Buka konten ini
Kanker kolorektal adalah penyakit yang makin mendapat perhatian karena peningkatan kasusnya, terutama pada usia muda. Bagaimana dengan di Kota Batam?

KANKER kolorektal adalah kanker yang tumbuh di usus besar (kolon) dan rektum. Biasanya, penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang berusia di atas 50 tahun. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak kasus yang ditemukan pada usia lebih muda, bahkan di bawah 40 tahun.
Secara global, tercatat sekitar 1,9 juta kasus baru kanker kolorektal setiap tahun, dengan angka tertinggi di Tiongkok dan Jepang. Di Indonesia, kanker kolorektal menempati peringkat ketiga sebagai jenis kanker yang paling sering terjadi dan peringkat kedua sebagai penyebab kematian akibat kanker.
Data dari Rumah Sakit Awal Bros Batam menunjukkan bahwa pasien kanker kolorektal termuda berusia 16 tahun. Ini menjadi perhatian serius karena kanker ini sebelumnya dianggap sebagai penyakit orang tua. Para ahli sedang meneliti penyebab pergeseran tren ini, yang kemungkinan besar berkaitan dengan pola makan, gaya hidup, serta faktor genetik.
Belakangan ini, kasus kanker kolorektal di Batam pun menunjukkan tren pergeseran usia penderita. Jika sebelumnya lebih banyak menyerang kelompok usia tua, kini penyakit ini semakin banyak ditemukan pada pasien yang lebih muda, bahkan hingga usia 16 tahun.

Menurut dokter spesialis bedah konsultan bedah digestif Rumah Sakit Awal Bros Batam, dr. Suryatmoko, SpB.,Sub.SpBD(K), kanker kolorektal sangat berkaitan dengan gaya hidup, termasuk pola makan dan aktivitas fisik.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini antara lain; pola makan tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan rendah serat, makanan yang diolah terlalu lama atau menggunakan minyak goreng berulang kali, yang dapat menghasilkan zat karsinogenik. “Kurangnya konsumsi sayur dan buah yang kaya serat juga bisa menyebabkan penyakit ini,” katanya saat ditemui di sela buka bersama rekanan RS Awal Bro0s Batam di Hotel Harris Batam Center, beberapa waktu lalu.
Faktor risiko lainnya, lanjut pria yang akrab disapa dokter Moko ini, adalah kebiasaan hidup tidak aktif. Yakni gaya hidup sedentari akibat terlalu sering bermain gadget atau bekerja di depan komputer tanpa aktivitas fisik yang cukup.
“Riwayat keluarga (faktor genetik/herediter) bisa juga dengan kanker dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kanker kolorektal,” imbuhnya.
Di Batam sendiri, katanya, data menunjukkan bahwa variasi penyebab kanker ini cukup beragam, meskipun faktor herediter belum dapat diteliti secara pasti karena keterbatasan fasilitas medis.
Statistik dan Perbandingan Kasus
Secara global, kanker kolorektal lebih banyak ditemukan pada laki-laki. Namun, jika melihat kasus di bawah usia 40 tahun, persentase antara pria dan wanita cenderung berimbang.
“Pada pasien usia 30 tahun ke atas, kebiasaan merokok menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan risiko kanker,” ungkap dr Moko.
Selain itu, pola makan rendah serat dan sering mengonsumsi makanan berminyak juga berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian penyakit ini. “Banyak makan gorengan. Gorengan tuh berbahaya loh. Goreng-gorengan yang kita beli di warung-warung, mereka kan sering pakai minyaknya yang tidak baru, lebih dari dua kali atau berkali kali dipakai. Minyak yang terlalu sering dipakai atau disimpan lama itu menjadi karsinogenik namanya. Itu beresiko untuk menjadi kanker,” jelasnya.
Penanganan Kanker Kolorektal
Dokter Moko menyatakan bahwa metode utama dalam penanganan kanker kolorektal adalah operasi. “Jika kanker masih dalam stadium awal, pembedahan dapat mengangkat sel kanker sepenuhnya, sehingga pasien memiliki peluang sembuh lebih besar,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, setelah operasi, stadium kanker akan ditentukan:
*Stadium 1: Tingkat kesembuhan bisa mencapai 100% jika kanker terdeteksi dini dan diangkat sepenuhnya.
*Stadium 2 dan 3: Biasanya memerlukan kemoterapi setelah operasi, dengan tingkat kesembuhan sekitar 80–90% untuk stadium 2. Sedangkan pada stadium 3, tingkat kesembuhan mulai menurun tergantung pada tingkat keparahannya.
*Stadium 4: Pada tahap ini, kanker sudah menyebar ke organ lain sehingga sulit disembuhkan. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun hanya sekitar 4–12%.
Untuk pasien dengan kanker di daerah rektum (bagian bawah usus besar), radioterapi sering digunakan sebagai terapi tambahan. Saat ini, RS Awal Bros Batam sedang membangun fasilitas radioterapi untuk meningkatkan akses pengobatan bagi pasien.
Pentingnya Deteksi Dini
Menurut dr Moko, pemeriksaan dini sangat penting dalam menangani kanker kolorektal. Di beberapa negara, program screening rutin telah diterapkan untuk mendeteksi kanker lebih awal. Program pemeriksaan kesehatan tahunan yang mulai dijalankan di Indonesia juga diharapkan dapat membantu dalam pencegahan dan penanganan kanker secara lebih efektif.
Dengan pola hidup sehat dan kesadaran akan deteksi dini, angka kejadian kanker kolorektal di usia muda bisa ditekan.
Menanggapi program pemerintah skrining kesehatan bagi mereka yang ulang tahun, dr Moko merespons sangat positif. “Penting itu. Kalau bisa berjalan seperti itu, saya kira sangat baik dampaknya nanti. Kuncinya di skrining itu,” ujarnya. (***)
Reporter : YUSUF HIDAYAT
Editor : MUHAMMAD NUR