Buka konten ini
BATAM (BP) – Ribuan pengemudi ojek online di Kota Batam akan menggelar aksi damai bertajuk Aksi 205 pada Selasa (20/5). Aksi ini bertepatan dengan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dan merupakan bagian dari gerakan nasional yang digelar serentak di 14 kota di Indonesia.
Di Batam, aksi ini diorganisasi oleh Komunitas Andalan Driver Online (Komando), Aliansi Driver Online Batam (Adob), dan didukung lebih dari selusin komunitas pengemudi ojek online, baik roda dua maupun roda empat.
Ketua Komando Batam, Feryandi Tarigan, menyebut aksi ini sebagai bentuk protes terhadap sejumlah kebijakan perusahaan aplikator yang dinilai memberatkan para pengemudi.
“Kami jadikan 20 Mei sebagai momentum kebangkitan transportasi online. Aksi ini bentuk kekecewaan kami atas kebijakan aplikator yang semakin tidak berpihak pada driver,” ujarnya, Minggu (18/5).
Dalam aksi tersebut, massa akan bergerak ke enam titik yang menjadi sasaran aksi. Enam titik itu adalah kantor Grab Batam, kantor Gojek, kantor Maxim, kantor DPRD Batam, kantor Wali Kota Batam, dan kantor Perwakilan Gubernur Kepri di Batam.
Salah satu tuntutan utama adalah penerapan Peraturan Gubernur Kepri, sebagaimana tertuang dalam SK Gubernur Kepri Nomor 1080 dan 1113 Tahun 2024, yang mengatur tarif layanan transportasi online. Mereka menuntut agar seluruh aplikator mematuhi regulasi tersebut.
Menurut Feryandi, aksi damai ini akan melibatkan sedikitnya 2.000 pengemudi dari berbagai komunitas di Batam.
Selain turun ke jalan, para pengemudi juga sepakat untuk mematikan aplikasi alias melakukan offbid secara serentak selama aksi berlangsung.
Aksi offbid dijadwalkan mulai pukul 09.00 hingga 18.00 WIB. Para pengemudi akan menghentikan seluruh aktivitas daring mereka selama waktu tersebut sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan yang sedang dilakukan.
“Memang ada driver yang bekerja pada malam sebelumnya. Tapi setelah itu, seluruh komunitas sepakat untuk tidak lagi melakukan aktivitas online pada hari Selasa,” katanya.
Salah satu tuntutan paling krusial dalam aksi ini adalah soal potongan yang dikenakan oleh aplikator. Para pengemudi meminta agar potongan maksimal hanya 10 persen dari tarif yang dibayarkan penumpang. Ia mencontohkan, saat ini potongan aplikator bisa mencapai 20 hingga 25 persen.
“Misalnya tarif roda dua untuk jarak dekat Rp9 ribu, driver hanya terima Rp6 ribu. Itu potongannya besar sekali,” ucapnya.
Selain menolak potongan berlebih, massa aksi juga menuntut penghapusan dua program yang dianggap merugikan driver, yakni Grab Hemat dan GoFood Goceng. Kedua program ini dinilai sangat menekan pendapatan pengemudi.
Aksi ini bukan untuk mengganggu masyarakat, melainkan bentuk perjuangan kolektif demi keadilan bagi para pengemudi online. Feryandi juga menyampaikan permohonan maaf kepada para pengguna layanan atas terganggunya aktivitas transportasi pada hari tersebut.
“Kami mohon maaf kepada para pengguna jika pada tanggal 20 nanti layanan transportasi online terganggu. Ini demi kebaikan bersama ke depan,” pungkasnya. (*)
Reporter : Arjuna
Editor : RYAN AGUNG