Buka konten ini
Musibah tanah longsor terjadi di Perumahan Tiban Koperasi, Sekupang, Kota Batam, pada Senin (13/1) dini hari. Sebanyak lima rumah tertimbun material longsor, menyebabkan empat orang yang berada di dua rumah berbeda meninggal dunia.
Peristiwa memilukan ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Batam sejak beberapa hari terakhir.
Kapolsek Sekupang, Kompol Benhur Gultom, mengatakan, kejadian berlangsung sekitar pukul 00.05 WIB. “Longsor dipicu curah hujan tinggi yang membuat tanah tebing di lokasi tersebut amblas dan menimpa rumah warga,” jelasnya.
Pantauan di lokasi, tebing bukit setinggi 50 meter yang berada di belakang perumahan runtuh, menimbun sejumlah rumah di bawahnya. Material longsor berupa tanah basah, batu, dan pohon tumbang memenuhi area, menyulitkan upaya evakuasi.
Tim gabungan dari kepolisian, TNI, BPBD, Basarnas, dan warga sekitar langsung dikerahkan untuk mengevakuasi korban dari reruntuhan. Dari data sementara, empat korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, sementara lima orang lainnya mengalami luka-luka dan telah dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan medis.
Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Ahmad, yang meninjau lokasi, menyampaikan bela-sungkawa kepada korban dan memastikan proses evakuasi serta penanganan dampak bencana berjalan maksimal. “Kami akan memastikan seluruh kebutuhan warga terdampak terpenuhi, termasuk tempat pengungsian dan makanan,” tegasnya.
Amsakar juga meminta warga di sekitar lokasi untuk segera mengungsi ke tempat yang lebih aman mengingat prakiraan BMKG yang menyebutkan hujan akan terus mengguyur Batam dalam beberapa hari ke depan. “BMKG menginformasikan cuaca ekstrem akan berlangsung hingga seminggu ke depan. Kami meminta warga untuk sementara mengosongkan lokasi dan tinggal bersama keluarga atau kerabat,” ujarnya.
Selain itu, Pemko Batam berencana membangun dinding penahan tanah (batu miring) untuk mencegah longsor susulan. “Kami akan segera rapat dengan Sekda untuk menyusun langkah mitigasi, termasuk pembangunan batu miring agar kejadian serupa tidak terulang,” tambah Amsakar.
Sementara itu, Kepala Pos Basarnas Batam, Dedius, memberikan keterangan terkait proses evakuasi. Pada pukul 05.20 WIB, korban pertama berjenis kelamin perempuan berhasil ditemukan secara manual.
Tak lama setelahnya, pada pukul 06.15 WIB, korban kedua, seorang laki-laki, ditemukan tidak jauh dari korban pertama. Kedua korban tersebut merupakan pasangan suami istri yang berada di Perumahan Tiban Koperasi Blok 27 A.
Selanjutnya, pencarian dilanjutkan di Blok 28 A, dimana ada pasangan suami istri yang berada di dalam rumah pada saat kejadian. Pencarian sempat memakan waktu yang cukup lama, dengan korban pertama berjenis kelamin laki-laki ditemukan di kamar bagian belakang. Tak lama setelah itu, korban perempuan yang diduga istri ditemukan di bagian dapur.
Dedius menjelaskan, pencarian dilakukan dengan alat berat pada beberapa titik yang lebih sulit dijangkau. Pencarian berlangsung lama mengingat posisi korban yang tertimbun di kamar belakang dan material tanah yang cukup padat.
“Kondisi kedua korban ini sangat sulit dievakuasi karena tertimbun material lumpur yang tebal,” tuturnya.
Saksi mata, Astrid, mengatakan bahwa dari pengakuan anak korban, pada saat kejadian ibunya tengah memasak di dapur, sementara ayahnya sudah tidur. Keluarga ini dikenal berjualan di Tiban Center. Pencarian kedua korban ini mengerahkan alat berat dan ratusan personel gabungan. Saat ditemukan, keduanya dalam kondisi tertimbun material lumpur.
Musibah ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga yang kehilangan serta warga setempat. Pemko Batam dan pihak terkait terus bekerja keras untuk memberikan bantuan dan memastikan keselamatan warga lainnya yang terdampak.
Pemerintah Kota Batam melalui Dinas Sosial (Dinsos) bergerak cepat membantu korban longsor yang melanda kawasan Tiban, Senin (13/1). Bantuan awal berupa sembako, pakaian layak pakai, dan peralatan rumah tangga telah disalurkan kepada warga terdampak.
“Ini masih tahap awal. Nantinya akan kami bahas lebih lanjut untuk memberikan bantuan lanjutan,” ujar Kepala Dinas Sosial Batam, Leo Putra, usai meninjau korban tanah longsor di Tiban Koperasi, Sekupang, Senin (13/1).
Selain bantuan, Dinsos juga mendirikan dapur umum tak jauh dari lokasi longsor untuk mendukung kebutuhan warga. Leo menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan instansi terkait agar pemulihan pascabencana berjalan dengan lancar.
Hingga saat ini, tercatat lima rumah terdampak longsor, meski data pastinya masih terus diperbarui. “Ada beberapa rumah yang masih tertimbun. Kami akan terus memantau perkembangan di lapangan,” jelasnya.
Ketua RT 04/RW 07 Tiban Koperasi, Heriawan, menyebut longsor terjadi sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Ia mengonfirmasi total lima rumah terdampak, dengan tiga di antaranya mengalami kerusakan parah.
”Dari kejadian ini, kami berhasil mengevakuasi sembilan orang. Namun, dua korban meninggal dunia, sementara beberapa lainnya masih dalam pencarian,” ungkap Heriawan.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batam, Jefridin, mengungkapkan bahwa berdasarkan laporan terbaru, hampir semua kecamatan di Batam terdampak bencana banjir dan tanah longsor. Meskipun demikian, wilayah yang paling parah terdampak adalah Tiban Koperasi, dimana terdapat korban jiwa.
“Semalam, hujan deras melanda sejumlah daerah. Selain itu, ada juga laporan bencana di Belakangpadang dan Seraya yang mengalami longsor. Namun, hari ini, fokus kami adalah Tiban Koperasi karena di sini terjadi bencana yang lebih parah,” ujar Jefridin usai meninjau lokasi tanah longsor di Tiban Koperasi.
Jefridin menambahkan, berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan berpotensi berlangsung hingga seminggu ke depan. Untuk itu, pihak pemerintah mengimbau masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor, terutama di sekitar bukit, untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Bagi warga yang tinggal di rumah-rumah yang berada di pinggir bukit, kami meminta untuk segera meninggalkan rumah dan mengungsi ke rumah saudara atau tempat aman lainnya. Kami juga sudah menyiapkan bantuan bagi para korban yang terdampak,” katanya.
Selain itu, Jefridin memastikan bahwa pemerintah akan segera mengambil langkah untuk mencegah bencana susulan, seperti pemasangan batu miring di daerah rawan longsor. “Tim kami akan menilai situasi dan memberikan bantuan, terutama untuk rumah-rumah yang rusak parah. Kami juga akan memasang bangunan batu miring untuk mencegah longsor lebih lanjut,” jelas Jefridin.
Lebih lanjut, Jefridin menyebutkan bahwa ada empat kecamatan yang terdampak bencana hari ini, yaitu Sekupang, Bulang, Galang, dan Batuampar. Pemerintah Kota Batam akan menggelar rapat koordinasi hari ini dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), camat, dan lurah setempat untuk merencanakan penanganan lebih lanjut.
“Kami akan terus memantau situasi dan bekerja sama dengan seluruh pihak terkait untuk memberikan bantuan dan solusi yang dibutuhkan masyarakat,” tutupnya.
Selain di Tiban Koperasi, musibah tanah longsor juga melanda Kampung Seraya Bawah, RT 05/RW 01, Blok C, Kota Batam, pada dini hari sekitar pukul 03.00 WIB, Senin (13/1). Material longsor menutupi sebagian jalan setapak di kawasan permukiman padat penduduk. Beberapa pohon pisang tumbang, dan dinding beton penahan tanah di area tersebut mengalami kerusakan parah.
Salah seorang warga setempat, Arif, mengungkapkan bahwa ada tujuh rumah yang terdampak akibat longsor tersebut. ”Rumah yang paling parah sampai hancur rata. Ada sekitar 50 motor yang juga terkena dampak. Tapi alhamdulillah, enggak ada korban jiwa,” katanya.
Arif menambahkan, sebelum longsor terjadi, terdengar suara retakan tanah yang cukup keras. ”Jam 3 lewat itu, subuh, sebelum longsor ada suara semacam retakan,” ungkapnya.
Diduga, longsor terjadi akibat tanah yang labil dan curah hujan tinggi. Kampung Seraya Bawah, yang terletak di area berbukit, memang dikenal sebagai salah satu kawasan rawan longsor.
”Sejak kejadian tadi pagi (kemarin), aparat TNI sudah turun ke lokasi untuk membantu warga membersihkan sisa-sisa longsor,” ujar dia.
Di Kampung Bawean, Sungai Panas, tepatnya di RT 01 RW 03 dua rumah juga tertimpa longsor. Tak ada korban jiwa dalam bencana ini. Yudi, pemilik rumah mengatakan bahwa longsor tersebut terjadi saat hujan deras pada pukul 20.00 WIB. Saat itu, ia sedang berada di tengah rumah.
“Kami sudah waspada, karena melihat kejadian sebelumnya terjadi longsor di beberapa tempat,” ujarnya di lokasi.
Ia mengatakan, dalam kejadian ini ia mengalami kerugian material. Bahkan, sepeda motor milik konsumennya tertimpa timbunan longsor. “Motor milik konsumen tertimpa. Beberapa barang elektonik dan peralatan dapur habis,” kata pengusaha bengkel ini.
Ia menambahkan, rumah lainnya yang tertimpa longsor milik Kadir. Rumah tersebut dijadikan kos-kosan.
“Alhamdulillah anak kos juga aman. Tidak ada korban,” ungkapnya.
Ia mengaku dalam kejadian ini dibantu warga setempat untuk membersihkan puing dan sisa longsor tersebut. “Dari katanya ada bantuan. Bantuan seperti apa belum tahu,” tuturnya.
Batuaji dan Sagulung Diterjang Banjir
Sementara itu, wilayah Batuaji dan Sagulung terdampak banjir. Warga harus berjibaku melawan terjangan air yang masuk ke dalam rumah mereka.
“Semalaman tak bisa tidur kami sekeluarga. Air mulai naik sejak pukul 00.00 tadi malam (Senin, 13/1) dan hingga pukul 09.00 pagi tadi, ketinggian air belum juga surut,” ujar Sumarno, warga Perumahan Beni Raya, Marina.
Hal serupa juga dialami Anita, warga Perumahan Pemda, Kelurahan Buliang, Batuaji. Ia mengungkapkan bahwa banyak perabotan rumah tangganya rusak akibat banjir yang meninggi hingga ke dalam rumah. “Kami tidak sempat menyelamatkan barang-barang, air datang begitu cepat sejak dini hari,” kata Anita.
Jalan menuju galangan kapal Seilekop Sagulung, jalan menuju galangan kapal Tanjunguncang, Marina City, hingga jalan di depan Perumahan Pemda I sepenuhnya tergenang air pada Senin (13/1) pagi. Hingga siang hari, air masih menggenangi jalan-jalan tersebut, membuat aktivitas masyarakat lumpuh.
Pantauan di lapangan menunjukkan hampir semua drainase di wilayah Batam, termasuk drainase induk, tidak mampu menampung debit air yang meningkat drastis. Akibatnya, air meluap ke jalan dan permukiman. Salah satu titik kritis adalah drainase induk di dekat Perumahan Kodim, Kelurahan Buliang, Kecamatan Batuaji.
“Drainase ini sebenarnya berupa alur sungai yang cukup besar, namun sumbatan sampah, material tanah, dan bangunan liar yang memakan saluran drainase menyebabkan aliran air terhambat. Akibatnya, banjir tak terhindarkan,” kata Anwar, warga setempat, kepada Batam Pos.
Masyarakat korban banjir mengaku mengalami kerugian besar akibat rusaknya barang-barang, terhambatnya aktivitas, dan ancaman kesehatan yang timbul dari genangan air. Warga mendesak pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengatasi persoalan ini.
Banjir besar melanda Kelurahan Buliang, Kecamatan Batuaji akibat hujan deras yang terus mengguyur selama empat hari terakhir. Air meluap ke permukiman dan jalan raya, menyebabkan aktivitas masyarakat terganggu hingga Senin siang.
Genangan air yang tinggi membuat warga harus berjibaku membersihkan rumah mereka. ”Air masuk ke rumah sejak tadi malam, perabotan banyak yang basah,” kata Eko, warga setempat. Ia bersama warga lainnya terlihat sibuk menguras air dan menyelamatkan barang-barang yang masih bisa digunakan.
Di jalan raya, banjir mengakibatkan arus lalu lintas terganggu. Banyak kendaraan mogok karena genangan air yang tinggi, sehingga memicu antrean panjang. ”Jalanan penuh air, motor saya mogok di tengah jalan,” ujar Amir, pengendara yang terjebak banjir.
Salah satu penyebab utama banjir ini adalah sistem drainase yang tidak mampu menahan derasnya aliran air hujan. Puluhan titik banjir ditemukan di Kelurahan Buliang, dengan kondisi paling parah terjadi di Perumahan Kodim. Jembatan yang menuju perumahan tersebut terendam air, membuat akses warga terputus.
Pemukiman warga di sekitar Jalan Maruk hingga Kantor Kelurahan Buliang juga ikut terdampak. Beberapa rumah terendam air hingga lutut, menyebabkan kerugian material yang tidak sedikit. ”Ini banjir terparah yang pernah kami alami,” ungkap salah satu warga.
”Drainase perlu dinormalisasi, banyak bangunan liar yang memakan saluran air,” ujar Eko. Ia juga menekankan pentingnya penataan lingkungan agar banjir tidak terus menjadi bencana rutin. (***)
Reporter : Rengga Yuliandra, Eusebius Sara, Yofie Yuhendri, Arjuna
Editor : RYAN AGUNG