Buka konten ini
Setiap manusia diciptakan dengan kelebihannya masing-masing. Tugas kita adalah mengasah dan memanfaatkan kelebihan tersebut. Terlebih jika bakat tersebut bisa menjadi profesi dan menghasilkan cuan.
Nama lengkapnya Iin Safira, akrab disapa Iin. Wanita berusia 22 tahun ini juga memiliki nickname artist yaitu Rara. Dia hobi menggambar tradisional, digital, dan juga animasi. Saat ini, ia bekerja di Edunesia, sebagai guru les gambar digital dan animasi.
Iin bercerita bahwa sedari kecil udah suka menggambar. Bermula karena dilarang orangtua main keluar rumah hingga kelas 4 SD, dan diberi kertas gambar beserta pensil warna untuk menghabiskan waktu di rumah.
”Dulu aku degil sih sampai gambar-gambar di dinding rumah bahkan di lantai,” ungkap Iin sembari terkekeh.
Iin suka menggambar anime. Naruto adalah kartun favoritnya. Hingga SD kelas 2, Iin memberanikan diri untuk menjual karyanya kepada teman-teman di sekolahnya. Dan pada akhirnya keterusan sampai sekarang.
”Dapat seribu, dua ribu, saat itu lumayan banget buat uang jajan, yang bisa dibilang aku jarang dikasih uang jajan,” ujar Iin bangga.
Sedangkan untuk menggambar secara digital, ia mulai belajar sejak pandemi Covid-19 di 2020 lalu. Hingga kini, ia mengaku masih terus belajar. Sudah banyak karya yang ia buat.
”Mulai dari SD pernah bikin komik sendiri, lukisan kanvas, mural juga, bikin keychain sendiri, gambar karakter di sketchbook untuk jual, sampai sekarang sambil branding account,” sebutnya.
Iin menjelaskan, untuk bisa membuat digital art, harus terbiasa menggambar di kertas, karena basic dari menggambar itu sendiri adalah melatih tangan agar terbiasa menggores, begitu juga dengan digital. Dan untuk menggambar secara digital sebenarnya hanya butuh adaptasi untuk mengenal fitur-fitur yang ada, seperti sketsa, anatomi, teori warna, perspektif, dan lain sebagainya.
”Hati-hati sih kalau digital sekarang mudah banget kecolongan. Jadi penting membuat watermark atau tanda tangan,” bebernya.
Selain itu, Iin juga suka mengikuti berbagai perlombaan, sejak di bangku SD ia pernah mendapat juara 3 cerita bergambar tingkat kecamatan di 2014. Lalu mulai 2023 aktif ikut lomba gambar anime yang digelar di pusat-puat perbelanjaan. Dan beberapa kali meraih juara.
”Aku paling seneng tahap sketsa, apa lagi highlight untuk mata dan pipi, biasanya di bagian pipi ku kasih blush biar terkesan manis, soalnya memang artstyle-ku begitu,” tuturnya.
”Kalau bagian paling susah itu waktu eksekusi ide yang udah ada, bisa dibilang hampir semua artist itu perfeksionis, sering merasa gak puas sama hasil yang dibuat, akhirnya ngulang lagi, kalau gak ngulang bisa stres sendiri.”
Ia mengaku sering menjadi joki tugas gambar anak sekolah. Tak hanya itu, karena ayahnya bekerja sebagai pemborong, lin sering dimintai untuk melukis mural di dinding tempat kerja ayahnya. lin mengaku bayarannya lumayan untuk tambahan uang jajan.
”Untuk saat ini lagi ada project ilustrasi untuk novel, klienku dari Turki. Dan project-nya masih tahap proses, sekitar Rp1,6 juta,” ungkap lin.
Targetnya dalam waktu dekat ingin segera menyelesaikan projek, dan mulai open commission dollar di V-Gen, serta mengikuti kompetisi Webtoon yang akan dimulai pada Februari 2025. ”Harapannya komisi lancar sampai skala internasional, karna masih butuh persiapan lagi untuk dapat project gede, dan pengen jadi komikus solo juga,” beber lin di akhir perbincangan. (***)
Reporter : TIA CAHYA NURANI
Editor : RYAN AGUNG