Buka konten ini
SEKUPANG (BP) – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batam mencatat sebanyak 465 tenaga kerja asing (TKA) bekerja di Batam selama Januari hingga Februari 2025. Mayoritas berasal dari Tiongkok dengan jumlah mencapai 139 orang.
Selain itu, tenaga kerja asing di Batam juga berasal dari India sebanyak 75 orang, Malaysia 47 orang, Vietnam 45 orang, Singapura 30 orang, Jepang 23 orang, Kamboja 16 orang, Filipina 15 orang, Myanmar 12 orang, Taiwan 9 orang, Bangladesh 7 orang, Inggris 7 orang, Belanda 6 orang, Korea Selatan 5 orang, Kroasia 3 orang, dan Australia 3 orang.
Kepala Disnaker Kota Batam, Rudi Sakyakirti, menyatakan bahwa data ini berdasarkan izin yang diterbitkan dalam dua bulan pertama tahun ini. “Ini daftar TKA yang diterbitkan periode 1 Januari sampai Februari 2025,” ujarnya, Selasa (11/2).
Menurut Rudi, dominasi TKA asal Tiongkok tidak lepas dari banyaknya perusahaan asal negara tersebut yang beroperasi di Batam serta penggunaan alat dan mesin buatan Tiongkok dalam sejumlah industri.
“Ada korelasinya. Banyak perusahaan asal Cina beroperasi di sini, dan mereka juga menggunakan peralatan dari negara mereka sendiri, sehingga untuk tenaga mekanik dan teknisi, mereka mendatangkan langsung dari sana,” jelasnya.
Dari sektor usaha, sebagian besar TKA di Batam bekerja di jasa konstruksi, diikuti oleh industri komponen elektronik dan industri elektronik. Selain itu, terdapat juga tenaga kerja asing yang bekerja di pertambangan minyak dan gas bumi, jasa pendidikan swasta, serta industri peralatan komunikasi.
“Di sektor konstruksi dan elektronik, terutama yang menggunakan alat berat dan teknologi tinggi, mereka membutuhkan TKA dengan spesialisasi tertentu,” tambahnya.
Sebagian besar tenaga kerja asing di Batam menempati posisi profesional dan teknisi. Jabatan yang paling banyak diisi adalah mechanical engineer dan production engineer, masing-masing sebanyak 65 orang. Selain itu, terdapat pula production manager sebanyak 29 orang, electrical engineer 24 orang, quality control advisor 15 orang, quality assurance advisor 14 orang, technical manager 13 orang, direktur 11 orang, commissioning engineer 10 orang, serta system engineer 9 orang. Rudi menegaskan bahwa untuk bekerja di Indonesia, TKA harus memiliki latar belakang pendidikan sarjana, kompetensi yang sesuai, serta menduduki level jabatan tertentu.
“Jika melihat level jabatannya, TKA paling banyak menempati posisi profesional atau teknisi yang memang membutuhkan keterampilan khusus dan pengalaman,” ungkapnya.
Beberapa perusahaan di Batam tercatat sebagai pengguna TKA terbanyak. PT MSUN Solar Indonesia mempekerjakan 24 tenaga kerja asing, diikuti PT Pegaunihan Technology Indonesia dan PT Thornova Solar Indonesia, masing-masing dengan 20 TKA. Selain itu, PT Mega Solar Indonesia memiliki 17 TKA; PT Yisheng Photovoltaic New Materials 13 TKA; PT Sumitomo Wiring Systems Batam Indonesia 13 TKA; PT TJK Power 11 TKA; PT Profab Indonesia dan PT McDermott Indonesia masing-masing 10 TKA; serta PT Wasco Engineering Indonesia dengan 8 TKA.
Dalam hal perizinan, Rudi menjelaskan bahwa pengajuan izin kerja awal bagi tenaga kerja asing dilakukan di tingkat pusat, sementara perpanjangan izin dilakukan di daerah tempat perusahaan beroperasi.
“Jika perusahaan berbasis di Batam, perpanjangan izinnya dilakukan di sini sehingga retribusi masuk ke kas daerah. Namun, jika perusahaan memiliki kantor cabang di daerah lain, perpanjangan izin bisa dilakukan di tingkat provinsi atau pusat, tergantung lokasi perusahaan,” jelasnya.
Dengan jumlah TKA yang cukup signifikan, Rudi berharap kehadiran mereka dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Batam, terutama di sektor yang membutuhkan keahlian teknis tinggi. Selain itu, ia juga berharap ada transfer ilmu dan teknologi.
“Harapannya, selain mendukung pertumbuhan industri, keberadaan mereka juga bisa meningkatkan keterampilan tenaga kerja kita melalui transfer ilmu,” tutupnya. (***)
Reporter : Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK