Buka konten ini
Nurkhalim, ayah Uswatun Khasanah, mengaku sekitar enam kali bertemu dengan Rohmad Tri Hartanto, tapi tak pernah mengobrol. Polres Blitar melakukan pendampingan trauma healing untuk dua anak korban.
NURKHALIM masih ingat benar bagaimana dirinya sangat marah ketika sang putri, Uswatun Khasanah, memperkenalkan Rohmad Tri Hartanto sebagai suami siri. Itu ketika Antok, sapaan akrab pria tersebut, untuk kali pertama diajak Uswatun ke rumahnya tiga tahun lalu.
”Saya tidak merasa pernah menjadi wali nikah kok tahu-tahu dibilang suami siri,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Penataran (grup Batam Pos) yang menemuinya di kediamannya di Desa Sidodadi, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, Senin (27/1).
Belakangan diketahui bahwa Antok bukanlah suami siri Uswatun. Pria 32 tahun itu, seingat Nurkhalim, sudah enam kali ikut sang anak yang bekerja di Tulungagung, Jawa Timur, pulang ke Blitar.
Pertemuan terakhir terjadi setahun lalu. Tiap kali ke rumahnya, Nurkhalim mengaku tak pernah mengobrol dengan Antok. Dia sekadar menyapa.
”Jadi, saya tak terlalu ingat rupa wajahnya,” ujarnya.
Tapi, pria yang tak terlalu dia ingat rautnya itulah yang telah menghadirkan duka tak terperi ke dirinya sekeluarga. Antok membunuh dan memutilasi Uswatun, seorang janda dua anak, di Kediri serta membuang jenazahnya di tiga kabupaten di Jawa Timur: Ngawi, Trenggalek, dan Ponorogo.
”Semoga dia dihukum mati karena perbuatan kejinya,” kata Nurkhalim.
Untuk kepentingan pekerjaannya, Uswatun indekos di Tulungagung. Dua anaknya ditinggal di Blitar dan sehari-hari diasuh Ana Yuliani.
Kepada Jawa Pos Radar Lawu (grup Batam Pos), Ana mengaku masih berkomunikasi dengan korban sampai Minggu (19/1). Tapi, sehari kemudian ponsel Uswatun sudah tak bisa dihubungi.
Uswatun yang sudah lama bercerai selama ini menjadi tulang punggung keluarga. Meski demikian, tiap pekan dia selalu menyempatkan pulang untuk menengok kedua anaknya.
”Almarhumah tidak pernah cerita apakah sedang punya masalah. Dia memang tipe pekerja keras dan tidak pernah mengeluh,” kata Ana kepada Jawa Pos Radar Lawu yang menemuinya di RSUD dr Soe-roto, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.
Kemarin, rombongan Polres Blitar juga datang melayat ke rumah orangtua korban sembari membawa tim trauma healing atau penyembuhan trauma.
Menurut Kapolres Blitar AKBP Arif Fazlurrahman, tim melakukan pendampingan kepada keluarga korban, termasuk kedua anaknya.
”Dengan pendampingan ini, anak-anak korban kami ajak beraktivitas, bermain, dan belajar dengan membawa buku-buku dan tas. Selain itu, juga memotivasi kembali untuk terus semangat belajar dan sekolah,” tuturnya.
Jenazah Uswatun yang ditemukan di dalam koper di Ngawi memang sudah dimakamkan di Sidodadi yang masuk wilayah Kecamatan Garum. Tapi, Nurkhalim berharap potongan tubuh lainnya yang sudah ditemukan bisa segera dikirimkan ke rumah duka.
Nantinya, lanjut Nurkhalim, akan dijadikan satu dengan tubuhnya yang telah dimakamkan agar genap.
”Saya berterima kasih kepada kepolisian yang sudah membantu hingga bisa menemukan pelaku dan jenazah anak saya,” katanya. (***)
Reporter : FAJAR RAHMAD ALI WARDANA
Editor : RYAN AGUNG