Buka konten ini
TANJUNGPINANG (BP) – Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengklaim bahwa kenaikan harga cabai di wilayah Kepri disebabkan kondisi cuaca yang mengakibatkan gagal panen.
Kepala Disperindag Kepri, Aries Fhariandi, menyebutkan bahwa tingginya harga cabai di Kepri dipengaruhi oleh faktor cuaca dan gagal panen yang terjadi di wilayah Jawa, sebagai salah satu daerah penghasil cabai. ”Karena kita mengambil pasokan dari Jawa, ada beberapa faktor yang memengaruhi. Pertama, cuaca. Kemudian, di daerah Jawa banyak yang mengalami gagal panen,” ujar Aries pada Jumat (10/1).
Gagal panen tersebut menyebabkan pasokan cabai berkurang, sehingga harga mengalami kenaikan. Untuk mengatasi hal tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri sedang mengupayakan kerja sama dengan daerah lain yang memiliki stok cabai berlebih, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan wilayah Sumatera bagian Tengah.
”Kami juga mendorong agar daerah penghasil cabai lain mengirimkan stok cabai ke Kepri supaya harga di Kepri dapat berangsur stabil,” tambahnya.
Di Tanjungpinang, harga cabai masih terbilang mahal pada awal tahun 2025 ini. Harga komoditas tersebut diperkirakan akan terus mengalami kenaikan dalam beberapa hari ke depan.
Di Pasar Encik Puan Perak, harga cabai rawit yang sebelumnya sekitar Rp60 ribu per kilogram kini melonjak menjadi Rp85 ribu per kilogram.
Sementara itu, cabai merah dihargai Rp78 ribu per kilogram.
”Untuk cabai hijau harganya Rp55 ribu per kilogram. Kalau cabai sedang murah, biasanya hanya sekitar Rp40 ribu per kilogram. Tapi, sebulan ini memang terus naik,” ujar Kartini, 60, salah seorang pedagang cabai.
Kenaikan harga cabai ini membuat pedagang mengeluhkan penurunan pendapatan.
”Sepi yang beli. Jadi cabai-cabai kami banyak yang busuk, akhirnya rugi,” ungkap Kartini.
Selain harga cabai yang tinggi, pedagang juga mengeluhkan kondisi Pasar Encik Puan Perak yang sepi pengunjung.
”Dulu, meskipun pasar jelek, pembeli tetap ramai. Sekarang malah sepi, walaupun pasarnya sudah bagus. Sekarang saja, jam 12 siang kami sudah tutup karena sepi,” keluhnya. (*)
Reporter : MOHAMAD ISMAIL
Editor : ANDRIANI SUSILAWATI