Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Pimpinan Pusat Aisyiyah siap berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045. Komitmen itu disampaikan organi-sasi otonom Muhammadiyah tersebut dalam pembukaan Tanwir I PP Aisyiyah di Hotel Tavia Heritage, Jakarta, Rabu (15/1).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah menegaskan, organisasinya akan terus menebar manfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara di berbagai aspek kehidupan. Kini Aisyiyah terus melakukan penguatan dan memperluas dakwah gerakan di semua tingkatan. “Sehingga dapat berkontribusi dalam memecahkan berbagai permasalahan kemanusiaan semesta maupun kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Salmah.
Salah satu fokus gerakan Aisyiyah adalah menyasar hak perempuan dan anak. Salmah menuturkan, keluarga merupakan satuan terkecil masyarakat yang berfungsi sebagai tonggak kehidupan. Institusi keluarga merupakan madrasah untuk melahirkan dan menumbuhkan manusia yang berkualitas.
“Ketahanan keluarga menjadi isu penting bagi Aisyiyah dalam mendukung keberhasilan cita-cita Indonesia untuk mewujudkan generasi emas,” jelasnya. Dalam kesem-patan itu, dia juga menyoroti berbagai persoalan yang dialami perempuan. Salah satunya adalah akses pendidikan. Berdasar hasil survei sosiali-sasi ekonomi nasional 2022 dan data BPS, rata-rata lama sekolah penduduk perempuan yang berusia 15 tahun ke atas hanya 8,87 tahun. Masih di bawah rata-rata lelaki yang sudah 9,28 tahun. “Stereotipe gender berpengaruh menghambat mereka meraih pendidikan yang setara,” ungkapnya.
Masalah kekerasan dan kejahatan juga masih sering dialami perempuan dan anak. Karena itu, salah satu langkah konkret pada momen tanwir adalah meneken memorandum of understanding (MoU) tentang pencegahan, penanganan, dan penegakan hukum bagi kasus terhadap perempuan dan anak.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, perlindungan bagi perempuan dan anak sejalan dengan niat Polri. Salah satu terobosan besar yang dibuat adalah meningkatkan nomenklatur perlindungan perempuan dan anak dari subdit menjadi direktorat di Bareskrim. Hal itu bahkan akan diikuti di level polda hingga polres. Saat ini prosesnya tengah harmoni-sasi di Kementerian PAN-RB. “Kalau Aisyiyah ikut teriak, harmonisasi bisa segera selesai,” ujarnya.
Listyo menjelaskan, kasus terkait perempuan dan anak cukup tinggi. Dalam catatannya, terdapat 105.475 kasus per tahun. Ada KDRT, pencabulan, kekerasan fisik, persetubuhan, dan lain-lain.
Angka itu diyakini bukan angka riil di lapangan. Sebab, masih banyak yang tidak me-laporkan akibat paradigma yang keliru. “Korban enggan melapor. Kalau saya melaporkan ini jadi aib buat saya,” katanya.
Menurut dia, edukasi tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO