Buka konten ini
Pulau Bulan kembali menjadi sorotan setelah beberapa buaya muncul di berbagai lokasi wilayah tersebut dalam beberapa hari terakhir. Keberadaan reptil buas ini menjadi viral di berbagai media dan memicu kekhawatiran warga, terutama yang tinggal di daerah pesisir serta sering beraktivitas di perairan.
Salah satu video yang viral menunjukkan beberapa ekor buaya berkeliaran di perairan Gerating. Video tersebut direkam oleh seorang penumpang boat pancung yang melintas. Selain itu, warga Pulau Buluh juga melaporkan penampakan bua-ya di sekitar pelabuhan mereka, yang semakin menambah keresahan masyarakat setempat.
Kapolsek Bulang, Iptu Adyanto Syofyan, mengonfirmasi bahwa peristiwa ini bermula dari banjir besar yang melanda wilayah tersebut pada Senin (13/1) dini hari. Banjir akibat hujan deras merusak kandang penangkaran buaya milik PT Perkasa Jaya Karunia (PJK) di Kelurahan Batu Legong, Kecamatan Bulang. Akibatnya, sejumlah buaya berhasil melarikan diri.
“Buaya yang lepas dari lokasi penangkaran memiliki ciri khas, yakni terdapat potongan pada siripnya. Hingga saat ini, lima ekor buaya dengan tanda tersebut telah berhasil ditangkap,” ujar Iptu Adyanto.
Tim juga berhasil menangkap tiga ekor buaya liar lainnya yang ditemukan di sekitar lokasi. Tim gabungan yang terdiri dari polisi, petugas penangkaran, dan relawan masyarakat terus berupaya untuk menangkap buaya-buaya yang masih berkeliaran. Mereka juga berkoordinasi dengan pihak penangkaran untuk memastikan tidak ada lagi buaya yang lolos dari pengawasan.
Camat Bulang, Ramadan, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera melaporkan jika melihat buaya di sekitar mereka. ”Kami meminta masyarakat untuk tidak mendekati buaya yang terlihat. Segera hubungi petugas agar dapat ditangani dengan aman,” kata Ramadan.
Meskipun beberapa buaya telah berhasil ditangkap, warga tetap merasa cemas. Salah satu warga, Arif, mengaku khawatir beraktivitas di sungai atau laut. “Biasanya saya memancing di sore hari, tapi sekarang saya takut. Buaya ini bisa muncul kapan saja,” ujar Arif.
PT Perkasa Jaya Karunia menyatakan akan memperbaiki kerusakan kandang mereka dan memperketat pengamanan di lokasi penangkaran. Mereka juga berkomitmen untuk membantu proses penangkapan buaya yang lepas.
Fenomena ini mengingatkan pentingnya pengawasan dan pengelolaan penangkaran hewan berbahaya, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana alam seperti banjir. Pemerintah daerah diharapkan dapat memperketat regulasi terkait penangkaran agar kejadian serupa tidak terulang.
Hingga berita ini diturunkan, tim gabungan masih berupaya menangkap buaya yang tersisa. Warga Pulau Bulan diimbau untuk terus waspada dan berhati-hati, terutama di sekitar perairan. Keamanan masyarakat menjadi prioritas utama dalam penanganan insiden ini.
Terpisah, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Seksi Konservasi Wilayah II Batam, Tommy Steven Sinambela, mengungkapkan bahwa pihak penangkaran di Pulau Bulan, Batam, sedang fokus pada perhitungan populasi buaya yang terlepas setelah hujan lebat yang terjadi pada Senin (13/1) dini hari.
Kejadian tersebut mengakibatkan kerusakan pada salah satu tembok penangkaran, yang menyebabkan beberapa buaya berhasil keluar dari kolam.
Menurut Tommy, meskipun informasi awal menyebutkan bahwa sekitar lima hingga enam ekor buaya terlepas, pihak penangkaran belum dapat memastikan jumlah pastinya. Proses perhitungan populasi yang terlepas dilakukan dengan mengeringkan kolam tempat buaya tersebut berada, sehingga pihak penangkaran dapat memastikan jumlah buaya yang sebenarnya terlepas.
”Pihak penangkaran sedang mengeringkan kolam untuk menghitung ulang jumlah populasi buaya yang lepas. Kami perlu memastikan jumlah yang tepat setelah mereka menyelesaikan proses pengeringan kolam,” ujar Tommy, Rabu (15/1).
Ia juga menjelaskan bahwa peristiwa buaya lepas ini hanya terjadi pada satu kolam di penangkaran, dan bukan di seluruh kolam yang ada. Oleh karena itu, jumlah buaya yang terlepas masih dalam tahap verifikasi.
Tommy menambahkan bahwa hasil perhitungan yang lebih akurat baru akan diperoleh setelah proses pengeringan selesai dilakukan dan pihak penangkaran dapat memastikan jumlah populasi yang sebenarnya.
”Informasi yang kami terima menyebutkan sekitar lima hingga enam ekor, namun sekali lagi, jumlah pastinya akan diketahui setelah penghitungan selesai. Kami akan terus memantau dan memastikan bahwa populasi yang lepas dapat segera ditemukan dan diamankan,” tambahnya.
Pihak BBKSDA juga terus berkoordinasi dengan tim di lapangan untuk memantau perkembangan dan membantu penanganan. Meskipun penanganan buaya kini menjadi kewenangan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024, BBKSDA tetap memberikan dukungan penuh dalam proses evakuasi buaya yang terlepas.
Tommy juga mengimbau masyarakat untuk tetap berhati-hati, terutama saat beraktivitas di malam hari dan menghindari area yang diduga menjadi sarang buaya. Ia menegaskan bahwa buaya adalah hewan nokturnal yang cenderung meng-hindari manusia.
”Jika ditemukan, masyarakat diminta untuk segera melaporkan ke pihak berwenang dan tidak membunuhnya, mengingat status buaya sebagai satwa yang dilindungi,” pungkasnya. (***)
Reporter : Eusebius Sara, Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK