Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 1,93 persen atau 132,9 poin di level 6.742 setelah seharian bergerak di zona merah, pada perdagangan Jumat (7/2). Angka tersebut turun dibandingkan dengan penutupan pada perdagangan sebelumnya sebesar 6.875.
Dikutip dari RTI, IHSG dibuka di level 6.875 dan sempat anjlok ke level terendah kemarin (7/2) mencapai level 6.656. Sedangkan untuk nilai tertinggi IHSG kemarin berada di level 6.875.
Volume transaksi tercatat 17.158 miliar saham dengan nilai transaksi mencapai Rp12,907 triliun. Adapun frekuensi transaksi tercatat 1.315.688 kali.
Sepanjang perdagangan Jumat (7/2), sebanyak 191 saham tercatat menguat, 417 saham melemah, dan 188 saham tidak mengalami pergerakan alias stagnan.
Sementara itu, sepanjang perdagangan pada Kamis (6/2), indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup melemah. Terkoreks 148,69 poin atau turun 2,12 persen ke level 6.875,536. Saham emiten perbankan mendominasi penurunan.
Analis pasar modal, Hans Kwee, menuturkan, kekhawatiran akan meningkatnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan mitra-mitra dagang utamanya menjadi sentimen negatif. Memang, Presiden As Donald Trump menunda kenaikan tarif bea 25 persen ke Kanada dan Meksiko. Hanya saja pengenaan tarif 10 persen ke Tiongkok terus berlanjut.
”Trump bilang belum ada urgensi, untuk bicara dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping yang membuat potensi perang dagang berlanjut. Nah, Indonesia punya perdagangan yang tinggi dengan Tiongkok. Jadi ini sentimen negatif,” ucap Hans kepada Jawa Pos (grup Batam Pos).
Kemudian, laba sejumlah korporasi terbuka di Indonesia tidak terlalu bagus. Terutama, perbankan yang agak sedikit tertekan. Karena memang suku bunga tinggi dan daya beli kelas menengah turun.
Realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih lambat dari ekspektasi menjadi perhatian pasar. Sehingga memunculkan ekspektasi Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuannya.
Namun, melihat statement The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung higher for longer membuat bank sentral Indonesia itu untuk berhati-hati.
”Ini menyebabkan sentimen negatif dan menekan saham perbankan juga terkoreksi turun,” jelas dosen Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Trisakti itu. (*)
Reporter : JP Group
Editor : gustia benny