Buka konten ini
Berstatus sebagai rumah sakit tipe D sejak 2020, kondisi RSUD Tanjungbatu di Pulau Kundur, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, justru menunjukkan kemunduran. Hingga pertengahan 2025, fasilitas layanan kesehatan yang mestinya menjadi tumpuan warga, kian merosot. Jumlah dokter pun sempat menyusut drastis, menyisakan hanya dua orang tenaga medis umum yang aktif berjaga.
“Alhamdulillah, sekarang sudah ada tambahan satu dokter. Jadi, total saat ini ada tiga dokter umum yang bisa melayani di Instalasi Gawat Darurat (IGD) selama 24 jam. Tapi untuk sif malam masih mengandalkan sistem on call,” ujar Direktur RSUD Tanjungbatu, Suharyanto, saat ditemui Batam Pos (Jawa Pos Group), Kamis (29/5).
Ia menambahkan, mulai 1 Juni mendatang akan ada penambahan satu lagi dokter umum guna memperbaiki layanan secara bertahap. Namun, ketika ditanya tentang ketersediaan dokter spesialis, Suharyanto mengaku hingga kini rumah sakit belum memiliki tenaga spesialis sama sekali.
“Mayoritas pasien yang datang berobat menggunakan BPJS Kesehatan. Selebihnya pasien umum atau mandiri,” katanya.
Masalah di rumah sakit ini tidak hanya berhenti pada tenaga medis. Kepala Perwakilan Ombudsman RI Provinsi Kepulauan Riau, Lagat Siadari, sebelumnya telah mengirimkan rekomendasi perbaikan kepada Bupati Karimun pada 26 Februari, terkait kualitas layanan dan potensi maladministrasi di RSUD Tanjungbatu.
Laporan itu menyoroti banyak kekurangan krusial: ruang gawat darurat belum dilengkapi alat kesehatan standar untuk resusitasi, dan tindakan darurat. Laboratorium pratama kekurangan alat pemeriksaan cepat seperti rapid test trigliserida. Fasilitas radiologi tidak memiliki perangkat radiografi, dan obat-obatan penting kerap kosong.
‘‘Obat injeksi seperti ranitidin, omeprazole, ketorolac, hyoscine, ondansetron, dan obat emergensi seperti paracetamol suppositoria serta stesolid, sering kali tidak tersedia,’’ jelas Lagat dalam temu pers beberapa waktu lalu.
Kekurangan alat medis juga menjadi sorotan: tensimeter, termometer, alat pengukur saturasi oksigen, regulator oksigen, kertas EKG, hingga medical grade refrigerator untuk menyimpan obat dan vaksin, semuanya dilaporkan tidak lengkap.
‘‘Dan terakhir, yang tak kalah penting, rumah sakit ini belum memiliki ambulans laut sebagai sarana evakuasi rujukan pasien dari pulau,’’ pungkasnya. (***)
Reporter : TRI HARYONO
Editor : GALIH ADI SAPUTRO