Buka konten ini
BATUAMPAR (BP) – Masalah sampah di beberapa titik di Kota Batam semakin parah, dengan beberapa lokasi seperti kawasan Bukit Senyum, Batuampar; Patam Lestari, Sekupang; dan sejumlah titik lainnya terus dikeluhkan warga. Tumpukan sampah yang tak terangkut, bau busuk yang menyengat, serta dugaan pungutan liar menjadi keluhan utama yang mengancam kesehatan masyarakat.
Sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Jalan Bukit Senyum, Batuampar, mi-salnya, terus menggunung hingga meluber ke badan jalan. Bahkan, bau busuk yang menyebar di kawasan tersebut tercium dari jarak puluhan meter.
“Sampah di sini bukannya berkurang, malah semakin bertambah setiap harinya,” kata Ita, warga sekitar, Senin (6/1).
Menurut Ita, kondisi ini sa-ngat mengganggu, baik bagi warga yang tinggal di sekitar TPS, maupun para pekerja perusahaan di kawasan tersebut. “Lokasi TPS seharusnya tidak berada di tepi jalan umum atau dekat dengan perusahaan. Harus segera dipindahkan,” tambahnya.
Pantauan Batam Pos di loka-si menunjukkan bahwa bak sampah yang disediakan sudah rusak dan tidak layak pakai. Beberapa unit mobil angkutan sampah terlihat antre untuk membongkar sampah, namun kondisinya sangat mempriha-tinkan. Warga lainnya, Rudi, menilai bahwa persoalan ini muncul akibat kurangnya jumlah petugas dan truk pengangkut sampah yang layak.
“Mobil pengangkut hanya beberapa unit saja, itu pun tidak semuanya dalam kondisi layak. Harusnya ini segera diperbaiki,” kata Rudi.
Hal yang sama juga terjadi di wilayah Kelurahan Patam Lestari, dimana sejumlah titik TPS tidak terangkut sampahnya selama hampir satu tahun terakhir. Ketua RW 01 Kampung Tua Patam Lestari, Herry, meng-ungkapkan kekecewaannya terhadap Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Batam yang dinilai kurang responsif.
“Banyak alasan tidak masuk akal dari petugas DLH ketika diminta mengangkut sampah. Mereka sering beralasan kekurangan armada atau rusaknya kendaraan operasional,” ujar Herry.
Akibatnya, sampah hanya diangkut pada hari Minggu, di luar jam kerja, dengan biaya tambahan yang diminta kepada warga. “Kami awalnya sepakat mengeluarkan iuran Rp200 ribu untuk pengangkutan sampah. Namun masalah tidak selesai, dan ketika kami diminta lagi, mereka meminta tambahan Rp500 ribu,” tambah Herry.
Keluhan serupa juga muncul di lokasi lainnya, seperti di depan Perumahan Tiban II, depan SD 005, Kampung Tua Mentarau, dan Tiban Makmur. Warga mengeluhkan tumpukan sampah yang tidak kunjung terangkut dan adanya dugaan pungutan liar oleh oknum petugas pengangkut sampah.
Menanggapi masalah ini, Wakil Ketua I DPRD Batam, Aweng Kurniawan, menyatakan keprihatinannya. Menurutnya, masalah sampah yang menumpuk bukan hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga membahayakan kesehatan masya-rakat.
“Keluhan ini sangat serius. Sampah yang menumpuk tidak hanya mencemari lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan bagi warga sekitar,” ungkap Aweng. Ia menilai bahwa respons DLH terhadap masalah ini sangat lemah dan memicu ketidaknyamanan bagi warga.
Aweng juga menyoroti adanya indikasi pungutan liar dalam proses pengangkutan sampah. “TPS adalah tanggung jawab DLH, bukan ladang pungli. Kami akan memanggil DLH dalam forum rapat dengar pendapat (RDP) untuk meminta klarifikasi,” tambahnya.
DLH Salahkan Budaya Buang Sampah Sembarangan
Di sisi lain, Kepala DLH Batam, Herman Rozie, menilai bahwa salah satu penyebab utama krisis sampah adalah budaya buang sampah sembarangan yang sulit diubah. “Meskipun sudah kami pasang rambu larangan, masyarakat tetap membuang sampah di tempat yang sama,” katanya.
Krisis sampah yang terjadi di Batam, menurut Herman, juga diperparah oleh kerusakan armada pengangkut sampah yang menghambat pengangkutan sampah secara tepat waktu. Saat ini, DLH Batam hanya memiliki 34 unit armada pengangkut yang sebagian besar dalam kondisi rusak. Hal ini mengakibatkan penumpukan sampah, terutama di TPS yang tidak resmi.
“Kami sudah meminta bantuan dari Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBM-SDA) untuk peminjaman alat berat. Namun, kerusakan armada tetap menjadi masalah utama,” ujar Herman.
Untuk mengatasi masalah ini, DLH Batam berencana untuk membeli armada baru agar pengangkutan sampah bisa lebih optimal. “Tahun ini, pembelian armada baru menjadi prioritas kami untuk memastikan sampah bisa diangkut dengan lebih efisien,” kata Herman.
Namun, Herman juga mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat tidak membuang sampah sembarangan adalah kunci utama dalam mengatasi krisis sampah ini. “Jika masya-rakat tidak peduli dengan kebersihan, masalah sampah akan terus berlanjut,” katanya.
Sementara itu, DPRD Batam akan terus mendorong DLH untuk segera menyelesaikan masalah ini dengan langkah yang lebih tegas dan cepat. “Kami mendesak DLH untuk segera menyelesaikan masalah ini. Jangan biarkan masalah sampah semakin parah,” ujar Aweng. (***)
Reporter : YOFI YUHENDRI, ARJUNA
Editor : RATNA IRTATIK