Buka konten ini
Ada yang berkedok mengirim sampel makanan ke sekolah, ada warung yang diorderi puluhan makanan, ada pula yang meminta uang jaminan untuk ajakan kerja sama.
KEDATANGAN pria yang mengaku dari sebuah perusahaan swasta itu mengejutkan Kepala SMP Gita Kirtti (Giki) 2 Surabaya Ida Christiana. Sebab, pria yang mendatanginya ke sekolah tersebut tiba-tiba saja menawarkan mengirim sampel makanan sebagai bagian dari program makan bergizi gratis (MBG).
Ida ragu karena belum ada petunjuk teknis (juknis) apa pun dari Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya soal penyaluran MBG. Termasuk informasi tentang pihak lain yang menjadi penyalur atau penyedia.
”Pria itu mengaku bahwa MBG itu hibah dari perusahaan. Bahkan oknum tersebut menyebut, selain pemerintah, MBG juga dijalankan lebih dulu oleh pihak swasta. Perusahaan dia salah satunya,” kata Ida kepada Jawa Pos (grup Batam Pos).
Ida pun semakin ragu. Tawaran tersebut akhirnya dia tolak. Menurutnya, jika niatnya benar menyalurkan MBG, seharusnya ada proposal yang dikirim ke sekolah.
”Tapi, sampai sekarang (kemarin, 6/1) tidak ada proposal yang dikirim. Saya tidak berani gegabah, apalagi belum ada juknis,” katanya.
SMP Giki 2 tak sendirian mengalami ”teror” serupa. Kepala SMP 17 Agustus 1945 Surabaya Wiwik Wahyuningsih bahkan ditelepon oleh seseorang yang mengaku dari koperasi di Jakarta di bawah naungan Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Modusnya mendata sekolah sebagai penerima MBG.
Wiwik juga diminta menyediakan data siswa. ”Ada yang mau mengirim surat juga. Tetapi, kami tidak tanggapi karena dari Pemkot Surabaya belum ada juknis yang disosialisasikan,” katanya.
Ida dan Wiwik wajar jika sangat berhati-hati. Sebab, sudah terjadi beberapa kejadian di sejumlah daerah bahkan sebelum program andalan pemerintahan Prabowo Subianto itu bergulir mulai kemarin.
Di Kabupaten Mojoroto, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, puluhan ibu pelaku usaha katering tertipu penawaran tender yang mencatut nama Kodim 0809/Kediri.
Pelaku yang mengaku sebagai pemenang tender penyuplai paket MBG dari Kodim 0809/Kediri menawarkan kerja sama kepada para pemilik katering dengan meminta setoran uang jaminan minimal Rp1 juta.
Mengaku Pegawai Kecamatan
Begitu pula di Kecamatan Sempu, Kabupaten Banyu-wangi, Jawa Timur. Sejumlah pemilik warung makan di wilayah tersebut nyaris menjadi korban order fiktif. Modusnya, pelaku yang mengaku pegawai kantor kecamatan memesan makanan untuk program MBG.
”Pada Kamis (2/1) ada orang yang mengaku namanya Firman, pegawai Kecamatan Sempu, memesan nasi sebanyak 55 bungkus,” kata Sholeh Sujak, salah satu pemilik warung yang biasa menerima order katering, kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi (grup Batam Pos) kemarin.
Kecurigaan Sholeh itu bertambah saat pria tersebut meminta nomor rekening untuk pembayaran. Sebab, selama ini, kantor Kecamatan Sempu selalu membayar secara tunai pesanan mereka.
Kepala Seksi Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kecamatan Sempu Agus Nur Wahid membenarkan adanya upaya penipuan memanfaatkan bergulirnya program MBG. ”Dari yang kami ketahui, ada tiga warung yang mengaku mendapat pesanan fiktif tersebut,” katanya.
Untungnya, jelas dia, warung-warung tersebut segera konfirmasi ke kantor. ”Imbauan kami, tunggu informasi resmi dari TNI. Selain itu jangan ditanggapi. Apalagi yang me-ngatasnamakan kantor kecamatan, jelas tidak benar,” terangnya.
Di Surabaya, kata Wiwik, mereka yang mendatangi sekolah dengan dalih MBG rata-rata meminta data siswa by name by address dengan stempel dari sekolah.
”Kami jujur resah. Selama ini kami hanya menolak jika ada yang demikian,” ujar ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah SMP Surabaya Timur itu.
Mereka khawatir jika sampai memberi data akhirnya disalahgunakan. Risikonya juga ke siswa. ”Kalau makanan yang diberikan berbahaya, bagaimana? Belum nanti jika tiba-tiba mereka nagih ke kami, sekolah yang jadi korbannya,” kata Wiwik. (***)
Reporter : GALIH ADI P – SALIS ALI M
Editor : YUSUF HIDAYAT