Buka konten ini
Mata juling pada anak bisa disembuhkan jika dideteksi dan ditangani sejak dini. Penanganan tepat dapat membantu anak melihat normal dan mencegah gangguan penglihatan jangka panjang.
Mata juling bukan sekadar masalah estetika. Kondisi ini terjadi ketika posisi kedua bola mata tidak sejajar, sehingga arah pandang mata menjadi tidak sama. Misalnya, satu mata mengarah ke depan, sementara mata lainnya bergerak ke arah berbeda.
Menurut Dokter Spesialis Mata di Rumah Sakit Awal Bros Batam, dr Firda Muthia Elsyanty Sp.M, penyebab mata juling sangat beragam. Salah satunya adalah gangguan kacamata tidak terkoreksi dengan baik, seperti rabun jauh atau minus, terutama jika terjadi pada salah satu mata dan tidak terdeteksi sejak dini. Ketika anak tidak menggunakan kacamata yang sesuai, mata bisa menjadi juling.
Faktor lain adalah kelainan otot penggerak mata. Mata bergerak ke atas, bawah, kiri, dan kanan karena dikendalikan oleh otot. Bila ada kelainan pada otot ini, posisi mata bisa menyimpang. Selain itu, kelainan saraf yang mengatur kerja otot mata juga dapat menyebabkan juling.
“Mata juling juga bisa bersifat genetik. Jika ada anggota keluarga (kakek, nenek, ibu dan ayah dll) dengan riwayat mata juling, maka risiko anak mengalami kondisi serupa pun meningkat,” ungkap dokter Firda.
Gejala awal mata juling pada anak sering kali tidak disadari. Apalagi pada anak usia dini yang belum bisa mengungkapkan keluhannya. Juling bisa bersifat menetap atau hilang timbul. Biasanya, kondisi ini tampak saat anak sedang bengong, lelah, atau tidak fokus.
Jika tidak ditangani sejak dini, juling yang tadinya hanya muncul sesekali bisa menjadi permanen. Anak-anak yang mengalami mata juling sering kali terlihat menutup salah satu mata, memiringkan kepala saat melihat, atau sering menabrak benda.
Mata Malas Bisa Dicegah
Jika mata juling tidak ditangani segera, anak berisiko mengalami kondisi yang disebut ambliopia atau lazy eye (mata malas). Ini terjadi karena otak terbiasa mengabaikan mata “lemah” yang kualitas penglihatannya buruk. Dalam jangka panjang, otak hanya mengandalkan satu mata “kuat” untuk melihat, sedangkan mata yang lain menjadi tidak berfungsi optimal.
Masa emas perkembangan penglihatan anak berada pada usia di bawah sembilan tahun. Pada usia ini, terapi mata juling masih sangat efektif. Setelah melewati usia tersebut, keberhasilan terapi akan berkurang secara signifikan.
Sayangnya, tidak sedikit anak yang baru dibawa ke dokter mata saat usianya sudah 12–13 tahun. Meski masih bisa ditangani, hasil terapi tidak sebaik bila dilakukan di usia dini.
Di Batam, berbagai kasus mata juling pada anak sering kali terlambat ditangani karena kurangnya kesadaran orangtua. Banyak yang menganggap kondisi mata anak masih wajar karena gejala juling tidak selalu terlihat. Padahal, meskipun mata terlihat normal, anak bisa saja hanya menggunakan satu mata untuk melihat.
Guru juga bisa berperan mendeteksi dini. Jika ada siswa yang kesulitan melihat tulisan di papan tulis, sering memicingkan mata, atau menutup salah satu mata saat membaca, sebaiknya disarankan untuk menjalani pemeriksaan mata.
Periksa Mata Sejak Dini
Mata juling bisa terjadi pada siapa saja dan di usia berapa pun, tetapi yang paling berisiko adalah anak-anak. Oleh karena itu, pemeriksaan mata sebaiknya dilakukan setidaknya satu kali pada usia 6 bulan hingga 3 tahun. Untuk anak usia sekolah, pemeriksaan rutin lebih mudah dilakukan karena anak biasanya lebih kooperatif saat dilakukan pemeriksaan oleh dokter.
Jika ditemukan gejala mata juling, segera konsultasikan ke dokter spesialis mata. Semakin cepat diketahui penyebabnya, semakin besar peluang mata juling bisa disembuhkan. (***)
Reporter : ANDRIANI SUSILAWATI
Editor : M Tahang