Buka konten ini
SEOUL (BP) – Jeju Air Co me-ngumumkan bahwa pihaknya akan memangkas hampir 1.880 penerbangan pada kuartal pertama 2025 untuk meningkatkan keselamatan operasional menyusul kecelakaan penerbangan Boeing 737-800 miliknya baru-baru ini.
Maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan itu, dalam siaran persnya dilansir Antara, Rabu (8/1), mengatakan pihaknya berencana mengurangi 1.878 penerbangan yang terdiri dari 838 rute domestik dan 1.040 rute internasional, selama musim dingin hingga Maret. Lebih lanjut juru bicara perusahaan itu, yang dihubungi melalui telepon, mengatakan pihaknya juga berencana memangkas tambahan 30 penerbangan dalam waktu dekat, sehingga total pengurangan penerbangan melebihi 1.900 pada kuartal pertama.
Pesawat Boeing 737-800, yang berangkat dari Ibu Kota Thailand, Bangkok, menuju Muan di Korea Selatan bagian barat daya, membawa 181 penumpang dan awak pesawat.
Pesawat itu mengalami kecelakaan ketika mendarat darurat di Bandara Muan pada 29 Desember 2024. Saat itu pilot pesawat mengeluarkan panggilan mayday dan pesawat mendarat dengan perut sebelum menabrak penghalang , dan meledak menjadi kobaran api setelah menabrak penghalang. Insiden itu menewaskan semua orang di dalamnya kecuali dua pramugari yang ditarik dari tempat pembakaran. Tercatat sebanyak 179 orang tewas dalam kecelakaan tersebut.
Penyelidik telah menunjuk kemungkinan penyebab dari insiden fatal tersebut, termasuk serangan burung, kerusakan roda pendaratan, dan penghalang beton di landasan pacu.
Adapun penyelidik telah berhasil mengamankan rekaman suara dari alat perekam suara kokpit (CVR) pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan itu, kata pejabat Pemerintah Korea Selatan, Kamis (2/1).
Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi menyatakan bahwa penyelidik telah menyelesaikan konversi data dari CVR pesawat B737-800 Jeju Air menjadi rekaman suara.
CVR tersebut berisi hingga dua jam rekaman, dan kami telah mengamankan data dalam kapasitas maksimum,” ujar pihak kementerian. Pihak berwenang akan mulai menganalisis rekaman suara tersebut dan menyusun transkrip percakapannya. (***)
Reporter : JP Group
Editor : andriani susilawati