Buka konten ini

SEKUPANG (BP) – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam terus menggencarkan pelestarian seni dan budaya lokal melalui kegiatan bertajuk, “Busker di Tanjung Riau Kita Berdendang” yang digelar Sabtu (11/10) malam. Acara yang dikemas dengan konsep hiburan rakyat ini menampilkan beragam pertunjukan musik, tari, dan nyanyian dari warga setempat.
Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Disbudpar Kota Batam, Samson Rambah Pasir, mengatakan, kegiatan busker ini menjadi wadah untuk menggali serta menumbuhkan potensi seni budaya di setiap kampung di Batam.
“Kita ingin masyarakat yang hobi kesenian bisa menonton, dan yang terampil bisa tampil. Baik itu musik, tari, maupun menyanyi.
Bahkan pembawa acaranya pun kita ambil dari masyarakat sekitar,” ujarnya.
Menurut Samson, busker dapat dimaknai sebagai kegiatan ngamen dengan tujuan positif, yakni menghidupkan kembali semangat berkesenian di tengah masyarakat kampung. Banyak seniman lokal yang selama ini belum mendapat kesempatan untuk tampil di depan publik.
“Melalui acara ini, kita berikan panggung untuk mereka. Ada penyanyi, penari, pemain musik, dan MC yang semuanya berasal dari warga sekitar. Harapannya, setelah tampil di sini, mereka makin semangat berlatih dan bisa naik ke panggung-panggung yang lebih besar,” tutur Samson.
Dalam kegiatan tersebut, penonton dapat menikmati hiburan secara gratis. Sementara bagi peserta dan pengisi acara, Disbudpar memberikan uang saku serta honor sebagai bentuk apresiasi.
“Bukan soal besar kecilnya jumlah, tapi supaya mereka merasa dihargai. Bahwa berkesenian itu juga bisa dapat imbalannya,” tambahnya.
Samson menjelaskan, kegiatan busker akan digelar secara berkelanjutan di berbagai kampung di Batam. Setelah Tanjung Riau, acara berikutnya dijadwalkan berlangsung pada 18 Oktober mendatang di Kampung Melayu, Nongsa. Sebelumnya, kegiatan serupa juga pernah digelar di Pantai Dendang Melayu Jembatan I Barelang dengan tema Budaya Dijulang, Pariwisata Gemilang.
“Kalau di Barelang kemarin lebih banyak untuk menghibur wisatawan, sementara di Tanjung Riau kita fokus membangkitkan potensi seniman kampung,” jelasnya.
Antusiasme warga disebut sangat tinggi, terutama dari kalangan anak-anak. Mereka tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga ikut menari dan bernyanyi di atas panggung.
“Biasanya mereka hanya duduk menonton, tapi di sini mereka bisa unjuk gigi. Kita ingin memberikan edukasi bahwa berkesenian itu menyenangkan. Mau menyanyi, menari, atau sekadar joget lambak, semuanya boleh,” ungkap Samson.
Ia berharap kegiatan semacam ini bisa menjadi wadah pembinaan generasi muda agar mencintai budaya daerahnya.
“Menumbuhkan seni budaya Melayu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kita harus turun ke kampung-kampung, memberikan kesempatan kepada anak-anak dan masyarakat yang hobi berkesenian. Lewat kegiatan ini, kita ingin kesenian di kampung tidak hilang, tapi justru hidup dan berkembang,” pungkasnya. (*)
Reporter : Rengga Yuliandra
Editor : RATNA IRTATIK