Buka konten ini

Pengobatan mata juling harus disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahannya. Metodenya pun beragam, dimulai dari yang paling sederhana penggunaan kacamata hingga tindakan operasi. Prinsipnya, terapi dilakukan secara bertahap, perlu disiplin dan konsisten.
1. Kacamata: Langkah Pertama Pengobatan
Langkah awal pengobatan mata juling umumnya dengan penggunaan kacamata. Anak harus menggunakan kacamata dengan ukuran lensa yang tepat sesuai kebutuhan matanya. Tanpa kacamata yang sesuai (minus atau plus), anak tidak akan belajar melihat dengan jelas.
Tak hanya anak bermata minus, anak dengan mata plus juga rentan mengalami juling jika tidak ditangani. Dalam beberapa kasus, penggunaan kacamata saja sudah cukup menyembuhkan mata juling hingga 30 persen, tanpa perlu terapi tambahan.
2. Terapi Penutup Mata
Jika penggunaan kacamata tidak cukup, dokter biasanya menyarankan terapi penutup mata. Mata yang penglihatannya baik/kuat ditutup. Terapi ini ditujukan bagi anak-anak dengan salah satu mata yang lebih lemah penglihatannya.
Teknisnya, mata yang kuat ditutup agar otak terlatih/memerintah untuk menggunakan mata yang lemah saat melihat. Lama waktu terapi biasanya disesuaikan oleh dokter. Biasanya selama 2 jam atau lebih per hari. Namun terapi ini sering kali membuat anak merasa tidak nyaman, apalagi jika selama ini hanya bergantung pada satu mata yang kuat saja.
“Anak-anak adalah usia paling efektif untuk terapi patching karena otak mereka masih mudah beradaptasi. Hasilnya bisa signifikan. Dari yang awalnya hanya bisa melihat 10 persen, bisa meningkat menjadi 50 persen setelah terapi,” jelas seorang dokter spesialis mata di RS Awal Bros Batam, dr Firda Muthia Elsyanty Sp.M.
3. Terapi Otot Mata
Selain kacamata dan penutup mata, mata juling juga dapat ditangani dengan terapi otot mata. Latihan ini melatih otot-otot yang menggerakkan bola mata agar lebih seimbang. Latihan otot ini dapat dilakukan di rumah, tetapi tetap harus dalam pengawasan dan semangat dari orangtua.
4. Operasi sebagai Langkah Terakhir
Jika semua metode nonbedah tidak menunjukkan hasil, tindakan operasi bisa menjadi solusi. “Tidak perlu takut, operasi mata juling sudah rutin dilakukan dan tergolong aman, dan bisa dilakukan pada usia kecil hingga dewasa sesuai dengan indikasi,” jelas dokter Firda.
Operasi bukan sekadar alasan kosmetik. Tujuannya agar kedua mata bisa melihat dengan optimal dan perkembangan otak anak tidak terhambat.
Mata juling tidak hanya berdampak pada fungsi penglihatan, tetapi juga pada kepercayaan diri anak. Anak rentan mengalami perundungan dari teman sebayanya, apalagi jika harus memakai kacamata atau menutup salah satu matanya dengan penutup seperti bajak laut.
Menurut dokter Firda, peran orangtua sangat penting untuk mendampingi dan memberi semangat. Orangtua juga bisa membantu menjelaskan kepada lingkungan sekitar bahwa anak tersebut sedang menjalani terapi agar penglihatan mata lebih baik.
Terapi akan lebih efektif jika dilakukan saat anak beraktivitas, seperti bermain atau belajar, bukan saat bengong atau tiduran atau tidak fokus. Konsistensi terapi ini sangat diperlukan, karena hasilnya baru terlihat setelah berbulan-bulan, bukan dalam hitungan hari.
Pencegahan mata juling bisa dilakukan dengan memastikan anak menggunakan kacamata yang sesuai. Selain itu, penting juga mengurangi waktu penggunaan gadget yang bersifat hiburan dengan dibatasi maksimal satu jam per hari. Penting juga memperbanyak aktivitas di luar ruangan minimal dua jam per hari. “Dari hasil penelitian aktivitas outdoor sangat baik untuk kesehatan mata,” kata dokter Firda.
Jika ada riwayat mata juling dalam keluarga, orangtua sebaiknya lebih peka dan memeriksakan anak ke dokter mata sejak usia tiga tahun, meskipun belum tampak gejala jelas.
“Jangan tunggu sampai mata juling menetap. Semakin dini dideteksi, semakin besar peluang sembuh,” tegasnya. (***)
Reporter : ANDRIANI SUSILAWATI
Editor : M Tahang