Buka konten ini
URBANA (BP) – Produksi sejumlah tanaman pangan utama dunia diperkirakan akan mengalami penurunan signifikan akibat krisis iklim. Tak terkecuali ketika para petani telah melakukan berbagai upaya adaptasi terhadap perubahan cuaca ekstrem. Temuan ini terungkap dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature.
Penelitian yang dilakukan tim ilmuwan dari Amerika Serikat dan Tiongkok menunjukkan bahwa untuk setiap kenaikan suhu global sebesar 1 derajat Celsius, hasil panen tanaman pokok (seperti jagung, kedelai, gandum, beras, singkong, dan sorgum) bisa turun hingga 120 kalori per orang per hari. Jumlah tersebut setara dengan porsi sarapan yang hilang setiap harinya bagi miliaran penduduk dunia.
Andrew Hultgren, penulis utama studi sekaligus ekonom lingkungan dari Universitas Illinois Urbana-Champaign, menyatakan bahwa dalam skenario adaptasi terbaik sekalipun, produktivitas kalori dunia tetap akan mengalami penurunan drastis.
”Pada masa depan, dengan pemanasan tinggi, kami masih melihat kerugian produktivitas kalori sebesar 25 persen dalam skala global,” kata Hultgren dilansir dari The Guardian kemarin (19/6). ”Hal itu memang lebih baik dibanding jika tidak ada adaptasi sama sekali,” sambungnya.
Studi itu juga mencerminkan pendekatan baru dalam mengukur dampak iklim terhadap pertanian dengan menggabungkan data dari 12.658 wilayah di 54 negara. Para peneliti menganalisis bagaimana petani selama ini menyesuaikan pola tanam, jadwal panen, hingga pilihan tanaman terhadap perubahan iklim. Dari situ kemudian diproyeksikan ke masa depan berdasar tren pemanasan global dan pertumbuhan ekonomi dunia.
Meskipun perubahan dalam praktik pertanian dan peningkatan pendapatan dapat mengurangi kerugian sekitar seperempat pada 2050 dan sepertiga pada 2100, hal itu tidak mampu sepenuhnya menahan dampak pemanasan global. Dalam skenario pemanasan ekstrem, hasil kedelai bisa turun 26 persen pada 2100.
Sebaliknya, pada skenario pemanasan yang lebih realistis atau sesuai jalur kebijakan iklim saat ini, penurunan hasil diperkirakan 16 persen untuk kedelai, 7,7 persen untuk gandum, dan 8,3 persen untuk jagung. Hanya beras yang diperkirakan mengalami peningkatan hasil 4,9 persen akibat efek pemanasan dan peningkatan karbon dioksida terhadap laju pertumbuhan.
Peningkatan Populasi Turut Memengaruhi
Peningkatan populasi dunia dari sekitar 8 miliar menjadi 10 miliar pada akhir abad ini akan makin memperbesar tekanan terhadap sistem pangan global. Yang mengkhawatirkan, wilayah lumbung pangan duni seperti Amerika Serikat dan sebagian Eropa—justru akan terkena dampak paling besar. Meski, negara-negara berkembang tetap menjadi kelompok yang paling rentan. ”Dalam banyak studi dampak iklim, kelompok miskin global selalu paling terdampak, dan itu masih berlaku di sini,” tutur Hultgren.
Tidak Perhitungkan Teknologi Masa Depan
Meski begitu, studi baru ini diakui cenderung konservatif karena tidak memasukkan kemungkinan teknologi adaptasi masa depan yang belum diterapkan saat ini. Ehsan Eyshi Rezaei dari Leibniz Centre for Agricultural Landscape Research memberikan tanggapan.
”Temuan studi ini cukup masuk akal dan menjadi pengingat penting bahwa kita tidak bisa berasumsi adaptasi sempurna akan menyelamatkan kita. Meskipun kenyataannya mungkin berada di antara proyeksi pesimistis dan optimistis,” bebernya. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : GALIH ADI SAPUTRO