Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batam melaporkan jumlah kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Batam mencapai 790 kasus sepanjang Januari hingga Februari 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam, Didi Kusmarjadi, mengungkapkan bahwa HIV menjadi salah satu dari sepuluh penyakit terbanyak yang diderita warga Batam pada awal tahun ini.
”Menempati peringkat kedelapan dalam daftar penyakit dengan jumlah penderita tertinggi,” ujarnya, Selasa (3/3). Dari total 790 kasus, mayoritas penderitanya adalah laki-laki dengan jumlah mencapai 635 orang, sementara 155 lainnya perempuan. Lebih mengkhawatirkan lagi, belasan kasus ditemukan pada anak-anak di bawah usia 19 tahun, yang umumnya tertular akibat pergaulan bebas.
”Kelompok laki-laki yang suka laki-laki (LSL) atau gay menjadi salah satu komunitas dengan tingkat penularan tertinggi,” sebutnya.
Selain faktor pergaulan bebas, kasus HIV di Batam juga banyak ditemukan di kalangan pekerja dari berbagai sektor. Kelompok dengan kasus tertinggi masih didominasi oleh buruh pabrik atau karyawan, disusul oleh pegawai swasta, ibu rumah tangga, pekerja hotel, panti pijat, salon, pekerja seks komersial (PSK), serta komunitas LSL.
”Kami terus melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya perilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab untuk mencegah penularan lebih luas,” terangnya.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menekan angka penularan HIV adalah skrining dini pada ibu hamil. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi kasus HIV sejak awal kehamilan sehingga dapat segera dilakukan tindakan medis guna mencegah penularan kepada bayi. Jika ibu hamil terdeteksi positif, langkah pencegahan akan dilakukan agar bayi yang dikandungnya tidak ikut terinfeksi.
”Pemeriksaan ini juga diwajibkan bersamaan dengan skrining sifilis dan HBsAg, sebagai bagian dari program nasional triple eliminasi,” sambungnya.
Selain upaya deteksi dini, Dinkes Batam semakin gencar melaksanakan tes HIV/AIDS secara luas, termasuk melalui layanan Mobile Voluntary Counseling and Testing (VCT). Sosialisasi mengenai pentingnya pengobatan segera juga terus digencarkan, mengingat Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang rutin mengonsumsi obat antiretroviral (ARV) memiliki viral load yang lebih rendah, sehingga risiko penularannya bisa diminimalkan.
Untuk mendukung upaya ini, Dinkes Batam telah menyediakan layanan pemeriksaan HIV di 21 puskesmas dan 11 rumah sakit yang tersebar di kota ini.
Sejumlah rumah sakit yang menyediakan layanan tersebut antara lain RS Awal Bros, RSBP Batam, RS Bhayangkara Batam, RS Harapan Bunda, RS Keluarga Husada, RS Elisabeth Batam Kota, RS Elisabeth Batam, RSUD Embung Fatimah, RS Elisabeth Sungai Lekop, RS Mutiara Aini, dan RS Bunda Halimah.
Didi berharap masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas pemeriksaan ini untuk melakukan deteksi dini, sehingga penularan HIV di Batam bisa ditekan secara maksimal.
”Pemerintah juga terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya tes HIV serta pengobatan yang teratur, demi menekan angka kasus dan meningkatkan kualitas hidup para penderita,” tutupnya. (*)
Reporter : RENGGA YULIANDRA
Editor : RATNA IRTATIK