Buka konten ini
Korsel (BP) – Penyelidikan kecelakaan Jeju Air menemui hambatan besar. Black box pesawat tidak merekam empat menit terakhir sebelum tabrakan dengan sebuah localizer di Bandara Internasional Muan.
Para ahli memperingatkan, bahwa hal ini akan membuat penentuan penyebab pasti kecelakaan pesawat Jeju Air menjadi sangat sulit. Badan investigasi di bawah Kementerian Pertanahan Infrastruktur dan Transportasi mengumumkan pada Minggu (12/1), Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS telah mengekstraksi dan menganalisis data kotak hitam antara 7 dan 11 Januari waktu setempat.
Perekam suara kokpit terakhir kali menyimpan data pada pukul 08.58 pagi pada 29 Desember, beberapa saat sebelum kapten menyatakan keadaan darurat pada pukul 08.59. Perekam data penerbangan juga berhenti merekam pada waktu yang sama.
Badan investigasi mengatakan, akan menyelidiki mengapa black box berhenti merekam, sebagaimana yang diberitakan Korea Times. Dua penyelidik yang saat ini berada di Amerika Serikat akan kembali pada 13 Januari, dengan membawa black box untuk dianalisis lebih lanjut di Korea Selatan.
”Kami mengidentifikasi pada 4 Januari, perekam suara kokpit telah berhenti merekam. Namun menunda mengumumkan temuan tersebut sampai NTSB menyelesaikan verifikasi silang,” ungkap seorang pejabat dewan investigasi.
Para ahli menyatakan keprihatinan atas hilangnya data yang paling penting, karena perekam suara kokpit merekam percakapan antara kapten dan co-pilot, sementara perekam data penerbangan menangkap data kinerja pesawat yang terperinci, termasuk tenaga mesin. Pertanyaan-pertanyaan kunci masih belum terjawab, seperti kapan serangan burung itu terjadi, mesin mana yang rusak dan kapan dan apakah roda pendaratan berhenti berfungsi. (*)
Reporter : JP Group
Editor : Iman Wachyudi