Buka konten ini
PREDIKSI itu terbukti. SMP Negeri 1 Karimun kembali menjadi primadona pada Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ini. Baru sehari dibuka, Senin (16/6), jumlah pendaftar sudah menembus batas kuota.
Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karimun, Ivit Ivizal, membenarkan lonjakan peminat tersebut. Dikonfirmasi Batam Pos, Selasa (17/6), Ivit menyebutkan bahwa laporan dari pihak sekolah menunjukkan jumlah pelamar sudah mencapai 329 orang. Padahal, kuota yang tersedia hanya 256 kursi.
”Memang membeludak. Banyak orangtua yang ingin anaknya bersekolah di SMP Negeri 1 karena dianggap sebagai sekolah unggulan. Bahkan jalur prestasi pun sudah kelebihan pendaftar,” ujar Ivit.
Fenomena ini, lanjut dia, diperparah oleh banyaknya pelamar dari luar domisili. Sejumlah calon siswa diketahui menggunakan surat keterangan domisili palsu atau berpindah alamat demi bisa masuk zona sekolah tersebut.
Namun sistem SPMB daring yang terhubung ke Data Pokok Pendidikan (Dapodik) nasional akan secara otomatis menolak jika domisili dan usia tidak sesuai ketentuan.
”Misalnya, ada yang tinggal di Meral, tapi mengurus surat domisili di Kecamatan Karimun. Secara manual mungkin bisa, tapi ketika datanya dimasukkan ke sistem, otomatis akan tertolak,” katanya.
“Termasuk usia. Batas maksimal usia masuk SMP adalah 15 tahun per 1 Juli 2025. Jika lebih, sistem juga akan menolak,” tambahnya.
Kondisi ini menyebabkan ketimpangan distribusi siswa di sekolah negeri lain. Ivit mengimbau para orangtua untuk lebih bijak dan realistis dalam memilih sekolah. Ia menyarankan agar pendaftaran dilakukan sesuai domisili, demi pemerataan dan efisiensi proses belajar-mengajar.
“Jangan memaksakan diri. Kalau tidak diterima di sekolah negeri, bisa pertimbangkan sekolah swasta atau jalur pendidikan kesetaraan seperti Paket B,” tuturnya.
Berbeda dengan tingkat SMP, Ivit menyebut bahwa hingga saat ini belum ada laporan lonjakan pendaftaran di jenjang SD negeri. Jumlah sekolah yang lebih banyak membuat pendaftaran di tingkat dasar berjalan relatif normal dan terkendali.
SMA Negeri 1 Diserbu Pendaftar
Sementara sekolah-sekolah di seluruh Kabupaten Lingga juga mulai bergerak membuka pendaftaran, tak terkecuali SMA Negeri 1 Singkep.
Selama empat hari, mulai 11 hingga 14 Juni, SMA 1 Singkep membuka pendaftaran secara daring. Hasilnya, dalam waktu singkat, kuota yang disediakan langsung terserap habis.
”Alhamdulillah, proses SPMB tahun ini berjalan lancar. Kuota 252 siswa yang kami tetapkan, masing-masing 36 siswa dalam tujuh rombongan belajar, sudah terpenuhi,” ujar Kepala SMA Negeri 1 Singkep, Lexminander, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (17/6).
Kendati antusias pendaftar cukup tinggi, tidak semua peminat bisa diterima. Beberapa siswa yang berasal dari luar daerah seperti Karimun, Jambi, dan sejumlah wilayah lain di Kabupaten Lingga dialihkan ke sekolah yang lebih dekat dengan tempat tinggal mereka.
”Kami tetap mengacu pada prinsip domisili. Ini penting untuk menjaga keadilan bagi siswa yang memang tinggal di sekitar sekolah,” kata Lexminander.
Tahun ini, SMA Negeri 1 Singkep membuka empat jalur penerimaan: domisili, prestasi (akademik dan non-akademik), afirmasi untuk siswa kurang mampu, dan jalur mutasi orangtua. Meski serupa dengan sistem tahun sebelumnya, penekanan pada domisili semakin diperkuat.
”Dulu dikenal dengan istilah zonasi, sekarang disebut jalur domisili. Prioritas tetap diberikan kepada siswa yang tinggal di sekitar sekolah. Jangan sampai siswa yang jaraknya hanya sepelemparan batu malah tergeser oleh yang dari luar daerah. Ini bisa menimbulkan potensi ketidakadilan, bahkan indikasi pungli,” ujarnya.
Lexminander juga menegaskan, seluruh proses pendaftaran dilakukan secara daring dan tanpa pungutan biaya. Ia mengaku telah menginstruksikan seluruh panitia dan guru agar tidak membuka celah sedikit pun terhadap praktik pungli.
”Tidak ada biaya. Saya tekankan betul kepada seluruh panitia. Kami ingin proses ini bersih, transparan, dan akuntabel,” katanya.
Penerimaan siswa baru tahun ini mencerminkan bukan hanya tingginya minat terhadap SMA Negeri 1 Singkep, tapi juga harapan masyarakat terhadap pendidikan yang lebih baik dan berkeadilan. Meski sederhana, sistem yang bersih dan terbuka menjadi fondasi penting bagi sekolah untuk terus menjaga kepercayaan publik. (***)
Reporter : SANDI PRAMOSINTO – VATAWARI
Editor : GALIH ADI SAPUTRO