Buka konten ini
BATAM KOTA (BP) – Sekolah berbasis asrama di Kota Batam dinilai rawan terhadap tindakan bullying dan penganiayaan. Sekretaris Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Batam, Erry Syahrial, mengatakan lingkungan yang intens dengan interaksi antar siswa setiap hari membuat potensi konflik kian besar.
“Memang rentan, dan ada beberapa kasus yang terjadi di Batam. Karena dalam setiap hari, aktivitas anak ini akan lebih sering bertemu,” ujar Erry, Kamis (29/5).
Salah satu kasus terbaru yang disorot adalah dugaan penganiayaan terhadap siswa Kelas I MTsN 1 Batam, Vanza Prayoga Alfaros. Erry menyebut bahwa kekerasan tersebut bermula dari tindakan perundungan yang berujung pada pemukulan.
“Awalnya itu bullying. Kemudian pelaku tidak terima dan menganiaya korban,” jelasnya.
Atas kejadian ini, Erry meminta pihak sekolah untuk memperketat pengawasan, terutama di lingkungan asrama. Ia menegaskan bahwa peran guru sangat penting dalam memantau aktivitas para siswa, baik di dalam maupun luar kelas.
“Peran guru-guru ini penting. Apa saja kegiatan anak itu harus diawasi,” tegasnya.
Terkait kasus Vanza, Erry berharap penyelesaian bisa ditempuh secara kekeluargaan demi masa depan anak-anak yang terlibat. Namun ia juga menghargai jika keluarga korban memilih menempuh jalur hukum.
“Kalau keluarga korban tetap bersikeras menempuh jalur hukum, biarlah pihak kepolisian yang menyelidiki,” ujarnya.
Sebelumnya diberitakan, Vanza Prayoga Alfaros, siswa kelas I MTsN 1 Batam, mengaku menjadi korban pengeroyokan oleh siswa senior saat menempati asrama sekolah. Kejadian ini disebut terjadi pada akhir April lalu. Vanza mengalami cedera serius dan dinyatakan menderita patah tulang di bagian bahu akibat kekerasan tersebut. (*)
Reporter : Yofi Yuhendri
Editor : RATNA IRTATIK