Buka konten ini
MILAN (BP) – Allenatore Sergio Conceicao tiba-tiba “menghilang” dari Milanello, kamp latihan AC Milan. Penasehat senior Zlatan Ibrahimovic yang mewakili Conceicao dalam pre-match press conference untuk second leg playoff fase knockout Liga Champions, Senin (17/2). Sama seperti saat Ibra yang berada di bench AC Milan saat mengalahkan Hellas Verona 1-0 di Serie A pada Minggu (16/2) dini hari.
Ke mana Conceicao? Pelatih 50 tahun itu ternyata masih belum kembali dari Porto. Dia masih berduka pasca kehilangan sosok yang dekat dengan kariernya semasa bemain maupun saat menjadi pelatih di FC Porto, Jorge Nuno Pinto da Costa. Pinto da Costa yang notabene presiden FC Porto periode 1982 sampai 2024 itu mengembuskan napas terakhir pada Sabtu (15/2) waktu setempat.
Proses pemakaman Pinto da Costa berlangsung sampai kemarin. Dengan begitu, Conceicao kembali bisa menemani Mike Maignan dkk saat menghadapi Feyenoord Rotterdam di Stadio San Siro dini hari nanti (siaran langsung beIN Sports 1/beIN Sports Connect/Vidio pukul 00.45 WIB).
Memori bersama Pinto da Costa di Porto diharapkan jadi spirit Conceicao yang butuh membalikkan defisit kekalahan 0-1 Rossoneri –sebutan AC Milan– dalam first leg di De Kuip, kandang Feye-noord, pekan lalu (13/2). Terutama momen manis ketika mengantarkan Dragoes –julukan FC Porto–melaju ke perempat final Liga Champions untuk kali pertama pada era Conceicao atau 2018–2019.
Tiket perempat final didapatkan setelah Dragoes membalikkan kekalahan 1-2 oleh AS Roma di Stadio Olimpico dalam first leg dengan kemenangan 3-1 di Estadio do Dragao dalam second leg. Wide attacker AC Milan Christian Pulisic percaya hal itu bakal terulang kali ini.
“Aku pikir Conceicao sangat bersemangat. Anda akan merasakan semangatnya di dalam permainan kami. Mentalitasnya sebagai pemenang sudah ditularkan ke kami dan itu yang kami butuhkan saat ini,” tutur Pulisic kepada Sports Illustrated.
Streak kemenangan di San Siro dalam tiga laga Liga Champions terakhir merupakan modal bagus tuan rumah. Di sisi lain, Feyenoord mengusung motivasi untuk menyudahi tiga dekade penantian lolos ke fase knockout Liga Champions. Kali terakhir Feyenoord merasakannya adalah pada musim 1993–1994.
“Aku merasa kami bermain lebih bagus dalam bertahan (di first leg). Aku pikir kami bisa melakukannya lagi (menang, red) di Milan,” koar gelandang Feyenoord Jakob Moder kemarin di laman resmi klub. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO