Buka konten ini
JAKARTA (BP) – Para pengusaha dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) optimistis Pemerintahan Prabowo-Gibran bersama dunia usaha dapat mengatasi berbagai tantangan dan menciptakan banyak peluang untuk mendorong pertumbuhan secara optimal menuju 8 persen. Kadin telah membuat catatan khusus dan rekomendasi.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, mengatakan, salah satu hal yang paling penting adalah investasi. Untuk menghadirkan investasi yang penting adalah kepastian hukum, sebagai cikal bakal kebangkitan atau keberlanjutan dari investasi yang sangat dibutuhkan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Anin, demikian sapaan akrab Anindya Novyan Bakrie, dalam acara Kadin: Global and Domestic Economic Outlook 2025 di Menara Kadin Indonesia, Jakarta.
Acara yang mengusung tema Mengorkestrasi Tantangan Perekonomian Global & Domestik Sebagai Peluang Mendorong Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen dan Kesejahteraan Publik dihadiri 58 undangan yang datang langsung, dan 279 undangan yang hadir secara daring. Baik dari Dewan Pengurus Harian Kadin Indonesia dan jajarannya, Kadin Provinsi, Kabupaten/Kota, Asosiasi/Himpunan Anggota Luar Biasa Kadin Indonesia, serta para pimpinan media nasional.
”Kami melihat investasi walaupun masih ada tantangan di sana-sini baik dari luar negeri dan dalam negeri, tetap mempunyai potensi yang luabiasa. Bapak Presiden memiliki kemampuan untuk meyakinkan investor dan berhasil mendapatkan komitmen investasi. Saya rasa ini suatu start yang bagus yang bisa membuat momentum yang baik ke depannya,” ungkap Anin.
Menurut dia, program-program pemerintah untuk membantu masyarakat luas juga akan membuahkan hasil yang sangat baik dalam jangka menengah dan panjang ke depannya. Karena bisa dirasakan langsung ketika bicara mengenai isu kemiskinan dan juga kelaparan.
Anin mengatakan, program-program seperti makanan bergizi gratis dan lumbung pangan, juga program pengampunan utang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) juga bisa membuat para pelaku UMKM beraktivitas kembali dalam dunia usaha.
Selain itu, lanjut Anin, program rumah murah akan berdampak sangat baik, demikian juga dengan investasi jangka panjang seperti di dalam pendidikan, kesehatan, dan juga infrasruktur digital yang tentu merupakan sektor yang prospektif untuk Indonesia bisa berkompetisi dan bisa membuat kesejahteraan lebih baik.
”Kami melihat competitiveness (daya saing) dari Indonesia ini sangat besar. Tugas Kadin ada dua. Pertama bekerja dengan konstituen, yaitu Kadin Provinsi dan juga seluruh perusahaan, termasuk BUMN dan koperasi di bawah naungan Kadin untuk bisa mengarungi semua ini dengan baik. Kedua, Kadin menjadi mitra strategis pemerintah yang baik dalam program mendorong pertumbuhan ekonomi 8 persen dan menurunkan kemiskinan bahkan sampai 0 persen,” papar Anin.
Wakil Ketua Umum Bidang Analisis Kebijakan Makro-Mikro Ekonomi Kadin Indonesia, Aviliani, mengatakan, ada tantangan dari eksternal tapi potensi di domestik (dalam negeri) sangat besar. Sehingga, Indonesia harus fokus pada pasar domestik yang sebenarnya bisa dikembangkan.
Avi, sapaan akrab Aviliani, mengatakan, terkait dengan hilirisasi yang sudah dicanangkan pemerintah agar nilai tambahnya tinggi, maka harus dibicarakan juga mengenai end product.
”Kemudian kita bicara juga hulunya karena kita juga masih hampir 70 persen tergantung pada bahan-bahan impor. Tapi kita juga harus bicara hilirnya agar rekomendasi kita ke depan adalah bicara hulu dan hilir,” kata Aviliani.
Avi menilai, ke depan suku bunga diperkirakan masih akan menjadi tantangan karena walaupun turun hanya akan mencapai 50 basis poin. Selain suku bunga, tantangan lain adalah nilai tukar yang diprediksi masih akan berfluktuasi cukup tinggi dengan range Rp16.000-Rp16.500. Itu menjadi tantangan karena akan berdampak pada inflasi.
”Berarti bagaimana mengatasi inflasi tentu pengusaha sudah bicara dari sekarang itu apa yang harus dilakukan,” ungkap Aviliani.
Avi berharap agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan kebutuhan suplai pangan yang tinggi tidak membuat inflasi naik. Jangan sampai inflasi melonjak gara-gara tidak bisa memenuhi kebutuhan suplai.
”Sebenarnya di bidang apa sih potensi investasi itu akan masuk ke Indonesia? Jadi pertama kalau kita lihat yang paling banyak itu adalah di sektor pertambangan. Karena pertambangan itu kita punya hulunya kan. Yang di negara-negara lain tidak punya,” terang Avi.
Selain sektor pertambangan, Avi juga menyebutkan potensi di sektor transportasi dan sektor keuangan. ”Sekarang kan ada dari Vietnam masuk di (sektor transportasi) taksi ya. Sebenarnya ada taksi dari Vietnam itu cukup banyak jumlahnya. Jadi mereka masih melihat sektor-sektor jasa juga menarik buat mereka karena potensi market di Indonesia itu masih sangat besar,” papar Aviliani.
Avi berharap ke depan ada gebrakan kebijakan di sektor pertanahan. Lahan masih menjadi masalah, nah kemandirin pangan butuh kebijakan di sektor pertanahan. ”Ini yang mungkin masih butuh waktu,” terangnya.
Berkenaan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah, Avi berharap agar nantinya kebijakan tidak hanya berdasarkan pada sektoral saja, tetapi lebih berkaitan pada ekosistem yang bisa membuat pengusaha ataupun investor itu lebih mudah.
”Membangun ekosistem kebijakan itu jadi penting. Jadi tidak ada lagi kebijakan by sektoral, tapi bagaimana kebijakan diuraikan secara orkestrasi. Jadi harus ada orkestra dari kebijakan-kebijakan itu,” ucap Aviliani. (***)