Buka konten ini
BATAM KOTA (BP) – Mengawali tahun 2025, sebanyak 129 warga negara Indonesia (WNI) kembali dideportasi dari Malaysia, Kamis (9/1) siang. Bahkan, dalam waktu dekat, sekitar 600 WNI lainnya akan dideportasi secara bertahap.
Proses pemulangan para WNI itu dilakukan dari Pelabuhan Stulang Laut, Johor Bahru, Malaysia, dengan pengawalan dua staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI). Dari 129 WNI yang dideportasi, 80 di antaranya adalah laki-laki, 47 perempuan, dan dua anak.
”Ada dua anak di bawah umur yang ikut dalam rombongan PMI yang dideportasi. Mereka adalah anak-anak di antara PMI yang dideportasi,” ujar Kombes Imam Riadi, Kepala BP3MI Kepri, di sela-sela peninjauan para PMI yang baru tiba di Pelabuhan Internasional Feri Batamcenter.
Imam menjelaskan bahwa seluruh WNI yang dideportasi dalam keadaan sehat, karena mereka telah menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum keberangkatan ke Batam. Selain itu, dipastikan tidak ada yang terdeteksi membawa virus yang sudah ditemukan di Malaysia.
”Mereka dipastikan sehat, dan telah diperiksa kesehatannya sebelum dipulangkan,” imbuhnya.
Selanjutnya, Imam menambahkan, para PMI yang baru sampai akan dibawa ke selter BP3MI di kawasan Imperium, Batam Kota. Di sana, mereka akan didata untuk mengetahui kasus masing-masing selama berada di Malaysia.
”Kami mendata dulu untuk mengetahui kasus mereka. Namun, sebagian besar yang dideportasi ini karena melanggar aturan administratif, seperti overstay, tidak memiliki izin, dan lainnya,” tegas Imam.
Imam juga menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 600 PMI lainnya yang menunggu giliran untuk dideportasi. Proses deportasi ini akan dilakukan secara bertahap. ”Ada 600 PMI lagi yang menunggu giliran. Proses pemulangan akan dilakukan secara bertahap,” katanya.
Masih menurut Imam, sepanjang tahun 2024, melalui pencegahan dan deportasi, sekitar 3.077 PMI telah dipulangkan. Sebagian besar deportasi dilakukan melalui Batam, yang dianggap sebagai daerah strategis. Namun, pemulangan juga dilakukan melalui Pelabuhan di Tanjungpinang.
”Kenapa deportasi melalui Batam? Karena Batam merupakan daerah strategis. Namun, pemulangan juga ada yang melalui pelabuhan di Tanjungpinang,” ungkap Imam. (*)
Reporter : Yashinta
Editor : RATNA IRTATIK