Buka konten ini
Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menjalani perpisahan sebagai pemain bulu tangkis di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (26/1). Namun, legacy pasangan berjuluk The Daddies itu tak akan habis di olahraga tepok bulu tersebut.
”Akhirnya, telah tiba waktu kita berpisah dengan olahraga yang membesarkan nama kami. Mudah-mudahan perpisahan ini hanya untuk sementara,” ungkap Mohammad Ahsan dalam sambutan terakhirnya di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (26/1). Speech pamitan di acara Tribute to The Daddies sebelum Indonesia Masters itu pun disambut gemuruh dan tepukan tangan badminton lovers yang hadir.
Ahsan menegaskan bahwa ke depan terus berkontribusi di dunia tepok bulu. ”Dan juga memberikan ilmu-ilmu kami untuk kemajuan bulu tangkis Indonesia,” ucap pemain binaan PB Djarum tersebut.
Ya, setelah pensiun, Ahsan/Hendra Setiawan bakal berkontribusi membuat The Daddies Arena di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Tange-rang Selatan, Banten. ”Sekarang lagi tahap pembangunan. Ya, kami rencana buka lapangan,” tambah Ahsan.
”Ditunggu sajalah. Namanya The Daddies Arena. Nanti ada fitnes dan badminton juga,” sambung Hendra.
Pembangunan gedung itu disokong Waroeng Steak and Shake (WSS). Komisaris WSS Yuga Adhiyaksa menambahkan, obrolan untuk membangun arena sudah lebih dari setahun lalu.
Rencananya, pembukaannya bakal dilakukan April. ”Nanti Maret sudah pemasangan karpet. Di sana ada lapangan bulu tangkis dengan enam line. Ada gym dan tempat makannya juga,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Yuda, bakal dibuat akademi dengan fasilitas mes untuk pemain muda berbakat. ”Rencananya juga diberikan beasiswa bagi atlet berbakat dan ada tim pelatih yang mendampingi. Tapi, belum bisa kami sebutkan. Nanti ditunggu ya,” ujarnya.
Namun, Yuda tidak menampik Ahsan/Hendra bisa sekaligus melatih. Menurut dia, itu jadi bagian kerja sama lanjutan dengan pemain legenda tersebut. Ya, sejak Ahsan/Hendra berkarier sebagai pemain profesional, WSS menjadi sponsor setia untuk mendukung The Daddies meng-ikuti berbagai turnamen di dalam dan luar negeri.
Menurut Yuda, ide awal dari Hendra yang menyebut ingin memiliki usaha ataupun melatih jika sudah tidak lagi menjadi pemain.
”Misi Koh Hendra juga dan kami. Supaya bulu tangkis di Indonesia semakin berkembang. Apalagi, sekarang lagi menurun,” tuturnya.
Hendra menyebutkan, saat ini seluruh pihak harus introspeksi diri terkait kekura-ngan dan penurunan performa Indonesia.
”Dan harus diperbaiki. Terus terang, Indonesia sekarang agak menurun, tapi negara lain naik. Harapan saya, mereka (pebulu tangkis RI) terus kerja keras, nggak mudah jadi juara. Kalau latihan-latihan biasa saja, masih kurang. Jadi, harus lebih ekstra lagi,” tuturnya.
Ahsan menambahkan, ganda putra Indonesia harus bangkit dan bekerja lebih keras lagi. ”Namanya pertandingan pasti ada kalah, yang penting itu belajar. Belajar supaya bisa bangkit lagi dan jangan menyerah,” ujarnya.
Perihal menjadi pelatih, Ahsan menyerahkan kepada Hendra yang disebutnya lebih pantas. ”Koh Hendra lebih berpengalaman dan pas untuk menangani anak-anak,” sebutnya.
Pada laga fun match, The Daddies memilih menghadapi The Minions Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon. Sebab, mereka sering berhadapan pada babak final di Istora sejak 2019. Hanya, Gideon berhalangan hadir dan digantikan atlet Korea Selatan Seo Seung-jae.
Sedangkan untuk pelatih, Hendra memilih Hendrawan dan Ahsan memilih Herry Iman Pierngadi. ”Hendrawan dulu dengan saya sempat latihan dan dia juga yang mengajari saya kedisiplinan,” kata Hendra.
Bagi Hendrawan, Hendra merupakan pemain yang berkarakter sejak kecil hingga menjadi pemain top dunia. ”Karakter tidak mau kalah, selalu ada target kerja keras, dan disiplin. Retired bagi seorang atlet itu biasa. Tapi, retired di usia 40 tahun pasti ada something yang luar biasa,” ucapnya.
Hendra sendiri kelahiran 25 Agustus 1984. Jadi, dia pensiun saat berumur 40 tahun lebih. Eks pelatih Malaysia itu menuturkan, karakter lain Hendra yang seolah tanpa ekspresi juga membuatnya unik.
”Menang mukanya biasa, kalah pun biasa. Tidak ada sesuatu. Sampai saya melihat dia kayak tidak tahu kapan dia sedih, happy, senang, tidak tahu ya sama saja kayak gitu,” ucapnya, lantas tertawa.
Sedangkan, Herry IP menilai spesial bisa melatih Ahsan/Hendra dengan dedikasi dan kedisiplinan yang layak dijadikan panutan seluruh pemain. ”Saya juga banyak dibantu oleh Hendra dan Ahsan selama menjadi coach mereka,” pungkasnya. (***)
Reporter : RIZKY AHMAD FAUZI
Editor : RYAN AGUNG