung siap untuk berlaga di All England Super 1000 yang berlangsung di Utilita Arena, Birmingham (11-16 Maret). Sebab, cedera di bagian pinggang dan lutut yang sempat menerpanya sudah hilang. Namun, ada satu hal yang menjadi catatan pebulu tangkis tunggal putri yang akrab disapa Jorji itu. “Karena aku cukup lama off , dari terakhir main di Indonesia Masters. Jaraknya sebulanan lebih (21-26 Januari),” ujar Jorji ketika diwawancarai di Pelatnas PBSI Cipayung Jakarta.
Karena itu, saat ini yang menjadi fokusnya adalah menaikkan mental. Sebab, dia khawatir ketika lama tak tampil di lapangan, suasana bertanding jadi hilang. “Jadi aku ingin coba menyesuaikan lebih cepat. Karena tak ikut Orleans,” ucapnya.
Ya, Jorji berbeda dengan pemain lain yang mulai come back di Orleans Masters. Seperti Apriyani Rahayu bersama Siti Fadia Silva Ramadhanti. “Kalau yang lain kan ada startnya di Orleans. Untuk mencoba. Dan aku langsung All England dan cuma ikut satu. Nggak ikut di Swiss. Jadi fokus ke sana (All England) untuk mempersiapkan semua,” katanya.
Terkadang, sambungnya, jika sudah lama tidak ikut bertanding rasanya bisa lebih tegang. Di babak awal, Jorji diagendakan menghadapi atlet Kanada Michelle Li. Secara rekor, Jorji cukup baik dengan keunggulan 3-1.
Menurut Jorji, saat ini persaingan di tunggal putri cukup dinamis. Selain pemain lama yang berada di top level, juga adanya pemain muda yang mulai merangsek. ”Menurut aku masih (pemain lama). Secara kualitas pemain-pemain yang sudah punya nama, kualitas mereka tak diragukan,” akunya.
Disinggung motivasi tambahan di All England setelah dipersunting Mikha Angelo, Jorji mengaku banyak motivasi yang dia peroleh. “Pastinya ada. Apapun, Mikha yang mau sabar itu kan sebuah pengorbanan juga,” ujarnya.
Karenanya, dia mau menghargai pengorbanan yang diberikan sang suami dengan membuktikan menjadi lebih baik di badminton. Selain itu, saat ini dia bisa membagi beban yang dijalani bersama.
“Mungkin beban yang sebelumnya memang sudah dibagi berdua. Tapi sebagai suami istri, aku bisa lebih mengandalkan Mikha itu kayak lebih lagi. Karena dia sudah jadi suamiku,” katanya.
Atlet berusia 25 tahun itu menegaskan ingin bisa bermain hingga Olimpiade Los Angeles 2028. Jika terwujud, ini adalah Olimpiade ketiga baginya setelah edisi Tokyo 2020 dan Paris 2024. “Itu sebuah pencapaian dong dan aku rasa aku diberi kesempatan itu,” ujarnya.
Pemain binaan Mutiara Cardinal Bandung menyatakan, dengan persaingan yang baru di tunggal putri, dia memposisikan diri berbeda dari sebelumnya. “Aku sekarang mau enggak mau memposisikan diriku kayak yang sudah hampir habis era istilahnya,” ucapnya.
Karenanya, dengan transisi ini, Jorji ingin mencoba berpikir mendapat keuntungan. “Karena senadainya aku sudah habis empat tahun lagi, ya aku ingin beneran habisnya dengan aku maksimal, dengan cara main Olimpiade lagi,” katanya.
Felisha Kini Lebih Percaya Diri
Tiga ganda campuran Indonesia berhasil mengunci tiket ke 16 besar Orleans Masters Super 300. Berlaga di Palais des Sports, Rabu (5/3), Jafar Hidayatullah/Felisha Alberta Nathaniel Pasaribu menaklukkan wakil Taiwan Wu Hsuan-Yi/Yang Chu-Yun (21-16, 21-17).
Sedangkan, Rehan Naufal Kusharjanto/Gloria Emanuelle Widjaja menundukkan Ki Dong Ju/Jeong Na Eun (17-21, 22-20, 21-14). Lalu, Amri Syahnawi/Nita Violina Marwah mengalahkan duo Skotlandia Alexander Dunn/Julie Machpersen (21-13, 21-13).
Felisha merasa bisa kembali mendapatkan kepercayaan diri. Sebab, pekan lalu dia juga sukses ke perempat final German Open. Kendati demikian, dia mengakui performanya belum semaksimal biasanya. “Karena ada faktor non teknis yang mempengaruhi setelah kekalahan kemarin (di perempat final). Tapi saya tidak boleh berlarut-larut, saya harus jadikan itu pelajaran,” katanya.
Di babak 16 besar, Jafar/Felisha akan menantang unggulan kelima Jesper Toft/Amalie Magelund. “Pola pikirnya yang terpenting bisa dijaga,” kata Felisha.
Di sisi lain, wakil tunggal putra Alwi Farhan harus me-ngakui pemain berdarah Indonesia yang berkewarganegaraan Hongkong, Jason Guna-wan dengan rubber game (14-21, 21-13, 17-21). Ini menjadi event terakhir Alwi di Benua Biru karena tidak tampil di All England dan Swiss Open. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO