Buka konten ini
Rumah ditinggikan berkali-kali, motor gampang karatan, dan jalan kampung yang hilang adalah sebagian dampak keseharian yang dihadapi warga Sayung, Kabupaten Demak, akibat rob. Siklusnya dalam tiga bulan terakhir juga membuat warga sulit bisa tidur tenang: habis Maghrib hingga pukul 22.00, lalu naik lagi pukul 02.00 dini hari sampai subuh, dan dari pukul 10.00 sampai tengah hari.
DI rumah kecil yang temboknya rontok akibat banjir rob itu, Sulistyowati momong cucunya. Kesedihan tampak menggelayut di wajahnya.
Siapa yang tidak? Sudah tiga kali rumah di kawasan Perumahan Sriwulan, Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak itu ditinggikan. Tapi, tetap saja harus berkejaran dengan ketinggian rob.
”Saya menempati rumah ini sebelum ada rob seperti sekarang. Namun, tak tahunya kondisinya sudah seperti sekarang ini. Banjir rob tiap hari,” jelasnya kepada Radar Semarang (grup Batam Pos).
Tiga bulan terakhir, kawasan pesisir Demak yang berbatasan dengan Kota Semarang itu tak lepas dari genangan rob. Tak cuma jalan raya yang menghubungkan Demak dengan Semarang yang terdampak, limpahan air dari Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah itu juga menggenangi rumah, sekolah, tempat ibadah, dan tambak.
”Di grup WA (WhatsApp) RT biasanya akan ada pengumuman jadwal rob, terutama saat rob tinggi. Kalau sudah diumumkan, kami langsung keluar rumah cari tempat yang aman. Biasanya sih antara satu hingga dua jam rob turun lagi,” ungkap perempuan 54 tahun itu.
Bagi warga Sayung, ketinggian air rob di angka sekitar 60 cm dianggap biasa. Namun, kalau sudah di angka 110 cm, otomatis harus keluar rumah. Ulil Albab, warga Sriwulan lainnya, menuturkan, rob dari Pantai Utara (Pantura) Jawa di Sayung, diakui telah mengubah kebiasaan sehari-hari warga.
Salah satunya dalam hal memejamkan mata. ”Saya ingat kali pertama rob datang itu akhir 2004 dan mulai meluas sejak Januari 2005. Sekarang, tambah parah lagi kondisinya. Kami baru bisa tidur bila rob surut,” ujar Ulil yang bekerja di bengkel motor itu.
Kemacetan panjang adalah pemandangan rutin di Jalan Raya Pantura Sayung yang juga jadi penghubung Semarang dengan Surabaya. Ulil menyebut sungai kecil di tepi jalan raya pernah dikeruk sekali.
Namun, tak berdampak. Air rob tetap tinggi. Bagian paling parah terdampak rob ada di Dukuh Nyangkringan dan Perumahan Sriwulan Tahap 3. Akses jalan ke kampung itu putus.
Warga terpaksa jalan kaki jika keluar dan pulang ke rumah. Sepeda motor dititipkan di kampung sebelah. ”Warga pun kalau malam sulit tidur. Ruangan tidur kemasukan air,” katanya.
Siklus air rob, kata dia, selama tiga bulan ini datang tiap malam habis Maghrib hingga pukul 22.00. Surut sebentar, lalu naik lagi pukul 02.00 dini hari sampai subuh. Pukul 10.00 naik lagi sampai tengah hari.
Otomatis, Jalan Raya Pantura Sayung sulit kering. Kendaraan pun, kata Ulil, seperti berenang di lautan rob.
Dampak lain, banyak sepeda motor warga yang karatan karena terkena air laut. ”Yang tidak tahan lama itu rangka motor. Cepat keropos kena rob,” jelas Yoga, pemilik salah satu bengkel di Sayung.
Biaya meninggikan rumah pun tidak sedikit. Sekitar Rp30 juta sekali meninggikan. Anggaran tersedot, di antaranya untuk beli tanah padas buat menguruk dan membongkar pintu agar kepala tidak mudah kejedug.
Ketua DPRD Demak Zayinul Fata berharap rob bisa diatasi segera oleh pemerintah dengan pembangunan tanggul laut dari Sayung sampai Wedung di perbatasan dengan Jepara.
”Selagi tanggul laut tidak dibangun memanjang antara Demak bagian barat atau Sayung sampai Kecamatan Wedung, rob akan tetap menghantui warga pesisir Demak,” katanya. (***)
Laporan: WAHIB PRIBADI
Editor: RYAN AGUNG