Buka konten ini

PRAIA (BP) – Tanjung Verde membuktikan bahwa tidak perlu menjadi negara dengan populasi besar untuk bermain di Piala Dunia (PD). Dengan populasi hanya 525 ribu jiwa atau hampir sama dengan jumlah warga Kecamatan Sidoarjo (Jawa Timur), Tanjung Verde melaju ke PD 2026 di Kanada-Amerika Serikat-Meksiko.
Selasa (14/10), Tanjung Verde memastikan sejarah tersebut setelah menghancurkan Eswatini tiga gol tanpa balas pada matchday pemungkas grup D kualifikasi PD 2026 zona CAF. Kemenangan di Estadio Nacional de Cabo Verde, Praia, itu memastikan Tubaroes Azuis alias Hiu Biru – julukan Tanjung Verde– finis sebagai juara grup di atas Kamerun (8 kali lolos PD) maupun Angola (sekali lolos PD).
Tanjung Verde jadi wakil keenam Afrika yang telah memastikan lolos ke PD 2026. Negara paling barat Afrika itu menyusul Maroko, Tunisia, Mesir, Aljazair, dan Ghana. Di antara enam negara tersebut, Tanjung Verde jadi satu-sa-tunya muka baru dari Benua Hitam.
Dengan jumlah populasi 525 ribu jiwa, Tanjung Verde jadi negara dengan jumlah penduduk paling sedikit kedua yang bermain di PD. Islandia masih menjadi pemilik rekor dengan populasi 340 ribu jiwa saat lolos ke edisi 2018 di Rusia.
“Kami bangga bisa memberikan kegembiraan kepada warga kami. Pencapaian ini kami persembahkan bagi seluruh orang-orang Tanjung Verde,” kata tactician Tanjung Verde Pedro ”Bubista” Brito dilansir dari The National.
Kelolosan sekaligus jadi kado manis negara yang tahun ini memeringati 50 tahun kemerdekaannya.
“Kami ingin membawa mereka lebih berbahagia lagi saat 2026 nanti,” imbuh Bubista yang sudah lima tahun menangani Timnas Hiu Biru.
Diaspora Jadi Kunci Utama
Salah satu kunci sukses Tanjung Verde lolos ke PD adalah kontribusi pemain diaspora. Dari 25 pemain dalam skuad saat ini, 14 di antaranya diaspora. Kebanyakan dari Portugal, lalu dari Belanda dan Prancis. Antara lain Bruno Varela, Robert Carlos Lopes alias Pico, Steven Moreira, Wagner Pina, Sidny Lopes Cabral, Jamiro Monteiro, dan Deroy Duarte. Ada pula Telmo Arcanjo, Laros Duarte, Garry Mendes, Willy Semedo, Dailon Livramento, Helio Varela, dan Heriberto Tavares.
Pico, misalnya. Dia lahir di Irlandia. Dia pernah membela Irlandia U-19. “Ayahku dari pulau Sao Nicolau. Dia meninggalkan negara ini sejak berusia 16 tahun,” ucap Pico diwawancarai di siniar BBC Destination New Jersey. Meski begitu, lanjut Pico, mereka saling bahu membahu di timnas Tanjung Verde.
“Kami berasal dari berbagai penjuru dunia. Kami bahagia dengan capaian-capaian kami ketika kami bermain bersama,” tuturnya. (***)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG