Buka konten ini
Anak gemuk selama ini dianggap oleh sebagian orangtua sebagai petanda sehat. Padahal secara kesehatan belum tentu demikian. Anak gemuk bisa mengalami obesitas. Namun, ketika anak disebut mengalami obesitas, para orangtua menolak dan tidak meyakini.
Ahli gizi Universitas Esa Unggul Jakarta, Anugrah Novianti, mengatakan, obesitas pada anak adalah masalah serius yang perlu ditangani dengan pendekatan yang lebih holistik.
“Anak gemuk bukan berarti sehat. Sebaliknya, anak gemuk adalah anak yang bermasalah gizinya, karena asupan gizi yang berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup,” ujar Anugrah Novianti saat dihubungi JawaPos.com (grup Batam Pos) via WhatsApp pada Kamis (9/1).
Anugrah menambahkan, dampak jangka panjang dari obesitas pada anak dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit jantung. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memahami bahwa kesehatan anak tidak bisa hanya dilihat dari berat badan.
“Pemantauan status gizi anak secara berkala sangat penting untuk mendeteksi masalah gizi sejak dini, serta mencegah dampak buruk bagi kesehatan mereka di masa depan,” ujar Anugrah.
Sebagaimana diketahui, 10 – 16 Januari merupakan Pekan Kesadaran Obesitas Nasional yang diperingati setiap tahun. Dalam peringatan ini, masyarakat Indonesia diingatkan tentang pentingnya menjaga kesehatan tubuh, terutama dalam hal menghindari obesitas.
Pekan Kesadaran Obesitas Nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang dampak obesitas, serta mendorong perubahan pola hidup yang lebih sehat.
Obesitas, yang sering dianggap sebagai kondisi yang tidak berbahaya atau bahkan dianggap “sehat”. Pada kondisi yang selama ini dianggap sehat ternyata menyimpan banyak risiko kesehatan jangka panjang.
Mengutip data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Indi Dharmayanti, mengatakan, prevalensi obesitas pada anak-anak terus meningkat di Indonesia. Kondisi itu menambah beban masalah kesehatan masyarakat.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun mencapai 10,8 persen dengan 9,2 persen di antaranya mengalami obesitas. Ini merupakan angka yang cukup memprihatinkan mengingat dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental anak.
1. Langkah-Langkah Preventif untuk
Mengatasi Obesitas Anak
Melihat fakta demikian, Anugrah Novianti yang juga Co-founder Sahabat Gizi Indonesia menyusulkan beberapa langkah kepada para orangtua, masyarakat, dan pemerintah demi dapat mengantisipasi obesitas pada anak.
Bagi orangtua dapat mengatur pola makan anak sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pastikan anak memiliki waktu untuk beraktivitas fisik.
“Pendekatan holistik dalam mencegah obesitas anak adalah dengan menerapkan pola makan yang sehat dan rutin berolahraga,” kata Anugrah.
Selain itu, untuk masyarakat dan pemerintah dapat berperan aktif dalam pencegahan obesitas dengan memberikan edukasi gizi yang tepat. Lebih penting lagi, menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat. Pemerintah dapat melakukan kebijakan kesehatan publik, seperti mengatur iklan makanan tidak sehat yang ditujukan kepada anak-anak dan menyediakan makanan sehat di kantin sekolah.
Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak, mulai dari orangtua, masyarakat, hingga pemerintah. Dengan edukasi yang tepat dan perubahan pola hidup yang lebih sehat, diharapkan angka obesitas pada anak di Indonesia dapat ditekan. Anak-anak Indonesia dapat tumbuh sehat tanpa harus terbebani masalah gizi di masa depan.
2. Bahaya Obesitas pada Anak: Lebih dari Sekadar Berat Badan
Obesitas pada anak bukan sekadar masalah penampilan fisik, tetapi lebih kepada masalah kesehatan yang serius. Anak yang mengalami obesitas berisiko tinggi mengidap berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe 2, hipertensi, gangguan metabolisme, serta penyakit jantung.
Oleh karena itu, penting untuk memantau status gizi anak sejak dini dan mencegah faktor-faktor yang bisa memicu obesitas. Namun, banyak orangtua yang masih menganggap bahwa anak gemuk berarti sehat, sebuah pandangan yang keliru dan berbahaya.
Menurut data dari Prodia.co.id, faktor utama yang berkontribusi terhadap obesitas anak adalah pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan buruk orangtua dalam memberikan makanan sebagai bentuk kasih sayang atau penghiburan. Kebiasaan ini bisa menyebabkan anak mengonsumsi kalori berlebihan tanpa disertai aktivitas fisik yang memadai.
3. Peran Orangtua dalam Mencegah Obesitas Anak
Orangtua memiliki peran yang sangat besar dalam pencegahan obesitas pada anak. Mengutip laman KlikDokter.com, ada beberapa kesalahan orangtua dalam memakanai anaknya sehat. Mereka kerap memberikan makanan tinggi gula dan lemak kepada anak. Orangtua membiarkan anak terlalu lama menonton televisi atau bermain gadget dan tidak mengajarkan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.
Semua faktor ini berkontribusi pada peningkatan berat badan yang tidak sehat pada anak-anak. Untuk itu, penting bagi orangtua untuk lebih cerdas dalam mengatur pola makan dan aktivitas anak. Pemberian makanan bergizi seimbang, serta mendorong anak untuk aktif secara fisik adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi masalah obesitas. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : umy kalsum