Buka konten ini
Siapa saja bisa terkena penyakit usus buntu, namun yang paling sering mengalami adalah kelompok umur 10-30 tahun.

USUS buntu adalah organ di dalam perut berbentuk tabung dan terhubung dengan usus besar. Yang dimaksud dengan penyakit usus buntu adalah peradangan yang terjadi pada organ usus buntu.
Dokter spesialis bedan Rumah Sakit Awal Bros Batam, dr Lilysz Suzanna, Sp. B, mengatakan, ada sejumlah hal yang bisa menyebabkan terjadinya radang usus buntu, yakni penebalan atau pembengkakan pada dinding usus buntu karena infeksi, sumbatan rongga usus buntu akibat kotoran/feses yang mengeras, dan penyumbatan akibat parasit seperti cacing.
“Usus buntu terjadi karena adanya penyebab yang menimbulkan sumbatan pada saluran atau rongga usus buntu sehingga menyebabkan usus buntu bengkak. Saat bengkak terjadi peningkatan tekanan di dalam usus buntu yang akan menekan aliran pembuluh darah di dinding usus buntu, yang jika terjadi lebih lanjut akan menyebabkan usus buntu pecah,” jelasnya kepada Batam Pos, Kamis (27/2).
Siapa saja bisa terkena radang usus buntu. Namun, kata Lilysz, yang paling sering mengalami adalah kelompok umur 10-30 tahun. “Namun tidak tertutup kemungkinan siapa saja bisa terkena termasuk anak-anak,” katanya.
Penyakit ini memilki beberapa gejala yang bisa dirasakan. Yakni tidak nafsu makan, mual, muntah, nyeri perut kanan bawah, dan gejala lainnya adalah demam. “Jika terjadi komplikasi akan timbul gejala: perut kembung, tidak bisa BAB, nyeri seluruh lapang perut,” terang dia.
Dokter Lilysz mengatakan bahwa usus buntu terbagi menjadi dua kelompok:
Pertama, penyakit usus buntu tanpa komplikasi (usus buntu belum pecah atau bernanah); kedua, usus buntu komplikasi (pecah atau bernanah). “Yang pertama pengobatannya dengan antibiotik tetapi memiliki angka kekambuhan tinggi atau operasi sebagai pilihan utama. Yang kedua, dengan operasi.
Pilihan terbaiknya adalah operasi untuk mencegah kekambuhan dan komplikasi. Tidak cukup dengan pemberian obat oral atau antibiotik karena kelemahan jenis pengobatan ini adalah angka kekambuhannya,” ujarnya.
Ketika sudah separah apa perlu dilakukan operasi?
“Ketika diagnosa sudah ditegakkan sebagai usus buntu walaupun kategori nonkomplikasi, maka operasi sudah bisa dilakukan untuk mencegah komplikasi sehingga tidak perlu sampai menunggu keparahan terjadi,” Lilysz menegaskan.
dr Lilysz memberi saran supaya menjaga pola makan gizi seimbang untuk mempertahankan kekebalan tubuh agar tidak mudah terjadi infeksi di dinding usus buntu. “Makan serat dan minum air putih untuk memperlancar BAB agar fecalith tidak masuk ke dalam saluran usus buntu. Kemudian, istirahat yang cukup dan hindari stres untuk menjaga imunitas tubuh,” tutrnya. (***)
Reporter : YUSUF HIDAYAT
Editor : Muhammad Nur