Buka konten ini
Saat kecil kita ingin cepat dewasa, tetapi saat sudah dewasa, malah ingin kembali ke masa kecil. Ternyata menjadi dewasa tak se-menyenangkan yang kita bayangkan saat kecil dulu: banyak tekanan, tanggung jawab, dan masalah yang seolah tak ada habisnya.
”Emosi itu jangan disangkal, jangan ditolak, dan jangan diabaikan. Tapi dikelola dan dikendalikan,” ucap Lianda Marta, psikolog.
Pemaparan materi terkait manajemen emosi yang disampaikan langsung pakarnya, berlangsung di auditorium Balai Pelatihan Kesehatan Batam, Minggu (12/1). Kegiatan tersebut diselenggarakan Komunitas Kampung Dongeng Kepulauan Riau yang berkolaborasi dengan Balai Pelatihan Kesehatan Batam.
”Kami dari Bapelkes Batam, selalu bersedia menyediakan fasilitas dan tempat untuk mendukung kegiatan masyarakat yang berkontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan bersama,” terang Dilagulastri, Kepala Instalasi Perpustakaan di Bapelkes.
Kampung Dongeng Kepulauan Riau adalah komunitas yang memiliki kepedulian pada pendidikan dan anak-anak. Komunitas tersebut baru berjalan sekitar 10 bulan dan diketuai Muh Ripay Tohamba.
Peserta yang hadir berjumlah lebih dari 30 orang dengan usia yang beragam. Tak hanya remaja, bahkan orang dewasa yang sudah berkeluarga, tak kalah antusias mengikuti kegiatan tersebut.
Ripay dan para panitia lainnya, bukan tanpa alasan memilih tema ’Sehari Menjadi Kecil’, mereka percaya bahwa dengan bernostalgia terhadap kenangan masa kecil, mampu membuat bahagia, menambah rasa percaya diri, dan mengu-rangi beban pikiran, terlebih untuk para orang dewasa yang memikul banyak tekanan dan tanggung jawab.
Para peserta yang mengikuti kegiatan, mengaku merasa bahagia dan lega bisa kembali merasakan menjadi anak kecil, di usia yang tak lagi muda. Salah satunya Melisa, ia merasa senang dan tak sabar untuk mengikuti kegiatan serupa.
”Happy banget, semoga akan ada kegiatan seperti ini lagi,” ucapnya semangat.
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan seperti mendengarkan dongeng dan cerita, membuat kreativitas, dan memainkan banyak games. Pada sesi sharing dengan psikolog, materi yang diangkat adalah terkait manajemen emosi, hal tersebut dirasa penting, karena mampu mengelola stres, meningkatkan keseimbangan mental, memperbaiki hubungan, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi risiko penyakit mental.
”Kita mencoba mengkorelasikan dengan emosi ala anak-anak yang masih pure. Marah ya marah, sedih ya sedih, benci ya benci, gak suka ya bilang, kurang lebih seperti itu,” terang Ripay.
”Sebagai pemateri, saya merasa sangat senang karena bisa mendapatkan kesempatan untuk sharing, senang karena bisa mendengar cerita dan mendapat banyak insight saat sesi diskusi bersama teman-teman peserta,” imbuh Lianda.
Lianda juga menyampaikan harapannya, semoga semua orang bisa lebih aware dengan kondisi diri masing-masing. Juga lebih peka dengan emosi yang terasa, dan mau terus mencoba menerapkan berbagai strategi pengelolaan emosi yang konstruktif.
Kampung Dongeng Kepri hadir dengan misi sebagai wisata imajinasi anak Indonesia, berharap tidak saja dikenal sebagai komunitas dongeng tapi sebuah komunitas literasi yang terus berupaya mewujudkan segala ide dan harapan demi meningkatkan indeks literasi. Tidak saja berfokus pada satu isu, melainkan bisa bergerak di berbagai isu.
”Saat ini kami sedang merancang program Pesisir Pintar dengan harapan mampu mewujudkan kesetaraan pendidikan anak pesisir. Program ini tidak saja berfokus di daerah binaan kami di Setokok, tapi juga wilayah pesisir lain di Provinsi Kepri,” ujar Ripay menutup perbincangan. (***)
Reporter : TIA CAHYA NURANI
Editor : RYAN AGUNG