Buka konten ini
JALUR GAZA (BP) – Gencatan senjata antara Israel dan Hamas kian rapuh. Indikasi berbagai pelanggaran yang dilakukan kubu Israel membuat Hamas mengambil keputusan krusial. Hamas memutuskan untuk menunda tanpa batas waktu proses pembebasan sandera.
Dilansir Agence France-Presse (AFP), Selasa (11/2), Hamas menyebut Israel gagal mematuhi ketentuan-ketentuan dalam gencatan senjata. ”Pembebasan tahanan (sandera Israel), yang dijadwalkan pada Sabtu (15/2) mendatang, akan ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut sambil menunggu kepatuhan pendudukan (Israel) dan pemenuhan kewajiban minggu-minggu sebelumnya secara retroaktif,” kata Abu Ubaida, juru bicara Brigade Ezzedine Al Qassam.
Menurut Ubaida, Hamas telah memantau dengan saksama sejumlah pelanggaran Israel atas perjanjian yang dimulai 19 Januari lalu tersebut. ”Ini termasuk menunda kembalinya warga yang mengungsi ke Gaza Utara, menargetkan mereka dengan penembakan dan tembakan di berbagai wilayah Jalur (Gaza), dan gagal mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan dalam segala bentuknya sebagaimana disepakati,” tambahnya.
Di sisi lain, Abu Ubaida menegaskan bahwa Hamas telah ’’memenuhi semua kewajibannya’’. Pernyataan Hamas itu direspons oleh militer Israel (IDF). Namun, IDF tidak menanggapi pernyataan Hamas terkait sejumlah pelanggaran tersebut. IDF justru menyiratkan kesiapannya untuk menyerang Gaza.
”Diputuskan untuk meningkatkan tingkat kesiapan dan menunda cuti bagi prajurit tempur dan unit operasional di Komando Selatan. Selain itu, diputuskan untuk secara signifikan memperkuat wilayah tersebut dengan pasukan tambahan untuk misi pertahanan,” kata IDF.
Panasnya situasi tersebut berdampak pada jutaan warga Gaza yang kini sudah kembali ke wilayah utara. Wilayah Gaza Utara yang hancur bisa kembali menjadi sasaran bom Israel.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump ikut memperkeruh suasana. Dalam pernyataan, Trump mengancam gencatan senjata bisa batal jika Hamas tidak segera membebaskan semua sandera pada akhir pekan ini.
”Jika semua sandera tidak dikembalikan pada Sabtu pukul 12 siang –saya pikir itu waktu yang tepat– saya akan mengatakan batalkan saja dan semua taruhan dibatalkan serta biarkan kekacauan terjadi,” ancam Trump, dilansir AFP. Sebagaimana kesepakatan 19 Januari, 33 sandera akan dibebaskan Hamas dan ditukar dengan 1.900 tahanan warga Palestina.
Keberadaan Trump dinilai hanya menambah panas situasi. Pasalnya, sebagai presiden AS, Trump malah menebar ambisi untuk mengambil alih Gaza dan memindahkan penduduk Palestina dari negaranya sendiri.
”Bahasa ancaman (Trump) tidak memiliki nilai dan malah memperumit masalah,” kata Sami Abu Zuhri, pemimpin senior Hamas, dilansir AFP. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG