Buka konten ini
Tradisi Pacu Jalur, perlombaan perahu panjang berkhias ornamen khas Melayu, yang melaju cepat di sungai Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, tengah menjadi buah bibir di dunia maya. Yang membuat publik terpukau bukan hanya kecepatan perahu yang didayung peserta, melainkan kehadiran ’tukang tari’, seorang anak laki-laki yang menari dengan anggun di atas perahu yang melaju kencang.
Dengan pakaian tradisional Melayu Kuansing yang mencolok, lengkap dengan kacamata hitam, sang penari menampilkan gerakan gemulai sambil menjaga keseimbangan di atas perahu yang terombang-ambing oleh riak air.
Tangan berputar, kipas dikibas, tubuh meliuk, bahkan gaya menodongkan tangan ala pistol, semua ditampilkan penuh gaya dan energi. Atraksi ekstrem yang tak hanya menantang gravitasi, tetapi juga membius jutaan mata.
Video aksi penari cilik Pacu Jalur, Rayyan Arkhan Dika itu pun viral dan beredar luas di media sosial. Meledak saat diposting di media sosial klub asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), kini kreator asing hingga selebritas internasional ikut meramaikan tren ini dengan membuat parodi tarian, lalu diiringi musik rap modern.
Menanggapi fenomena tersebut, Dosen D4 Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi Universitas Airlangga (Unair), Novianto Edi Suharno, menilai media sosial memainkan peranan penting
dalam menarik minat publik.
’’Dapat dilihat kegiatan Pacu Jalur yang awalnya hanya kegiatan tradisional kemudian menjadi perlombaan dalam sebuah event yang dari dulu sudah ada penarinya,” tutur Edi di Surabaya, Sabtu (5/7).
Menurut dia, media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi yang efektif dan lebih murah. Edi menyebut dengan viralnya tarian Pacu Jalur, tidak menutup kemungkinan tradisi ini akan dikenal lebih luas di level internasional.
“Bisa dikatakan efektif karena memang audiensnya luas dan bisa diakses dengan cepat, sehingga ini dapat menimbulkan apa yang diunggah dalam sebuah media tadi menjadi viral,” jelasnya.
Menurut Edi, viralnya tarian Pacu Jalur dapat mendongkrak potensi wisata berkelanjutan di Riau. Hal ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah setempat agar ke depan, wisatawan yang berkunjung dapat lebih nyaman dan aman.
“Ini demi wisatawan tidak hanya sekali datang tapi mereka membuat mereka kembali lagi. Mereka yang awalnya datang untuk melihat Pacu Jalur, juga bisa melihat wisata lain di sekitar lokasi,” imbuh Edi.
Bupati Kuantan Singingi, Suhardiman Amby, pun ikut angkat bicara. Ia mengungkapkan rasa bangga yang mendalam atas prestasi tak terduga warganya.
“Salut untuk anak kita, Dikha. Anak Kuansing yang kini mendunia,” ujar Suhardiman mengutip Riau Pos (grup Batam Pos).
Lebih dari sekadar kebanggaan personal, Suhardiman berharap momen ini bisa menjadi jalan emas untuk memperkenalkan pacu jalur ke panggung yang lebih luas.
“Pacu jalur adalah identitas budaya kita. Mari bersama-sama kita promosikan, bahwa Kuansing punya tradisi yang unik dan membanggakan,” lanjutnya.
Netizen menyambut hangat sosok Dikha. Banyak yang menyebutnya sebagai ’duta budaya dadakan’ yang membawa tradisi lewat cara yang sangat kekinian: tarian dan TikTok.
Tak sedikit pula yang menginginkan agar pemerintah memberi dukungan penuh, bukan hanya untuk Dikha, tapi juga untuk seni dan budaya lokal yang masih tersembunyi dari sorotan nasional.
Dari atas perahu jalur yang berderak di sungai, Rayyan Arkan Dikha membuktikan bahwa tak perlu panggung megah untuk tampil bersinar. Cukup satu tarian, satu tradisi, dan satu keberanian, dunia pun bisa terpukau. (***)
Reporter : jp group
Editor : Alfian Lumban Gaol