Buka konten ini

BENTROKAN antara dua kelompok pengemudi ojek daring, ADOB (Aliansi Driver Online Batam) vs Komando (Komunitas Andalan Driver Online), pecah di depan Hotel Utama, Lubukbaja, Minggu (12/10) dini hari. Insiden ini diduga terjadi akibat provokasi pihak ketiga. Kini kasus ini ditangani pihak kepolisian.
Ketua ADOB Batam, Defrizal, menegaskan bahwa sebenarnya kedua pihak sudah mencapai kesepakatan damai sebelum bentrokan terjadi. Ia mengaku tidak mengetahui penyebab pasti munculnya keributan di lokasi tersebut.
“Soal keributan itu, sebenarnya para pengurus kedua pihak sudah berada di Polresta Barelang dan sudah sepakat damai. Kami tidak tahu siapa pemantiknya di lapangan karena perdamaian itu sudah ada. Mungkin karena isu-isu di media sosial yang memancing emosi,” ujar Defrizal, Minggu (12/10).
Menurutnya, kerusakan akibat bentrokan hanya terjadi pada kendaraan roda dua dan roda empat yang kini telah diamankan di Polsek Lubukbaja. “Yang saya tahu, kendaraan yang rusak sudah dibawa ke Polsek Lubukbaja. Soal siapa yang memicu, biar pihak kepolisian yang melakukan investigasi lebih lanjut,” tambahnya.
Ketua Umum Komando Batam, Feryandi Tarigan, mengungkapkan bahwa tawuran tersebut dipicu oleh pernyataan salah satu pembina ADOB, bernama Def, di akun TikTok miliknya. Dalam unggahan itu, Def menyebut “driver online bodoh dan tolol” yang kemudian menimbulkan reaksi keras dari komunitas lainnya.
“Kami hanya ingin menanyakan maksud dari ucapannya. Tapi dia menyangkal dan berdalih itu bukan provokasi, melainkan penyemangat. Tapi karena ucapannya sudah tersebar, banyak yang tersinggung, dan itu mencederai martabat driver online se-Kota Batam,” ujar Feryandi kepada Batam Pos, Minggu (12/10).
Menurut Feryandi, setelah unggahan itu ramai diperbincangkan, sejumlah driver online mencoba menghubungi Def untuk meminta klarifikasi. Namun, Def diduga melapor ke kelompok ADOB bahwa dirinya diintimidasi dan terancam. Laporan tersebut membuat massa ADOB berkumpul di sekitar Mabes Street Ghoet, dekat McDonald Batuampar.
“Massa yang dikumpulkan Def sekitar 200 sampai 300 orang,” kata Feryandi.
Ketegangan meningkat ketika mobil milik Sekretaris Umum Komando, atas nama Surensen, melintas di lokasi. Kendaraannya dihentikan oleh massa, dirusak, dan telepon genggamnya dirampas.
“Setelah itu, anggota kami yang lewat menggunakan motor juga ditendang dan dikeroyok. Mereka bahkan melempari mobil yang berstiker Komando. Situasi benar-benar kacau,” jelasnya.
Melihat situasi memanas, Feryandi kemudian dihubungi oleh Ketua Umum ADOB, Jefri, yang sempat menantangnya.
“Dia bilang, ‘kalau mau per…, ayo per… saja sekalian.’ Saya jawab, sabar, kita atur pertemuan saja,” kata Feryandi menirukan percakapan mereka.
Sekitar pukul 21.00 WIB, kedua pihak akhirnya dimediasi oleh kepolisian di Polresta Barelang. Namun, mediasi tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.
“Tidak ada titik temu. Bahkan di depan intel kepolisian, Ketua ADOB masih sempat menantang, ‘kalau mau per…, ayo per…’ Kami tetap menahan diri karena kami ini sesama driver, untuk apa per…?” ucap Feryandi.
Sekitar pukul 23.00 WIB, bentrokan pecah di depan Hotel Utama, Lubukbaja. Salah satu anggota Komando, Reza, bersama istrinya, Risky, menjadi korban pemukulan.
“Reza dipukul sampai benjol. Itu awal mula bentrokan besar terjadi,” katanya.
Akibat peristiwa itu, lima mobil milik anggota Komando rusak dan sembilan orang mengalami luka-luka, termasuk istri salah satu anggota. Hingga berita ini diturunkan, belum ada satu pun pihak yang diamankan oleh kepolisian.
“Belum ada yang dibawa ke pihak kepolisian,” tutup Feryandi.
Diduga Ada Pihak Luar Terlibat
Bentrokan sesama driver online di Kota Batam menyisakan luka, baik secara fisik maupun emosional. Wakil Satgas Komunitas Andalan Driver Online (Komando) Batam, Rizka Adha Putra, menjadi salah satu korban parah dalam peristiwa yang terjadi di depan Hotel Utama, Lubukbaja, Sabtu (11/10).
Rizka mengaku mengalami patah tulang di kaki kanan, memar di kepala dan tangan, serta dikeroyok oleh sekitar 12 orang tak dikenal, sebagian di antaranya membawa senjata tajam. “Kalau luka berdarah tidak ada, tapi aku dihantam kayu sampai kena kepala dan kaki. Kebetulan malam itu aku memimpin kawan-kawan untuk pembubaran di depan,” ujar Rizka saat dihubungi Batam Pos, Minggu (12/10).
Rizka membenarkan, konflik antara Komando dan ADOB sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Namun puncaknya terjadi setelah salah satu pembina ADOB membuat video di TikTok dengan ucapan yang dianggap menghina.
Bentrok besar pecah sekitar pukul 02.00 dini hari di depan Hotel Utama, Lubukbaja. Rizka yang berada di lokasi mencoba menenangkan situasi dan memimpin anggota Komando untuk mundur. Namun tiba-tiba terjadi serangan dari arah massa lawan.
“Pas di depan Hotel Utama, ada serangan dari pihak sebelah. Aku lari, jatuh, dan langsung dikeroyok sekitar 10 sampai 12 orang, empat di antaranya pakai pisau. Semua laki-laki berkulit hitam. Aku yakin sebagian bukan dari kalangan driver online,” katanya.
Rizka menduga kuat ada pihak luar yang ikut memperkeruh suasana. “Yang menyerang aku tidak kenal sama sekali. Mereka sempat tanya, ‘kau anggota Komando bukan?’ Dari situ aku yakin mereka bukan bagian dari komunitas mana pun. Sekarang kami sedang berupaya mencari bukti soal keterlibatan pihak luar,” ujarnya.
Akibat dikeroyok, Rizka sempat jatuh dan tak bisa berdiri. Ia berusaha menyelamatkan seorang anggota Komando lain yang terjatuh, namun justru terkena hantaman keras di kaki kanan hingga patah.
“Aku tidak tahu kena lemparan batu atau tersandung polisi tidur karena malam itu situasi benar-benar kacau. Batu dan pisau beterbangan,” katanya.
Dalam kondisi terluka parah, Rizka sempat bersembunyi di sekitar ruko dekat lokasi kejadian. “Aku minta tolong ke warga di warung Aceh, mereka bantu pakai motor melarikan aku ke belakang ruko. Aku sembunyi di dalam mobil orang yang terparkir,” ujarnya.
Ia kemudian menghubungi Intel Polresta Barelang, dan tak lama berselang sekitar sepuluh anggota polisi datang menjemputnya. “Kalau mereka (penyerang) sempat temukan aku waktu itu, mungkin habis aku,” kata Rizka.
Setelah diselamatkan, Rizka dibawa ke RS Harapan Bunda untuk mendapatkan perawatan medis. Di sana, ia mendapati lima anggota Komando lainnya juga sedang dirawat, sebagian mengalami luka robek dan hantaman benda tumpul.
“Rata-rata luka koyak, kena lemparan batu dan senjata tajam,” ungkapnya.
Sementara itu, tujuh korban lainnya dirawat di RS Elisabeth Lubukbaja. “Penyelamatan kami terpisah-pisah. Sebagian anggota ada yang langsung ke Polresta untuk menyerahkan barang bukti karena banyak mobil kami hancur,” kata Rizka.
Rizka meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini dan menelusuri siapa aktor di balik pecahnya bentrokan.
“Sebelum kejadian jam dua pagi itu, kami sudah dapat informasi bahwa pihak mereka membawa senjata tajam. Ada buktinya di video TikTok, mereka pamer parang,” ujarnya tegas.
Ia juga menyesalkan pemberitaan di beberapa media yang menurutnya terkesan menyudutkan pihak Komando. “Kami bukan pihak penyerang. Justru kami yang diserang saat sedang berada di markas. Mereka datang mendekat sekitar 20 sampai 30 meter dari lokasi kami,” katanya.
Polisi Lakukan Olah TKP
Pasca bentrokan dua kelompok pengemudi ojek daring di kawasan Lubukbaja, aparat kepolisian mulai melakukan penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP) di depan Hotel Utama, Minggu (12/10). Sejumlah personel Ditsamapta Polda Kepri tampak masih berjaga di lokasi hingga pagi hari untuk mengantisipasi situasi susulan.
Kasat Reskrim Polresta Barelang, Kompol Debby Tri Andrestian, mengatakan pihaknya bersama Polsek Lubukbaja dan tim Jatanras Polda Kepri telah mengambil langkah awal penyelidikan untuk mengungkap penyebab bentrokan yang melibatkan dua kelompok pengemudi daring tersebut.
“Saat ini kami dari Satreskrim Polresta Barelang bersama Polsek Lubukbaja serta dibackup tim Jatanras Polda Kepri tengah melakukan olah TKP pasca bentrokan tadi malam. Peristiwa ini masih dalam pendalaman, termasuk pengumpulan bahan keterangan dan bukti lainnya,” ujar Kompol Debby, Minggu (12/10).
Ia menambahkan, pihak kepolisian masih memverifikasi laporan terkait kemung-kinan adanya korban luka maupun kerusakan kendaraan akibat bentrokan tersebut.
“Kami belum bisa memastikan adanya korban luka atau kerugian lainnya. Saksi-saksi juga masih kami mintai keterangan untuk memastikan kronologi kejadian yang sebenarnya,” tambahnya.
Seorang warga bernama Susan, penjual makanan di depan Hotel Utama, mengaku menyaksikan situasi memanas sejak tengah malam. Ia menyebut bentrokan mulai terjadi sekitar pukul 02.00 WIB setelah kedua kelompok sempat berkumpul sejak pukul 00.00 WIB.
“Awalnya cuma ramai-ramai kumpul saja, tapi sekitar jam dua dini hari mulai ribut.
Katanya ada dua lokasi, di depan Hotel Utama sama di Hotel S. Mereka saling lempar batu dan kayu, bahkan satu mobil sempat dibalikkan dan hampir dibakar. Sekitar jam tiga pagi baru mulai bubar,” ungkap Susan.
Hingga Minggu (12/10) sore, aparat kepolisian masih berjaga di lokasi untuk memastikan situasi tetap kondusif. Polisi juga mengimbau masyarakat dan para pengemudi daring agar tidak terprovokasi serta menyerahkan penyelesaian sepenuhnya kepada pihak berwajib. (***)
Reporter : Azis Maulana – M. Sya’ban
Editor : RYAN AGUNG