Buka konten ini
JAKARTA (BP) – PT Pertamina (Persero) telah menghitung jumlah volume minyak mentah (crude) yang akan diimpor dari Amerika Serikat, sebagaimana rencana pengalihan impor minyak oleh pemerintah.
“Secara kajian (volume impor), mungkin sudah, ya. Tapi belum bisa kami buka berapa kuotanya karena harus melibatkan banyak pihak,” ucap Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, ketika ditemui setelah peluncuran Anugerah Jurnalistik Pertamina 2025 di Jakarta, Selasa (17/6) dikutip dari Antara.
Fadjar menyampaikan bahwa Pertamina mengkaji sejumlah aspek terkait rencana mengalihkan negara asal impor minyak ke Amerika Serikat. Kajian tersebut tidak terbatas pada berapa volume minyak yang akan diimpor dari Amerika Serikat, melainkan juga tantangan pengirimannya.
Situasi di Timur Tengah yang saat ini sedang memanas merupakan salah satu aspek yang dikaji oleh Pertamina.
Tak hanya kajian, Pertamina juga menanti regulasi dari pemerintah yang dapat menjadi landasan hukum bagi Pertamina untuk mengimpor minyak dari Amerika Serikat.
“Regulasi dari pemerintah penting untuk mendukung kami, menjustifikasi kami untuk melakukan impor volume begitu,” kata dia.
Melakukan kajian ihwal peningkatan porsi impor migas dari Amerika Serikat merupakan bentuk dukungan Pertamina terhadap negosiasi yang dilakukan oleh Pemerintah RI dengan Amerika Serikat.
Saat ini, Pertamina telah memiliki kerja sama rutin dengan Amerika Serikat untuk suplai komoditas migas, yaitu 4 persen dari total kuota impor untuk minyak mentah dan 57 persen dari total kuota impor untuk 57 persen, dengan nilai hingga 3 miliar dolar AS per tahun.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, secara tegas meminta PT Pertamina (Persero) untuk mengimpor minyak dari Amerika Serikat (AS), meski terdapat tantangan logistik, distribusi, dan lain-lain.
Penambahan impor minyak dari AS merupakan salah satu langkah negosiasi yang ditempuh oleh pemerintah sebagai bagian dari strategi menyeimbangkan neraca perdagangan antara kedua negara. (*)
Reporter : JP Group
Editor : Gustia Benny