Buka konten ini
TANJUNGPINANG (BP) – Gedung Wali Kota Tanjungpinang di Senggarang tampak sedikit lebih sibuk dari biasanya, Kamis, 12 Juni lalu. Hari itu, perwakilan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta bersama tim dari Konsulat AS di Medan datang berkunjung.
Di ruang pertemuan, mereka berbincang serius namun hangat dengan Wali Kota Lis Darmansyah dan Wakil Wali Kota Endang Abdullah. Topik pembicaraan: penguatan pengajaran Bahasa Inggris dan peluang pendidikan tinggi ke Amerika.
Delegasi dipimpin Ruth Goode, Direktur Regional English Language Office (RELO) dari Kedubes AS. Ia menjelaskan bahwa pemerintah Amerika ingin membuka lebih banyak pintu kerja sama di sektor pendidikan, khususnya dalam pelatihan Bahasa Inggris bagi siswa, guru, hingga aparatur pemerintahan.
“Kami hadir untuk membangun koneksi dan memperkenalkan berbagai program yang bisa dimanfaatkan untuk memperkuat kompetensi berbahasa Inggris,” ujar Ruth.
Program yang ditawarkan RELO, kata Ruth, tak hanya terbatas pada pendidikan dasar dan menengah, tetapi juga menyentuh ranah pemerintahan. Selama ini, mereka telah menjalin kolaborasi dengan lembaga seperti IPDN, DPR RI, BSSN, Kemendikbudristek, hingga Kementerian Agama.
“Kami berharap Tanjungpinang dapat menjadi mitra strategis kami di wilayah perbatasan, karena program ini tidak hanya menyasar pendidikan formal, tapi juga pelatihan bagi pegawai layanan publik,” ujarnya.
Program-program itu antara lain pelatihan guru Bahasa Inggris oleh tenaga pengajar dari Amerika, bimbingan belajar bagi siswa yang bercita-cita kuliah di Negeri Paman Sam, serta pelatihan keterampilan komunikasi internasional untuk aparatur daerah.
Cultural Affairs Specialist Kedubes AS, Dian Safitri, menyebutkan bahwa semua pelatihan yang ditawarkan bersifat gratis.
“Pemerintah daerah cukup menyediakan peserta. Para pengajar dan seluruh materi kami fasilitasi penuh,” ujar Dian.
Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah menyambut tawaran tersebut dengan tangan terbuka. Baginya, penguasaan Bahasa Inggris adalah bekal penting bagi generasi muda yang ingin menembus batas dunia.
“Ini kesempatan emas. Tidak hanya untuk siswa, tapi juga bagi guru, humas, hingga pejabat protokol yang sering bertugas dalam forum internasional,” kata Lis.
Yang membuat Lis makin antusias adalah inklusivitas program ini. Tak hanya menyasar sekolah umum, program juga bisa diterapkan di madrasah dan pesantren.
“Dengan program ini, kita ingin anak-anak Tanjungpinang tidak kalah bersaing dengan daerah lain, apalagi kota ini berbatasan langsung dengan Singapura. Bahasa Inggris harus menjadi keterampilan dasar,” ujarnya.
Lis menegaskan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan agar program ini menyentuh seluruh lapisan sekolah di Tanjungpinang. (*)
Reporter : YUSNADI NAZAR
Editor : GALIH ADI SAPUTRO