Buka konten ini
AHMEDABAD (BP) – Dalam kondisi setengah sadar, Viswashkumar Ramesh melihat sabuk pengamannya masih terpasang. Ketika ia melepaskannya dan melihat pintu darurat pesawat Air India 171 yang baru saja terjatuh terbuka sebagian, pria 45 tahun itu menyeret dirinya keluar sebelum kemudian melompat.
“Saya tidak tahu bagaimana saya bisa berjalan. Lengan kiri saya terbakar, tapi saya hanya tahu saya harus keluar,” kenang Viswash yang duduk di kursi 11A kepada HT dari kamar nomor B7, tempat tidur nomor 11, Civil Hospital Ahmedabad tempat ia dirawat (13/6).
Selamatnya Viswash memang bisa dibilang sebuah keajaiban. Dari 242 orang di dalam pesawat yang jatuh di kompleks permukiman dokter, calon dokter, dan tenaga medis yang bekerja serta bersekolah di BJ Medical Center College tersebut, pria yang duduk di kursi 11A dekat pintu darurat itu menjadi satu-satunya yang selamat. Sampai dengan pukul 20.00 WIB tadi malam, mengutip The Guardian, jumlah korban meninggal tercatat 265 orang, dengan 24 di antaranya merupakan korban di darat alias di lokasi jatuhnya pesawat yang dengan tujuan Bandara Gatwick, London, itu.
Viswash, yang berdarah India dan telah tinggal di Leicester sejak usia 15 tahun serta kini berkebangsaan Inggris, sempat berjalan sempoyongan sekeluarnya dari pesawat, dengan kepala dan tubuh berdarah, sebelum kemudian ditolong tim penyelamat yang membawanya ke ambulans. “Plane fatyo che! Plane fatyo che!” teriaknya dalam bahasa Gujarati yang berarti “pesawat meledak.”
Viswash datang ke India bersama adiknya, Ajaykumar Ramesh, untuk mengunjungi keluarga. Mereka berdua mengelola bisnis garmen di Leicester dan juga memiliki usaha pemancingan di Diu, sebuah kota pesisir di India. Di dalam pesawat, Ajay duduk di kursi 11J, dipisahkan lorong dari deretan kursi tempat Viswash berada.
Hal pertama yang ditanyakan Viswash begitu tiba di rumah sakit adalah soal Ajay. “Mana saudaraku, tinggalkan aku, aku tak mau bicara. Ada yang bisa kasih tahu di mana saudaraku?” teriaknya dengan setengah menangis, seperti dikutip dari The Times of India.
Sepupunya, Dhirendra Somabhai, yang sempat menelepon Viswash setiba di rumah sakit, menuturkan bahwa Viswash bercerita kepadanya mengenai detik-detik terakhir sebelum pesawat jatuh. Viswash mengaku mendengar suara aneh dan merasakan pesawat tidak bisa terbang lebih tinggi lagi. Kemudian terdengar suara pilot menghubungi pengendali lalu lintas udara Bandara Ahmedabad, “Mayday, Mayday, Mayday!”
Ia mengisahkan bahwa sebagian besar tubuh pesawat yang jatuh 30 menit setelah lepas landas itu hancur dan api berkobar. Sebelum jatuh, Ia merasa pesawat kehilangan tenaga. Lampu hijau dan putih di sayap menyala terang. “Sepertinya mesin mencoba dipaksa bekerja lebih keras. Lalu, tiba-tiba saja kami menabrak bangunan. Aku bisa mencium bau logam terbakar. Pramugari, penumpang lain, mereka semua meninggal di depan mata saya,” kata Viswash, seperti ditirukan Dhirendra.
Perdana Menteri India Narendra Modi mengunjungi Vishwas kemarin pagi. Siangnya, pukul 2.30 waktu Ahmedabad, setelah dipastikan bahwa ia adalah penyintas tunggal, aparat menjaga kamar Viswash dan melarang siapa pun menemuinya kecuali petugas medis.
Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil India memulai investigasi penuh atas penyebab kecelakaan udara terburuk di India dalam 37 tahun terakhir itu. Pilot diketahui sempat melakukan panggilan mayday atau tanda bahaya sebelum hilang kontak hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Landasan Pacu 23 pukul 13.39 waktu setempat.
Dalam perkembangan lain, Akash Vatsa yang mengaku telah menumpangi pesawat yang sama dalam penerbangan Delhi–Ahmedabad beberapa jam sebelum tragedi menyebut bahwa ada kerusakan AC serta gerakan aneh pada bagian penutup sayap pesawat. “AC mati saat pesawat di darat. Itu biasa, kata kru. Tapi bahkan di ketinggian, suhu tidak stabil dan penutup belakang sayap terus bergerak naik turun,” katanya.
Meski keluhan ini belum bisa dikonfirmasi sebagai penyebab teknis, beberapa ahli menyebutkan bahwa gejala tersebut tidak boleh diabaikan dalam proses investigasi. Mengutip Hindustan Times, black box atau kotak hitam pesawat telah ditemukan di atas hostel atau penginapan di kompleks permukiman para dokter dan tenaga medis. (*)
Reporter : JP GROUP
Editor : RYAN AGUNG