Buka konten ini
Film Saat Luka Bicara Cinta dijadwalkan sudah memulai proses syuting pada bulan April 2025.
Rencananya film ini akan tayang di bulan Agustus 2025. Film ini akan digarap kolaborasi beberapa rumah produksi, proses syutingnya akan berlangsung di Dili dan sekitarnya.
Menariknya, Deddy Mizwar yang merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia perfilman Indonesia menjadi salah satu penulis cerita film Saat Luka Bicara Cinta.
Deddy Mizwar memastikan bahwa film ini bukanlah film sejarah. Meski cerita di dalamnya didasarkan pada kejadian-kejadian nyata yang terjadi pada saat terjadinya konflik antara Indonesia dan Timor Leste.
”Ini film drama ya, bukan film perang. Ini menyembuhkan luka yang terus berlangsung selama ini. Kenyataannya Timor Leste sudah menjadi negara merdeka dan menjadi tetangga kita. Kita harus bisa hidup berdampingan dan harmonis,” kata Deddy Mizwar di bilangan Menteng Jakarta Pusat, belum lama ini.
Film Saat Luka Bicara Cinta digarap hasil kolaborasi rumah produksi WR Film & Entertainment, Citra Sinema, Aksa Bumi Langit. Deddy Mizwar menyebut, pendekatan dari film ini adalah pendekatan kemanusiaan.
”Banyak anak-anak Timor Leste yang dibesarkan di Indonesia. Ada konflik batin yang luar biasa di sana. Ada orang Timor Leste yang orang tuanya menjadi korban, ada pula orang Indonesia yang keluarganya menjadi korban,” tuturnya.
Untuk memberikan penggambaran menarik tentang hubungan yang baik antara Indonesia dan Timor Leste, salah satu setting-nya mengambil lokasi di dua Taman Makam Pahlawan Indonesia dan Timor Leste yang kebetulan memang berdampingan.
”Bagian dari setting film ini, makam pahlawan dari kedua negara berdampingan dan ada di sana,dirawat dengan baik. Ini adalah optimisme yang harus kita bangun,” tandas Deddy Mizwar.
Sementara itu, Wahyuni Refi selaku CEO Widyaiswara Revolusi Sejati sekaligus pelaksana produksi film Saat Luka Bicara Cinta mengungkapkan, film ini akan diproduksi sebagai simbol semangat rekonsiliasi dan persahabatan dua negara yaitu Indonesia dan Timor Leste.
”Kami ingin memberikan sumbangsih kepada kedua belah negara untuk lebih maju lagi berbicara tentang rekonsiliasi. Dan kam ingin mewujudkannya dalam suatu karya yang ikonik,” kata Wahyuni Refi. (*)
Reporter : JP Group
Editor : umy kalsum