Buka konten ini
MILAN (BP) – SELAMA hampir tiga tahun terakhir Derby Della Madonnina menyuguhkan satu rivalitas baru di atas lapangan. Yakni antara Denzel Dumfries dan Theo Hernandez.
Semua bermula saat Milan menang 2-1 atas Inter pada Februari 2022. Saat itu Theo mendapat kartu merah karena mengejar dan memberi tekel Dumfries dari belakang.
Setelah itu, Dumfries dan Theo sering kali terlibat argumen ketika bertemu. Intensitasnya pun cukup tinggi. Maklum, Theo sebagai bek kiri memang sering berduel langsung dengan Dumfries yang mengisi sayap kanan Inter.
Bukan hanya di klub, mereka juga beberapa kali bertemu ketika membela tim nasional. Total, Dumfries-Theo telah sepuluh kali bertemu di klub dan timnas. Hasilnya, keduanya sama-sama menang empat kali dan seri dua kali.
Nah, perseteruan itu bisa jadi akan berlanjut dini hari nanti. Theo dan Dumfries kemungkinan besar masih akan menjadi pilihan utama di tim masing-masing. “Saya tidak bermusuhan Theo, tetapi saya tidak akan pernah makan malam dengannya,” kata Dumfries soal Theo musim panas lalu dilansir dari Gazzetta dello Sport.
Ya, Dumfries seperti masih menyimpan ‘dendam’ kepada Theo. Rasa tidak suka itu bahkan terlihat lewat sebuah spanduk provokatif. Saat merayakan scudetto tengah tahun lalu, dia mengibarkan spanduk Theo yang tengah diikat dengan tali. Itu seolah-olah mengibaratkan jika pemain Prancis itu adalah seekor anjing. Dumfries mendapat denda EUR 4 ribu (Rp66 juta) karena aksinya itu.
Terlepas dari itu, Dumfries menghadapi laga final Supercoppa Italiana dengan modal positif. Dia mencetak dua gol kemenangan Inter atas Atalanta di babak semifinal. “Kami punya tim yang bagus dan kami membuktikannya musim lalu, dan sekarang kami membuktikannya lagi,” kata Dumfries setelah laga semifinal. “(Selanjutnya, red) kami ingin memenangkan setiap trofi yang ada,” terangnya.
Bawa Memori Biancocelesti
Simone Inzaghi pernah dua periode bermain di Lazio bersama Sergio Conceicao, yakni pada musim 1999–2000 dan 2003–2004. Periode pertama sempat berbuah hasil manis. Biancoceleste –julukan Lazio– berhasil meraih gelar juara Serie A untuk kali pertama sejak 1973–1974.
Bukan hanya itu, Lazio –yang saat itu ditangani Sven Goran Eriksson– bahkan mampu meraih total lima gelar. Diperkuat sejumlah bintang top seperti Roberto Mancini, Alessandro Nesta, Diego Simeone, atau Pavel Nedved, mereka juga memenangkan Piala Winners, Coppa Italia, Piala Super Italia, dan Piala Super Eropa.
Lebih dari dua dekade berlalu, mental juara itu ternyata masih tertanam dalam diri Inzaghi dan Conceicao. Buktinya, selama satu dekade terakhir berkarier sebagai pelatih, Inzaghi telah meraih sembilan trofi bersama Lazio dan Inter. Sedangkan Conceicao juga mendapat total sebelas gelar bersama FC Porto.
Nah, dini hari nanti keduanya saling berhadapan. Bukan lagi beraroma Biancoceleste, melainkan dalam laga Derby Della Madonnina. Simone, allenatore Inter akan menghadapi Conceicao yang baru saja dipercaya menangani AC Milan. Keduanya bertemu dalam laga final Supercoppa Italiana di Al-Awwal Park, Riyadh, Arab Saudi (siaran langsung: Vidio pukul 02.00 WIB).
Meski tidak pernah bertukar pesan, Simone mencoba meng-ungkapkan hubungannya dengan Conceicao. “Saya satu ruang ganti dengannya selama bertahun-tahun, kami juga memiliki guru (yang sama, red) seperti Eriksson, yang sangat memengaruhi karier kami sebagai pelatih” kata Simone dikutip dari Sportmediaset.
Akan tetapi, hubungan keduanya sebenarnya tidak sepenuhnya harmonis. Saat bertemu kali terakhir di babak 16 besar Liga Champions 2022–2023, Conceicao sempat terlihat menolak bersalaman dengan Simone. Saat itu, Inter berhasil menang agregat 1-0 atas FC Porto.
Namun, Simone tidak merasa bermasalah dengan Conceicao. Dia ingin fokus sepenuhnya untuk meraih trofi pertama musim ini. Kebetulan, dalam lima kesempatan final Supercoppa Italiana, dia tidak sekali pun terkalahkan.
“Derbi adalah pertandingan yang spesial dan seru, juga ada trofi pertama musim ini yang dipertaruhkan,” kata Simone. “Kami akan berusaha untuk tidak membuat kesalahan yang sama seperti pertandingan terakhir. Bahkan, ketika kepemimpinan Rossoneri berganti, para pemainnya tetap sama,” lanjutnya.
Sementara itu, Conceicao sempat menjalani laga debutnya bersama AC Milan dengan hasil positif. Mereka menang come back 2-1 atas Juventus di laga semifinal. Kemenangan itu diharapkan bisa mengangkat mental Rossoneri. “Yang penting bekerja dengan baik dan memberikan energi positif. Saya sangat senang bersama tim ini,” kata Conceicao. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO